------Sekilas tentang keluarga Pragya-----
" Gak nyangka besok udah wisuda aja ya, padahal kayak baru kemaren kamu ibuk gendong,"
"Namanya juga waktu cepet berlalu buk, gak kerasa juga Jovi udah punya dua adik yang jailnya naudzubillah,"
"Bang Jovi Jeje denger lohhh,"
"Sini le ngobrol-ngobrol nde sini,"
Malam ini, entah mengapa suasananya sangat tepat untuk berkumpul bersama. Berbincang-bincang di teras rumah sembari menatap bintang yang cahayanya benar-benar terpancar dengan jelas. Untung saja cuaca tak sedingin bulan lalu, jadi bisa betah untuk sekedar ngobrol ditemani teh hangat dan singkong panas yang ibu buat.
"Jeje tu nggak jail ya, cuman emang muka abang aja yang berpotensi buat dijailin," jelas Jeje.
"Kayaknya kamu ketularan Louis deh dek, jauh-jauh gih jangan sering main sama dia. Ketularan miring kamu nanti," ujar Nana memperingati.
"Tapi kalo dipikir-pikir Jeje juga kagum loh sama bang Louis, kayak hidupnya tuh selalu seneng aja gitu becanda mulu orangnya, keliatan gapernah sedih,"
Di sebelahnya, bapak hanya tertawa menyimak obrolan ringan ketiga putranya ini. Apalagi mendengar semua ucapan polos yang Jeje lontarkan, Nana yang pasrah akan adiknya, dan Jovi yang selalu tertawa setiap Jeje bercerita.
"Perasaan manusia itu gak ada yang tahu, ibarat pisang yang luarnya hitam membusuk, ternyata dalamnya sangat manis. Begitupun dengan manusia, tak selamanya yang ditampakkan sama dengan yang dirasakan,"
"Tapi jangan sekali kali semua itu dipendam, perasaan ada batasnya. Kalo manusia tidak bisa dijadikan tempat bercerita, masih ada sang Pencipta yang siap mendengar segala keluh kesah,"
"Lah berarti bapak selama ini ada masalah dong, kan muka bapak kayak happy-happy aja tuh," ucap si bungsu seraya mencomot singkong panas yang sudah didinginkan Nana. Tentu saja si empunya berdecik sebal.
"Kalo bapak sama ibu ini, diluar tertawa, di dalam pun bahagia," bangga bapak menyombongkan dirinya.
"Bangga punya anak baik kayak kalian, ibuk selalu seneng liat kalian kalo ketawa, senyum, bercanda, juga saling ngebantu." sambung Bu Inah.
Senyum sipit dengan mata segaris tampak di wajah bapak juga Jovi. Keduanya mirip saat tersenyum. Kalau Jovi mirip bapak, maka Nana sangat mirip dengan Ibu. Matanya yang indah juga berkilauan. Sedangkan Jeje, entah mirip siapa mata sipitnya itu. Anak pungut mungkin kata Jovi.
"Besok malam, selesai abang wisuda, ibu sama bapak ada rencana,"
"Rencana apa buk?"
"Kita sekali-kali makan di luar, jalan-jalan lewat taman, sama liat pemandangan di luar, cuacanya lagi bagus sekalian liat bintang,"
"Gak makan di luar juga gapapa buk, masakan luar mah kalah sama masakan ibuk," ucap Nana.
"Sekali-kali le nggapapa, itung-itung merayakan abangmu ini yang udah lulus sma,"
"Kalau ibuk maksa sih gapapa deh,"
"Yeee bilang aja emang mau kan??" olok Jovi.
"Hehe, iya dong bang,"
♤♤♤
Ayam belum berkokok, dan sang fajar belum memperlihatkan sinarnya, mungkin semua orang sedang asyik berjelajah di alam mimpinya saat ini, terkecuali satu keluarga yang sudah ribut sejak bangun tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAGE of 365
FanfictionNot a romantic story, just a story of a family and togetherness in it * * * * * * all picture in this story cr by pinterest