🦋 Kamu akan menjadi lebih baik, mungkin bukan hari ini, tapi suatu saat nanti 🦋
- Lee Jeno-Happy Reading
"Berangkat sekarang??" Mark bertanya sambil memanaskan sepeda motornya.
Jovi mengambil helm yang disodorkan Mark, "Kuylahh, biar cepet selesai,"
Senin pagi ini, mereka berniat ke rumah Tama. Mengerjakan tugas dari dosen kuliah bersama-sama. Dan kebetulan Mark tadi mampir ke rumah Jovi dahulu untuk menjemputnya.
Jovi, Mark, juga Tama berada dalam jurusan yang sama, jurusan Ilmu Komunikasi. Sedangkan Jevin mengambil psikologi, Winwin juga Louis sastra inggris, dan David Kedokteran.
Sesampainya di rumah Tama, Mark memarkirkan sepedanya di garasi, diikuti Jovi yang sedang menunggunya untuk masuk. Karena sering kesana, mereka jadi langsung masuk saja ke garasi, karena mungkin satpam penjaga rumah Tama sudah hafal dengan teman majikannya itu.
"Assalam-"
Salam keduanya terjeda. Mark menarik tangan Jovi untuk tidak memencet bel rumah Tama.
"Kenapa???" tanya Jovi bingung.
Mark berbisik perlahan, " Dengerin"
Mereka hanya bisa diam di depan rumah, mengurungkan niatnya memencet bel mendengar suara keras seperti orang bertengkar dari dalam rumah. Itu suara Tama dan Papanya.
"Pa, mereka sering ke sini tapi ngapain papa marah-marah hari ini??"
Seseorang bersuara tegas yang diyakini sebagai papa Tama itu bersuara keras, " Kamu kok bisa-bisanya mau dimanfaatkan sama mereka,"
Tama mengerutkan keningnya bingung, " Dimanfaatkan gimana?"
"Hampir setiap hari katanya mau nugas, tapi laptop kamu terus yang dipakai, siapa itu namanya, Jovi?? Iya Jovi,"
Tama menaikkan alisnya, mencoba untuk tidak termakan amarah papanya, "Pa, mereka itu temen aku, apa salahnya saling ngebantu,"
"Papa juga udah tau kami sahabatan dari kecil, dimana salahnya??"
Dibalik pintu, masih ada dua orang yang masih mendengarkan pertengkaran ini. Tak mau beranjak, karena mendengar nama salah satunya disebutkan oleh Papa Tama.
"Segamampu apa temanmu itu sampai tiap hari pinjam punya kamu?? Kalo rusak bagaimana? Papa beliin kamu, bukan buat orang lain," sarkasnya.
Tama hanya bisa menahan nafas, mendengar penuturan konyol yang baru ia dengar barusan. Tidak salah dengar kalo Papanya baru saja merendahkan Jovi???
"Papa apa-apaan bilang kayak gitu? JOVI ITU TEMEN BAIK TAMA PA!"
Papanya mendengus kasar, " Kamu yang apa-apaan, udah berani bentak papa demi temanmu yang miskin itu,"
Perkataan barusan, membuat Jovi membeku di tempat, kali ini ia tak salah dengar apa yang diucapkan Papa Tama. Dengan jelas mengatakan bahwa ia anak miskin.
Tak ada yang salah, hanya saja hatinya sakit, meski sudah biasa mendengar perkataan seperti itu, entah kenapa yang ini sangat menusuk hati.
Mark menatap Jovi, menatap sahabatnya itu. Ia juga mendengar perkataan Papa Tama barusan.
"Jov, pulang aja yuk," ajak Mark menggandeng tangan Jovi berjalan menuju sepeda yang diparkirkan tadi. Demi apapun, Mark yang mendengarnya juga sakit hati, tak tega menatap mata Jovi saat ini.
"Jov, lo gapapa?" ucapnya menepuk singkat pundak Jovi berusaha mengetahui raut muka sahabatnya itu.
"Jangan dimasukin hati, mungkin mereka lagi ada masalah. Don't listen to what other people say okeyy,"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAGE of 365
FanfictionNot a romantic story, just a story of a family and togetherness in it * * * * * * all picture in this story cr by pinterest