----------------•▪︎▪︎Page of 365▪︎▪︎•---------------
"Allahuakbar"
"Allahuakbar"
"...................."
Baru saja Nana mengucapkan takbir pada rakaat pertama, rasa sakit itu, sakit yang sebelumnya pernah Jovi rasakan kini datang kembali. Kali ini sangat kuat, amat menyakitkan membuat tubuhnya sedikit gemetar. Perutnya perih, sakit, dan semua bercampur aduk rasanya. Hingga badannya lemas, matanya memburam, dan ia terjatuh saat Nana baru saja menyelesaikan sujud untuk beralih pada rakaat kedua.
BRUUUUKKK
Jeje tersentak, membuatnya refleks menoleh. Ia masih melanjutkan sholat meski sudah tak khusyuk lagi.
Nana tak fokus, suaranya sedikit tersendat saat merasakan tubuh seseorang berada pada kakinya. Dengan badan yang gemetar, ia berusaha mempercepat gerakan sholat, berharap untuk cepat pada salam.
"Assalamualaikumwarahmatullah"
"Assalamualaikumwarahmatullah"
"......................................................."
"ABANGGGG!!"
Nana berteriak kencang, mencoba menggoyang-goyangkan badan Jovi untuk membuatnya sadar. Namun nihil, tak ada respon. Wajah Jovi yang pucat dan suhu badannya yang dingin membuat Jeje takut setengah mati.
Lantas ia berlari, menggedor rumah Bu Unik, meminta bantuan agar mau meminjamkan mobilnya untuk membawa Jovi ke rumah sakit terdekat. Untung saja ia datang di saat yang tepat, ketika anaknya baru saja memanaskan mobil berniat untuk pergi bekerja.
♤♤♤
Mondar-mandir di sepanjang depan ruangan, hanya itu yang bisa Nana lakukan. Ia tak bisa berpikir jernih kali ini, membuatnya hanya bisa terus berdiri sesekali menengok ke dalam melalui kaca jendela.
Jovi sedang kritis di dalam sana.
Jeje gundah, sama halnya dengan Nana, ia hanya bisa berdiri di depan pintu, tak mau duduk kala hatinya sedang cemas saat ini. Pikirannya terlampau jauh, berusaha meyakinkan diri bahwa Jovi akan baik-baik saja.
Dari ujung koridor, terlihat seseorang berlari dengan tergesa-gesa. Sambil mencari ruangan-ruangan yang bahkan ia tak tahu dimana. Sampai akhirnya ia melihat Nana, berdiri di depan pintu bersama Jeje di sampingnya.
"JOVI KENAPA NA?!!"
Louis datang, masih dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Menggoyangkan lengan Nana, berharap ia cepat mendapat jawaban. Setelah datang dari rumah Jovi dan tak mendapati siapapun disana. Hingga salah seorang tetangga memberitahunya, bahwa Jovi dilarikan ke rumah sakit.
"Abang pingsan,"
"Dia kritis di dalem sana"
Bagai tersambar petir di siang bolong, Louis langsung terduduk lemas di bangku koridor. Menunduk serta berpikir segala hal tentang apa yang disembunyikan Jovi kali ini. Seingatnya, Jovi baik-baik saja, bahkan kemarin malam mereka masih tertawa, sibuk dengan dunianya sendiri. Dunia Louis dan Jovi. Mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAGE of 365
FanfictionNot a romantic story, just a story of a family and togetherness in it * * * * * * all picture in this story cr by pinterest