🦋 Berharap kepada seseorang adalah kebodohan yang disengaja 🦋
- Kim doyoung -Happy Reading
Pagi yang cukup berangin, setetes demi setetes air perlahan turun, membasahi siapapun di bawahnya, tanpa permisi. Di saat itulah seseorang terbangun, merasakan percikan air yang jatuh pada wajahnya.
Sekarang masih petang, bahkan matahari masih belum memunculkan sinarnya. Sudah dari semalam Jovi berada di tempat yang sama. Selama berjam-jam itulah ia pingsan, terkapar di dekat Villa. Tak ada yang membantunya atau bahkan menggotongnya masuk ke dalam. Ia diabaikan, mungkin orang-orang takut untuk dekat dengannya, si badut dengan kostum yang sudah usang.
Secara mandiri ia terbangun, lalu duduk memandang kosong sepinya jalanan. Tanpa berteduh, dan membiarkan air ini terus menerus menembus kostum tebalnya.
Hampir seharian tak ada makanan yang masuk ke dalam perut, cukup untuk membuat badannya lemas kali ini. Ia mampu berdiri, hanya saja dengan badan yang terbungkuk-bungkuk.
"Astagfirullah mas"
"Hujan ini ayo neduh dulu,"
Seseorang berlari ke arahnya, membuka payung untuk Jovi agar ia tak semakin kehujanan. Itu pekerja tadi. Yang memberi tahu Jovi tentang tugas-tugas yang dilakukan.
"Gapapa, saya sudah terlanjur basah. Itu masnya udah kena hujan, dipake aja payungnya,"
" Mas saya benar-benar mohon maaf, saya tidak tahu tentang masalah dengan satpam-satpam tadi. Maafkan saya," laki-laki itu berjongkok, menunduk lirih di depan Jovi.
"Nggapapa, mungkin saya yang terlalu ceroboh,"
Pria itu mengeluarkan uang dari dompetnya, dan langsung memberikannya pada Jovi. Tiga lembar uang seratus ribuan. Uang gaji yang belum terbayarkan tadi.
"Terima kasih atas uangnya, maaf kalau saya mengacaukan acara tadi,"
Laki-laki itu tampak menggeleng lemah, niatnya ingin mengajak Jovi untuk berteduh harus diurungkan. Si majikan berteriak mencarinya dari dalam. Membuat ia mau tak mau harus pergi, dengan sedikit rasa bimbang.
"Nggapapa, mas masuk aja ke dalam. Setelah ini saya juga pergi," lantas Jovi berjalan menjauh, setelah pria itu tersenyum canggung kepadanya, tentu masih dengan perasaan bersalah.
Kini, Jovi merutuki dirinya sendiri yang harus berjalan terseyot-seyot di tengah-tengah hujan. Menuju ke suatu tempat, dimana mungkin perasaannya akan sedikit lebih baik saat disana.
Tidak butuh waktu banyak untuk sampai, jaraknya lumayan dekat dengan tempat tadi. Untungnya hanya gerimis, bukan hujan deras. Jadi mungkin, Jovi bisa berlama-lama disana.
"Assalamualaikum" ia mengucapkan salam, meski tahu tak akan pernah dibalas.
"Jovi kesini, tidak membawa apapun. Mungkin hanya akan berdoa, juga sedikit bercerita,"
" Sejujurnya Jovi rindu bapak, juga ibuk. Bukan rindu, tapi sangat rindu. Mungkin disana kalian juga sama rindunya kan??"
"Tenang aja, disini kita baik-baik kok. Ya meski Nana terkadang menangis sendirian di malam hari, kangen kalian katanya. Kadang juga Jeje menangis, tapi tak seperti Nana. Jeje menangis di kamar mandi,"

KAMU SEDANG MEMBACA
PAGE of 365
FanfictionNot a romantic story, just a story of a family and togetherness in it * * * * * * all picture in this story cr by pinterest