2.1 I'm Sorry Na

1K 147 11
                                    

🦋 Impian harus diusahan, bukan hanya diniatkan 🦋
- Huang Renjun -

Happy Reading

Malam yang cukup larut, sekitar pukul 11. Tiga orang yang seharusnya sudah tidur, kini berdiam diri di ruang tamu. Saling mendiamkan satu sama lain, menunggu ada yang membuka pembicaraan. Dengan menggunakan pakaian yang masih sama, dan perut yang keroncongan karena jam makan yang terlewatkan, ketiganya masih tetap diam.

Memulai pembicaraan, Jovi menatap dua orang di depannya yang kini masih menunduk tak mau berkontak mata dengannya.

"Bisa dijelasin?"

Hanya dua kata yang keluar, itupun tanpa nada marah sama sekali. Namun entah kenapa, Nana juga Jeje masih betah menatap lantai di bawahnya.

Jengah karena tak ada yang menjawab, Jovi bangkit dari duduknya dan mencoba untuk pergi keluar, namun langkahnya terhentikan oleh suara Nana.

"Jeje sama Nana ikut Kak Yuta sama Kak Hendery tampil musik di jalanan," ucapnya perlahan, namun masih enggan bertatap mata.

Jovi kembali duduk, " Kenapa ngga bilang sama abang?"

"Maaf" hanya ucapan itu yang mampu Nana lontarkan.

Lalu menunduk kembali, benar-benar gugup untuk mengatakan semuanya.

"Jeje??" Kini Jovi bertanya pada adik satunya yang sedari tadi tidak ikut berbicara.

" Maaf juga," ucapnya lirih.

Sekali lagi keheningan dimulai, Jovi masih menatap keduanya penuh selidik.

"Kenapa kalian ikut mereka?? Kenapa kalian harus pulang malem?? Kenapa kalian ngga ngasih tau abang tentang ini??" cerca Jovi dengan banyak pertanyaan.

Kini Nana menolehkan kepalanya, menatap Jovi yang masih dengan ekspresi kesalnya.

"KENAPA KITA HARUS BILANG KE ABANG DI SAAT ABANG GAPERNAH CERITA APAPUN KE KITA,"

Nana murka, ia berdiri dari duduknya, dan mengucapkan kalimat yang baru ini Jovi dengar. Ini bukan Nana, adiknya adalah orang yang lembut juga sabar.

" KITA BUTUH UANG BUAT BANTU ABANG. KITA BERTIGA DAN KENAPA CUMAN ABANG YANG HARUS KERJA KERAS SENDIRIAN??"

Jovi menarik tangan Nana mengajaknya kembali duduk. Tapi ditepis begitu saja oleh Nana. Jeje ikut terkejut, karena tak biasanya mereka bertengkar seperti ini.

"Na bukan gini caranya," Jovi berucap lembut.

"Kenapa abang selalu ngelakuin semuanya sendiri, kenapa?" Nana mulai terisak. Seolah menyuarakan semua kekecewaannya saat ini.

" Apa abang nganggep kita masih anak kecil?? Belum bisa buat cari uang sendiri?? Kalo emang bener gitu, jangan anggep kita adik abang lagi,"

Jeje terkejut, sama halnya dengan Jovi. Ini Nana? Benar Nana??

"BRAKKKK" pintu kamar dibanting keras, Nana masuk ke dalamnya tanpa menghiraukan panggilan Jovi. Lantas Jeje ikut menyusul masuk ke dalam.

PAGE of 365 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang