Chapter 33

636 88 1
                                    

To all the boys I've loved before

Bersama dengannya kadang membuat nafasku seakan berhenti dan aku hanya berharap semoga hubungan palsu ini segera berakhir sebelum terlambat.

.
.
.
.
.
.

Saat mataku perlahan terbuka, hari sudah beranjak siang. Dengan tatapan mata kosong aku mencoba mengingat yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Ahh... Aku bangun kesiangan, untung saja hari ini aku tidak ada kelas. Saat aku memejamkan kedua mataku sebentar, wajah orang itu terlintas dibenakku.

'Sadar Gun... Off masih menyukai Mild jangan sampai kau merasakan hal yang sama lagi' batinku frustasi.

Saat mencintai, kita pasti tahu konsekuensi yang akan dihadapi. Kehilangan merupakan salah satu konsekuensi yang harus dihadapi dari mencintai. Aku harap sandiwara ini segera berakhir sebelum terlambat.

.
.
.
.

Tidak terasa sudah 2 bulan aku berpacaran dengan Off. Menjadi pacar pura-pura Off semakin menjadi mudah dan lebih mudah. Aku selalu makan siang dengannya di kantin, menonton pertandingan Off, dan bahkan berteman dengan beberapa teman Off. Mereka tidak seperti teman-teman lamaku tapi cukup menyenangkan bergaul dengan mereka.

Walaupun itu menyenangkan menjadi bagian dalam sebuah grup, tapi ada saatnya aku ingin kembali sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun itu menyenangkan menjadi bagian dalam sebuah grup, tapi ada saatnya aku ingin kembali sendiri. Aku bukan anti sosial, tapi aku hanya menikmati kesendirian.

.
.
.
.

Kenikmatan sejati bagi seorang introvert ialah kesendirian.Manusia membutuhkan kesendirian di saat ragu, dan itu dinamakan mencari jati diri.

Saat aku sedang asyik berbaring di sofa, aku mendengar bunyi bel pintu rumah. Aku segera bangun dari sofa lalu berlari kecil menuju pintu gerbang untuk membukakan pintu gerbang.

Setelah aku membuka pintu gerbang, aku kaget melihat tamu yang datang ke rumahku adalah Tawan.

"Gun, bisakah kita bicara sekarang?"

Aku terdiam sejenak melihatnya, selama beberapa saat ku kumpulkan keberanianku akhirnya aku bersuara, "Oke.. Kita bicara di teras saja, silahkan masuk" balasku sambil mempersilahkannya masuk.

Setelah kami berdua duduk, selama beberapa saat dia menatapku dalam kebisuan, matanya mengunci mataku "Sampai kapan kamu menghindariku Gun?"

"Tay..." dengan sedih aku memanggil namanya.

"Aku tidak percaya kau jadian dengan Off"

"Kenapa? Apa itu sulit dipercaya ada seseorang yang menyukaiku?"

"Bukan begitu, maksudku adalah kau sangat manis, baik, dan polos... Sedangkan dia menyebalkan, bagaimana bisa kau berakhir bersamanya"

"Kau membuatku terlihat membosankan Tay, aku tidak sepolos itu. Jika ini alasanmu datang dan membicarakan itu lebih baik kita sudahi sek- "

"Bukan... Bukan begitu, dengarkan aku dulu." ucapnya panik sambil menahan tanganku.

"Surat yang kau tulis untukku, apa itu serius ?" tanya Tawan pelan.

"Entahlah, itu sudah lama sekali lupakan saja itu" jawabku gugup.

"Tidak untukku kau tahu! Aku... Aku berusaha memahami semua ini-"

"Tidak perlu ada yang di pahami disini, oke? Kau seharusnya tidak membaca surat itu." bantahku.

"Tapi aku sudah membacanya! Kau ingin aku melakukan apa?!" ucapnya dengan nada bicara yang semakin tinggi.

"Um... Jangan beritahu New" jawabku gugup.

"Kau tidak perlu khawatir tentang itu, yang tidak kumengerti adalah kenapa kau selalu menghindariku? Apa karena aku tidak bisa membalas cintamu?" tanya Tawan bertubi-tubi.

"Aku tidak tahu cara berteman denganmu lagi Tay! Aku tidak bisa kembali ke saat dimana aku terus berada di antara kalian, aku tidak mau! Aku butuh waktu." jawabku dengan nada tinggi.

"Gun, Seandainya aku tahu aku akan-"

"Hentikan itu! Tolong jangan diteruskan."

"Aku... Aku hanya..." sebelum Tawan menyelesaikan kalimatnya, aku bangun dari tempat dudukku dan berjalan melewatinya sebelum aku sampai di pintu rumah Tawan menahan tanganku.

"Kau mau kemana? Kita belum selesai bicara!" ucapnya tajam.

"Tolong beri aku waktu, tinggalkan aku sendiri. Maafkan aku." jawabku sambil melepaskan tanganku darinya dan berlari masuk ke dalam rumah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang