Chapter 39

564 93 0
                                    

To all the boys I've loved before

"Aw.. aw.. Hentikan itu! Maaf maafkan" ucapnya kesakitan akibat cubitan mautku, setelah aku berhenti mencubitnya kami berdua tertawa bersama.

Meski hanya sejenak, aku menyadari bahwa ada cara yang sederhana untuk berbahagia.

.
.
.
.
.
.

Sejujurnya aku merasa asing malam ini, hiburan yang biasa aku dan adikku lakukan sekarang bertambah 2 orang. Malam ini kami sepakat menonton film action Black Panther.

Saat ini, aku tidak terlalu fokus menonton film itu karena seseorang. Entah mengapa aku selalu melirik ke arahnya yang sedang fokus menonton film.Salah satu tangannya memegang mangkuk berisi popcorn sedangkan tangan yang lainnya digunakan mengambil popcorn lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Sejak tadi kulirik segala tingkahnya. Sial, dia terlihat sexy sekali hingga aku tidak bisa mengalihkan mataku darinya.

No.. No.. Aku harus menghentikan ini! Ini berbahaya! Aku tidak boleh terlalu terbawa perasaan. Setelah film ini selesai aku harus bilang sesuatu padanya. HARUS!

Beberapa menit aku menontonnya, aku mulai merasa bosan lalu mataku perlahan mulai mengantuk hingga mataku tertutup sepenuhnya.

.
.
.

"Gun... Gun... "

Aku yang mendengar suara berisik itu sedikit menggerakkan kepalaku dan belum ingin membuka mataku sedikitpun hingga Aku mulai terbangun karena kurasakan hembusan nafas di depan wajahku. Dengan perlahan ku buka mataku lalu kulihat wajah Off tepat didepanku.

Aku yang mulai tersadar dengan refleks kudorong badannya hingga terjatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang mulai tersadar dengan refleks kudorong badannya hingga terjatuh.

"Aww... Kenapa kau mendorongku?" keluh Off kesakitan sambil memegang pinggangnya.

Aku yang masih shock karena ulahnya dengan ekspresi kesal ku berkata "Kau sendiri sedang melakukan apa tadi? Kenapa kau mendekati wajahku?!" teriakku padanya.

"Aku hanya mencoba membangunkanmu, aku tidak melakukan apapun"

"Tapi tidak harus sedekat itu kan? Kau tidak sadar apa?"

"Untuk apa aku melakukan sesuatu yang buruk di rumahmu sendiri, aku tidak segila itu"

"Tetap saja kau membuatku terkejut, jangan lakukan itu lagi!"

"Ok.. ok.. Aku minta maaf karena sudah membuatmu terkejut, sekarang tolong bantu aku bangun pinggangku masih sakit"

"Apa kau sangat kesakitan? Memangnya sekeras itu aku mendorongmu?"

"Gun, kau mendorongku sangat kencang hingga aku jatuh ke lantai tentu saja ini sangat sakit"

Aku yang merasa bersalah kutarik kedua tangannya untuk bangun dan membantunya duduk di sofa lalu aku tersadar tidak ada Chimon dan Nanon disini, kulihat disekitarku hanya kami berdua di ruang tv.

"Dimana yang lainnya? Kenapa kita hanya berdua disini?" tanyaku bingung.

"Mereka berada di lantai atas. Setelah film selesai mereka memutuskan main game bersama" jelasnya.

"Oh begitu, kurasa kau dan adikmu harus segera pulang sekarang ini sudah larut"

"Oh ayolah ini belum terlalu malam besok kan hari minggu, santai saja lagipula mereka sedang bersenang-senang"

"Baiklah sambil menunggu mereka, apa kau ingin menonton film yang lain?" tawarku.

Off yang menyandarkan kepalanya di sofa menjawab "Mm... Tidak usah kurasa sudah cukup untuk malam ini, apa kau memang selalu tertidur seperti ini saat menonton film?"

"Tidak juga, mungkin karena aku terlalu lelah hari ini hingga tanpa sadar aku tertidur" jawabku sambil memijat kepalaku.

'Wait! Bukankah saat ini kesempatan yang bagus untuk berbicara serius dengannya, baiklah! Ayo lakukan.'

"Kak Off, aku ingin bicara serius denganmu" ucapku.

"Ok... Kau ingin bicara tentang apa?"

"Aku rasa kita harus mengakhiri hubungan palsu ini"

Off yang terkejut setelah mendengarku langsung bertanya "Kenapa!? Ada apa?"

"Kemarin aku mendapat surat-suratku kembali dan untungnya tidak ada satupun dari mereka yang menerima dan membacanya, jadi kupikir ini saat yang tepat untuk mengakhiri urusan diantara kita-.."

"Bagaimana dengan Tawan? Apa kau bisa menanganinya?" ucapnya tiba-tiba memotong kalimatku.

"Soal itu, aku dan dia sudah saling bicara tentang surat itu walau itu belum selesai. Tapi aku berniat membereskan itu secepatnya dengannya, walaupun mungkin akan terasa canggung nantinya mungkin dengan pelan-pelan kami bisa kembali normal jadi kupikir ini saat yang tepat untuk-"

"Kau yakin bisa melakukannya? Kupikir ini bukan waktu yang tepat Gun ini masih terlalu dini untuk mengakhirinya" protesnya.

Aku yang bingung dengan perkataannya ku tanya padanya lagi "Ada apa denganmu? Bukankah kau harusnya senang dengan ini? Tujuanmu melakukan ini untuk membantuku kan? kurasa ini sudah cukup lama kita menjalani hubungan palsu dan kau juga bisa kembali lagi dengan Mild..."

Dengan menghela nafas panjang Off mendekatiku dan menatapku dengan tajam "Apa kau benar-benar yakin? Apa selama ini kau tidak sadar tentang apa yang terjadi diantara kita? Apa kau tidak bisa melihat perubahanku?" ucapnya.

Aku yang terkejut dengan pertanyaannya langsung terdiam dan tidak bisa menjawabnya. Aku tidak tahu kata mana yang harus diucapkan lebih baik. Aku sangat bingung dengan apa yang kurasakan sekarang.

Tiba-tiba Off memegang pergelangan tanganku dan pelan-pelan wajahnya mendekatiku.

"A..apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau menatapku begitu? Jangan lihat aku seperti itu!" ucapku dengan gagap saat wajahnya semakin dekat dengan wajahku.

"Gun..." ucapnya memanggilku dengan suara lembut.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang