Chapter 41

570 89 0
                                    

To all the boys I've loved before

Aku benar-benar pusing hari ini, seharusnya hubungan palsu ini sudah hampir berakhir tapi Off membuatnya semakin terasa sulit dan rumit. 

Tidak peduli bagaimana aku mencoba melupakan perasaanku padanya, perasaanku saat ini begitu dalam hingga sulit untuk kembali.

.
.
.
.
.
.

Drrrrrttt....

Suara panggilan telpon dari ponselku terus bergetar sejak tadi pagi benar-benar membuatku kesal. Dengan emosi yang membara aku mengambil ponselku lalu aku menjawab panggilannya.

"APA?" Teriakku marah padanya.

[Kenapa kau tak menjawab telponku?]

"Aku sedang mandi" jawabku bohong.

[Apa kau marah soal semalam?]

"Malam apa? Aku tidak tahu yang kau bicarakan"

[Aku tahu tindakanku semalam membuatmu bingung tapi aku tidak bermaksud begitu aku....]

"Kak, aku sedang tidak ingin diganggu saat ini... bisakah kita akhiri panggilan ini?"

[Gun, kau bisa mengatakan apapun padaku. Aku sangat khawatir padamu]

"Tolong jangan ganggu aku saat ini, aku butuh waktu sendiri sekarang" mohonku padanya.

[Gun, aku...]

"BERHENTILAH MENGGANGGUKU & MEMBUATKU BINGUNG! Kembalilah dengan Mild dan tinggalkan aku SENDIRI" teriakku marah lalu menutup sambungan telpon tanpa mendengarkan penjelasan darinya.

Semakin aku memikirkannya, semakin aku kesal. Aku menjadi bingung dengan diriku sendiri yang mulai peduli dengan masa lalunya. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku sekarang meskipun ingin. Sial! Apa yang salah denganku? Apa aku sedang cemburu?

.
.
.

Sejak hari itu, selama tiga hari aku tidak bertemu dengan Off. Di hari pertama, dia tidak menelponku dan aku merasa lega dia menuruti permintaaanku. Tapi setelah memasuki hari kedua, aku tidak tahu setan apa yang merasukiku hingga membuat moodku buruk seharian.

Begitu juga hari ini, aku tidak bisa menjelaskan apa yang kurasakan sekarang. Bahkan Teman-temanku bertanya padaku apa aku sedang bertengkar dengan Off atau tidak. Sejak kami bersama, aku mulai terbiasa selalu bersama dengannya setiap hari, tapi sekarang aku merasa aneh dan kesepian tanpa kehadirannya.

.
.
.

"Punn, kenapa sekarang kita makan siang dibawah tangga? Kenapa tidak di kantin saja?" tanyaku bingung.

"Gun, aku tidak ingin terik itu mengganggu jam makan siangku lagipula hawa disini lebih sejuk dan tidak ada yang mengganggu kita" jawabnya sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangannya dari panas terik matahari.

Saat kami sedang asik dengan makan siang kami, tiba-tiba suara-suara yang tidak asing terdengar di telingaku tepat diatas kami.

"Entahlah Off, ini seperti kau tidak punya waktu lagi untukku! Kau lebih sering menghabiskan waktu dengannya!"

"Haruskah aku menunggumu seperti seorang idiot saat kau pergi dengan teman kencanmu!"

Aku yang merasa tidak nyaman mendengar percakapan mereka, aku berbisik Punn "Kita harus pergi sekarang, kedengarannya itu masalah pribadi" sambil bersiap untuk berdiri tapi Punn menahan pundakku.

"Apa kau bercanda? Dia pacarmu & mereka jelas membicarakanmu" bisiknya marah.

"Hah yang benar saja! dia bukan pendengar yang baik!" ucap Mild

"Itu karena dia tidak selalu ada sepertiku. Mild, kau tidak bisa terus seperti ini padaku!"

"Apa kau akan pergi bersama dengannya di acara reuni sma nanti? Bukankah itu tradisi kita!"

"Ck, kenapa kau peduli tentang itu? kita sudah putus dan kau sudah punya pacar"

"Y-ya... Tapi mungkin saja dalam waktu dekat ini... Aku putus dengannya ..."

"Hentikan itu Mild, sudah cukup aku mendengarnya"

"Off tunggu! Off! aku belum selesai bicara" teriak Mild.

Setelah Mendengar percakapan mereka, aku terdiam sejenak selama beberapa saat. Punn yang juga ikut mendengar mereka,menatapku dengan sedih lalu menyentuh tanganku.

"Gun, Mild sedang mengejar pacarmu. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Aku memilih tidak menjawab pertanyaannya lalu menghela nafasku kasar. Ingin marah, tapi aku tidak punya hak karena sejak awal memang inilah tujuan hubungan palsu aku dengan Off.

.
.
.

Setelah mendengar percakapan mereka aku merasa sangat buruk karena menghalangi hubungan mereka dan aku memutuskan pergi menemui orang yang selama ini aku hindari selama hampir 3 bulan ini.

"Tay" panggilku didepan ruang kelasnya saat ia sedang sibuk membaca bukunya.

Tawan yang mendengar panggilanku bangun dari tempat duduknya lalu menghampiriku "Gun, ada apa kau memanggilku?"

"Aku butuh teman bicara sekarang, apa kau sibuk?" tanyaku

"Tidak, hari ini kelasku sudah selesai... bagaimana kalau kita bicara di tempat yang lebih sepi supaya kau merasa nyaman"

"Baik, kau yang pilih tempatnya... aku benar-benar membutuhkanmu " jawabku pelan.

.
.
.

Di taman kampus yang cukup sepi, aku menceritakan semuanya pada Tawan tentang surat-surat cinta itu dan perasaanku saat ini padanya, tapi tentu saja aku tidak menceritakan hubungan palsuku dengan Off karena aku tidak mau melanggar kontrak.

"Umm.. Maaf aku tahu kau tidak ingin mendengar soal Off, tapi aku butuh seseorang yang mungkin mengerti tentang ini. Semakin lama aku terbiasa dengannya, semakin terasa sakit karena pada akhirnya ia akan kembali lagi pada Mild. Dan a..aku sangat kesal diriku karena seharusnya sejak awal aku tahu hal ini akan terjadi"

"Aku tidak tahu harus berkata apa Gun, tapi itu semua terserah padamu ingin melanjutkan hubunganmu dengannya atau tidak dan kupikir kau harus bicara terus terang padanya" ucap Tawan mencoba memberikan saran padaku.

Benar... aku harus bicara terus terang dengannya dan setelah kupikir-pikir aku harus mengakhiri hubunganku dengannya secepat mungkin sebelum semakin bertambah rumit.

"GUN"

.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang