To all the boys I've loved before
"Kenapa kau seyakin itu? Aku bahkan tidak yakin dia sudah melupakan Mild"
"Karena setiap saat Off memandangimu aku melihat tatapan cinta yang dalam di matanya"
.
.
.
.
.
."Hei, aku lapar" keluh Chimon sambil menyandarkan kepalanya di pundakku.
"Jika kau lapar, makanlah sesuatu"
"Ayolah kau tahu maksudku. Aku ingin makan masakanmu kak... Aku kelaparan"
"Pesan makanan saja, aku sedang tidak mood memasak" jawabku malas.
"Baiklah, aku pesan pizza saja apa kau juga mau?"
"Tidak terima kasih, aku tidak lapar"
"Hei.... Kenapa kau menonton film 'Less Miserables'? Ini film yang sangat sedih..."
"Aku sedang ingin menonton kisah cinta tragis Eponine yang patah hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan, ia tetap mencintai Marius dengan sepenuh hati. Bahkan rela menolong Marius yang hampir tertembak walaupun akibatnya Eponine sendiri yang tertembak mati." jelasku panjang sambil menatap televisi di depanku.
"Hei, ada apa denganmu? Apa kau bertengkar dengan pacarmu? Ceritakan padaku" tanya Chimon sambil mengguncang badanku.
"Entahlah... Tapi aku berencana ingin putus dengannya besok malam" jawabku datar.
"Apa kau sudah tidak waras!? Kenapa kau menyia-nyiakan pacar sempurna seperti dia?!" umpat Chimon padaku.
"Aku hanya tidak ingin menjadi penghalang cinta Off dengan mantannya" jawabku malas.
"ASTAGA KAK GUN! Kenapa kau harus mengkhawatirkan mantan pacar Off! jika mereka masih saling cinta mereka tidak akan putus!" omelnya padaku.
"It's Complicated. Aku hanya merasa ini jalan yang terbaik-..."
"Stop! Kakak berhentilah memikirkan orang lain dan mulai sekarang pikirkan dirimu sendiri. Kau tahu, Tidak ada salahnya kau bersikap egois sedikit" ucapnya memotong ucapanku.
"Aku tidak peduli, lebih baik aku akan ke kamar sekarang. Aku sudah tidak mood berdebat denganmu apalagi membicarakan pria itu" ucapku kesal lalu bangun dari sofa pergi berjalan menuju kamarku.
.
.
.Aku menatap layar ponselku untuk mengintip akun instagram Off. Ku lihat ada beberapa foto diriku di akunnya membuatku memikirkan perkataan Off selama beberapa saat.
Aku jarang memposting foto diriku di akun instagram dan aku lebih suka memposting foto pemandangan atau seni fotografi lainnya itulah alasan aku tidak pernah memposting foto kami.
Perkataan Off kemarin memang benar bahwa aku tak benar-benar berani mencintai seseorang karena aku tidak mau merasa tersakiti dan sedih.
Ya... Aku tak ingin menjadi sedih. Aku hanya ingin senang-senang dan tak ada hal-hal buruk yang perlu kupikirkan.
But Now.... Aku bisa mengatakan bahwa aku bukan lagi Gun yang dulu. Sebaliknya, aku sangat mencintai seseorang hingga aku hampir tidak mempercayai diriku sendiri.
Aku masih tidak yakin Off menyukaiku, tapi perkataan Punn kemarin membuatku berharap sesuatu yang mustahil. Benarkah Off menyukaiku?
Well... Sepertinya aku harus mendapatkan jawaban itu di acara reuni besok.
.
.
.Akhirnya hari yang ku tunggu-tunggu telah tiba. Malam ini urusan antara aku dengan Off harus selesai. Apapun hasilnya aku yakin itu adalah yang terbaik bagiku juga dengannya.
Saat aku sedang asik bersiap-siap, aku mendengar suara notifikasi di ponselku. Dengan terburu-buru ku ambil ponselku lalu kuangkat panggilan itu.
[Aku baru sampai dirumahmu.. Apa Kau sudah siap?] ucap Off.
"Iya, kau tidak perlu masuk ke rumah. Sebentar lagi aku akan keluar"
[Baiklah, aku tunggu di mobil] ucapnya singkat lalu langsung memutuskan sambungannya.
Entah kenapa aku merasa sangat gugup malam ini. Semoga saja malam ini aku bisa melaluinya.
"Pa, aku pergi dulu ya... Mungkin aku akan pulang larut malam jangan tunggu aku" pamitku buru-buru.
"Gun, tunggu sebentar. Duduklah disebelahku sebentar saja"
Aku pun menuruti permintaan Papa lalu bertanya padanya "Ada apa Pa?" tanyaku bingung.
"Sebelum kau pergi, Ayah ingin bicara sesuatu yang serius denganmu. Ini tentang masalah kesehatan seksualmu"
Aku membulatkan mataku lalu menggelengkan kepalaku dengan brutal karena aku malu membahas itu "No... No... Pa, please stop"
"Kau bilang kau akan pulang larut, untuk jaga-jaga aku menyiapkan ini untukmu" ucap papa sambil menyerahkan sesuatu padaku.
Aku yang menerima pemberian darinya sangat terkejut. Astaga! Papa memberiku Kondom! What the...
"Papa, untuk apa kau memberikanku ini" teriakku.
"Tentu saja untuk melindungimu, apa jangan-jangan kau sudah punya? Kalau begitu kau simpan saja ini untuk kau gunakan nanti" jawabnya santai.
"Oh Tuhan Papa... Berhentilah membahas ini! Sudahlah! Lebih baik aku pergi sekarang sebelum aku semakin gila" umpatku sambil meletakkan benda menjijikkan ini di atas meja lalu pergi menuju pintu.
"Bersenang-senanglah nak" teriak Papa.
"Tenang saja Pa. Aku pasti akan bersenang-senang malam ini karena aku punya banyak karet di kantung celanaku" ucapku sarkastik lalu dengan sengaja kututup pintu dengan kencang.
Di balik pintu, aku bisa mendengarnya dengan jelas tawanya yang keras. Aisshh... Benar-benar menyebalkan!
.
.
.Selama di perjalanan suasana diantara kami selama di dalam mobil menjadi hening. Aku berbalik dan melihat ke arah kaca spion mobil. Kenapa suasana menjadi canggung, ada apa dengan Off? Dia mengendarai mobil dengan ekspresi serius sepanjang waktu.
"Kak Off, apa terjadi sesuatu denganmu? Kau terlihat seperti menahan sesuatu?" ucapku mencoba bertanya dengan hati-hati.
"Aku tidak apa-apa" jawabnya datar.
"Apa kau masih marah soal kemarin...?" tanyaku lagi. Off menoleh ke arahku lalu tersenyum padaku. Kemudian ia mengulurkan tangannya untuk meraih kepalaku lalu mengusap kepalaku.
"Jangan terlalu banyak berpikir, aku benar-benar tidak apa-apa Gun" ucapnya sambil tersenyum.
Walaupun ia berkata baik-baik saja. Terkadang hati mampu melihat apa yang tidak nampak di mata karena aku tahu ia tidak baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
To all the boys I've loved before II Gun Atthaphan Ver.
Fanfiction[COMPLETE] First of all, cerita dan semua cast ini terinspirasi dari trailer youtube. Gun Atthaphan suka menulis surat cinta secara rahasia kalau dia sedang jatuh cinta namun bagaimana jadinya jika semua surat cinta yang ia buat sudah tidak menjadi...