Alana pun menuruni tangga ke lantai dasar sebenarnya ia tak tau arah dapur itu dimana tetapi, instingnya membawanya ke sebuah pintu berwarna hitam dan di pintu itu terdapat tulisan "danger" pada balok baloknya.Alana pun memegang ganggang pintu lalu memutarnya.
"Alana" seruan seseorang mengaetkan Alana dan membatalkan niatnya untuk memasuki ruangan itu.
"Y-a"
"Apa yang kau lakukan disitu" ucap pria itu dingin dan sudah berada di depannya.
"Emmm,aku----" Alana meremas tangannya dan kepalanya yang menunduk.
"Lain kali jangan sekali kali memasuki ruangan ini" tangan pria itu menganggkat wajah Alana dengan lembut tak lupa juga wajahnya sudah kembali seperti semula..
"Yasudah kau mau lapar kan? "Ucapan pria itu lantas membuat Alana mengangguk dan tangannya pun ditarik membuatnya mengikuti pria itu.
Sesampainya di dapur Arga pun menuntun Alana untuk duduk di sebuah kursi yang ada di ruangan itu.
"Kau duduk disini yahh?, aku akan membuatkanmu makanan"
"Iya"
Setelah itu Arga pun mencari bahan bahan yabg ada di kulkas lalu memotong motongnya.
Alana yang bosan duduk pun ikut berdiri lalu berjalan ke samping Arga.
"Bolehkah aku memotong bawangnya"
"Yasudahh,potong yang ini" Alana pun memotong bawang itu
"Ahhhh" jari Alana terkena pisau membuatnya meringis.
Arga pun menoleh ke arah Alana dan matanya terarah pada jari Alana yang berdarahhh.
"Al" sontak Arga mengambil jari Alana dan mengemutnya.
Alana yang tiba tiba diperlakukan seperti itu kaget dan refleks menarik tangannnya. Alhasil darah yang kekuar semakin banya.
"D-arahhhh" kakinya gemetaran, ingatan tentang darah pun membuat traumanya kambuh. Perutnya seakan diaduk aduk membuatnya ingin muntahh.
Arga yang melihat itu sontak menarik kepala Alana ke dalam dadanya dan menyembunyikan wajahnya agar Alana tak melihat darahnya sendiri.
Arga pun membawa Alana menuju sofa sembari menyuruh pelayannya untuk membawakan kotak obat.
"Ini obatnya tuan" seorang pelayan yang sudah berdiri di hadapannya dengan obat luka di tangannya.
" baiklah ros kau boleh kembali" Sang pelayan pun menganggukan kepalanya lalu memutar badannya dan berjalan menuju arah dapur.
Arga pun sontak mengobati luka Alana dengan kepala yang masih bersembunyi di dadanya.
Badannya tak berhenti bergetar keringat dingin membasahi pelipisnya.
Setelah selesai mengobati luka Alana, Arga pun menjauhkan kepala Alana dan menanggup pipinya, lalu mengelap keringat dingin yang sejak tadi mencucur.
"S-ebe-narnya kita dimana?"
" kita di tokyo Alana"
Alana pun mengelah nafasnya lalu menatap wajah Arga yang tampan itu.
"Makasih ga"
***********
Crussss
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruel Boy (On Going)
RomanceKala aku sudah menandaimu kau tak bisa lari dariku -Alander Angelio lucifer BELUM DI REVISI JADI MASIH ACAKK ACAK #1 Kisah 04/07/2021