Epilog

350 48 8
                                        

Kuliah dari senin sampai jumat membuat Cinta lelah. Rasanya gadis itu ingin mengajukan proposal liburan pada kemendikbud yang berisi usulan libur dua kali setahun selama 6 bulan tiap liburnya.

Namun, sampai sekarang rencana brilian itu tak terlaksana karena lagi-lagi Cinta terlalu malas untuk merangkai kata-kata dalam menyusun proposal spektakulernya itu. Iya, rasa malas Cinta memang belum menghilang sekalipun ia pernah di siram menggunakan air zam-zam.

Bicara tentang rasa malas, hari sabtu malam minggu ini Cinta bahkan tak mau repot untuk sekedar mandi atau berdandan mengingat sang kekasih hati yang suka minta jantung itu mengajaknya keliling kota Jogja. Gadis itu masih merebahkan diri di kasur dengan gaya meringkuk sambil memeluk boneka alpukat hadiah dari Biru.

"Cinta," panggil Biru sambil mengetuk pintu kamar kos Cinta.

"Masuk aja." Cinta terlalu malas untuk membuka pintu.

Mendengar komando dari sang pacar, Biru langsung masuk ke dalam kamar Cinta yang secara mengejutkan tak pernah berantakan sekalipun pacarnya itu memiliki gen malas yang mendarah daging. Namun, bukan itu fokus Biru, fokusnya adalah Cinta yang masih bercinta dengan kasur.

"Kamu belum mandi?" tanya Biru.

"Belum."

"Ya udah sana mandi aku tungguin." Cinta menatap Biru dengan tatapan kesalnya. Gadis itu malas mandi.

"Nggak mau mandi! Cinta lagi marahan sama air." Biru tak tahu drama apa lagi yang sedang dilakonkan oleh sang kekasih.

"Kenapa marahan?"

"Cinta nggak masalah ya sebenernya kalo dia nggak bales omongan Cinta pas Cinta curhat, tapi lama kelamaan sikap dia makin nyebelin." Sebagai pacar yang baik yang mengerti ketidakwarasan pacarnya Biru menimpali.

"Makin nyebelin gimana?" Seketika pasangan ini menjadi partner gibah dengan subjek air kosan Cinta.

"Sikap dia dingin banget ke Cinta. Bahkan sampai kerasa ke kulit-kulit Cinta. Nyebelin!" Biru akhirnya mengambil kesimpulan bahwa Cinta malas mandi karena air kosan Cinta dingin, apalagi bulan Desember yang sedang hobi hujan ini.

"Heaternya nggak nyala?" tanya Biru.

"Rusak. Udah bilang ke ibu kos katanya lusa baru tukangnya dateng."

"Masak air anget dong buat mandi." Cinta memandang Biru dengan tatapan penuh penilaian seolah Biru baru saja memberikan usul paling bodoh di hidupnya.

"Biru nggak boleh gitu! Mama bilang meskipun orang itu nggak baik sama kita, kita nggak boleh jahat sama dia." Biru belum mengerti maksud ucapan Cinta jadi dia hanya diam saja membiarkan kekasihnya itu memberikan penjelasan lanjutan.

"Meskipun air itu bersikap dingin sama Cinta bukan berarti harus Cinta bales nyakitin dia dengan cara direbus." Biru mendesah, memang dari awal Cinta sedang malas dan mencari-cari alasan di luar akal manusia.

"Kalo kamu nggak mau mandi apa itu berarti kita nggak jadi malam mingguan?" tanya Biru.

"Jadi!!" Tentu saja harus jadi, Cinta suka ketika harus berdua dengan Biru.

"Ya udah mandi." Cinta berdecak kesal, dalam otaknya sedang mencari cara biar bisa pergi tanpa mandi.

"Cinta mandi biar apa?" tanya Cinta.

"Biar bersih, wangi dan tambah cantik."

"Itu masalahnya." Biru menaikkan sebelah alisnya bersiap mendengarkan rangkaian ucapan random dari pacarnya.

"Apa?"

"Kalo Cinta tambah cantik nanti tambah banyak yang suka. Kalo banyak yang suka nanti mereka ngejer-ngejer Cinta terus nanti Biru banyak saingan. Cinta itu nggak mandi biar nggak banyak orang yang suka sama Cinta, biar Biru nggak banyak saingan." Apakah Biru menyerah? Tentu saja iya. Sejak kapan dia menang melawan Cinta.

✅ ManitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang