11

549 122 23
                                    

Setengah hidup Biru digunakan untuk tidur. Bagi Biru, tidur adalah sebuah pelepasan stres yang sangat murah dan menyenangkan. Ia hanya perlu memejamkan mata lalu menjalani mimpi yang walaupun kadang tak selalu indah, tapi tetap ia jalani.

Namun, sepertinya ananda Cinta yang terkasih tak mengerti akan hal itu. Hampir setiap jadwal tidur Biru selalu ia ganggu dan yang membuat Biru bertanya-tanya dari jaman dulu hingga sekarang adalah bagaimana gadis bar-bar itu selalu bisa masuk ke dalam rumahnya tanpa dibukakan pintu? Ia curiga selama ini Cinta bisa teleportasi.

Sore ini dimana jadwal tidur Biru sedang digelar dan mimpi sudah di-download untuk dilihat dalam mata terpejam Cinta tiba-tiba menggagalkan itu semua dengan melompat-lompat di kasur empuk Biru hingga mimpi Biru mengalami gempa dan mau tak mau lelaki itu harus membuka mata hanya untuk menghentikan gempa lokal itu.

"Seriously Cinta." Cinta berhenti meloncat-loncat lalu duduk di kasur sambil memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Kali ini apa?"

"Ajarin basket." Biru baru sadar bahwa Cinta bahkan memakai jersey basket eh tunggu bukankah itu milik biru?

"Itu baju gue kenapa bisa lo pake? "

"Biar keren kayak anak basket. "

"Tapi, kegedean di lo Cinta ku sayang." Biru menghela napas Cinta memang selalu seaneh itu.

Biru berjalan ke arah lemarinya lalu mengambil jersey basket yang ia pakai saat masih SMP setidaknya lebih kecil itu dibandingkan jersey yang dipakai cinta.

"Pake yang ini."

"Ih ijo kayak kodok."

Selalu saja hal-hal aneh yang ada dipikiran Cinta padahal hijau juga bisa seperti daun, tapi gadis itu malah memilih menyamakannya dengan kodok.

"Udah pake ini aja, kayak boneka sawah kalo lo pake yang itu," kata Biru lalu lelaki itu masuk ke kamar mandinya untuk mencuci muka.

Cinta wajib bersyukur karena Biru mengikuti kemauannya tanpa bertanya lebih lanjut ataupun tanpa drama memaksa. Andai saja itu Bagas maka akan lain cerita, Biru mungkin akan langsung menendangnya tanpa bertanya lebih dulu.

Saat Biru keluar Cinta sudah siap dengan jersey milik Biru dan bola basket yang lagi lagi milik Biru.

"Keluar gue mau ganti baju."

"Kenapa? Kita bahkan pernah mandi bareng. "

"Oke," Biru ingat perkataan Bagas beberapa hari yang lalu.

"Cewek kayak Cinta yang suka oppa-oppa itu biasanya suka liat abs idolanya jadi kalo ada kesempatan pamerin aja dijamin dia klepek-klepek sama lo. Lo ada abs kan?"

"Ada lah, badan ateis kayak Biru pasti ada abs," sahut Vino yang yakin bahwa Biru memiliki roti sobek.

"Bukan ateis tolol tapi atletis," koreksi Biru.

Biru membuka kaosnya meninggalkan singklet hitam yang mencetak bentuk badannya. Dalam hati Biru sedang tersenyum berharap bahwa Cinta akan memujinya, tapi ternyata ekspektasi dan realita tak akan pernah sama.

"Ya ampun Biru mesum." Cinta sok-sokan menutup mata lalu keluar dari kamar Biru.

"Lah tadi yang nggak mau keluar perasaan dia kok jadi gue yang mesum sih?" Namun, kembali lagi ke hukum antara Cinta dan Biru, Cinta tak pernah salah.

-o0o-

Sore itu Cinta memang meminta Biru mengajarinya basket karena besok ada pelajaran olahraga dengan penilaian basket ya walaupun hanya sekedar pengambilan nilai lay up dan shooting, tapi itu sudah menjadi masalah besar bagi Cinta yang tak mengerti basket. Walaupun selama ini ia pasti menonton basket saat Biru bertanding, tapi gadis itu hanya paham bahwa saat bola masuk ring lawan maka akan mendapatkan skor selain itu dia tak tahu apa-apa.

✅ ManitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang