26

270 67 25
                                    

Lima jam berlalu sejak pembagian rapot pagi tadi, dan sampai sekarang Cinta masih betah berada di rumah Biru. Ia berdalih ingin menemani Biru padahal dia sedang kabur dari kemungkinan mendengarkan amukan dari ibunda tercinta sejak nilai rapornya yang kemungkinan besar memiliki nilai yang sama rendahnya dengan tingginya saat masih SD dulu. Padahal jika saja Cinta tahu bahwa sebenarnya mamanya tak marah karena setidaknya Cinta sudah ada niat untuk belajar.

Namun, ini adalah kebiasaan Cinta sejak dulu. Gadis itu akan mengekori Biru atau Dony saat hari pembagian rapot. Dan berhubung Dony sedang sibuk dengan Sena yang tiba-tiba mendatanginya dan juga status Biru sebagai kekasihnya otomatis Cinta akan berlari kepada Biru walaupun sampai kapanpun tempat pelarian Cinta adalah Biru, entah apa yang akan gadis itu lakukan jika tak ada Biru di dekatnya.

"Biru mau makan apa?" tanyanya tiba-tiba menandakan bahwa gadis itu sedang lapar, tapi gengsi untuk mengatakannya setelah dia menghabiskan satu nasi padang setengah jam lalu.

"Gue nggak laper." Cinta menajamkan tatapan matanya kepada Biru kemudian berpindah ke depan Biru menutupi layar TV kemudian meletakkan tangannya ke atas bahu Biru.

"Biru laper, percaya sama Cinta, Biru itu lagi laper banget." Wajah Cinta begitu dekat bahkan Biru bisa merasakan napas Cinta.

"Gue nggak laper Cinta, tadi abis makan bareng lo." Cinta tak menyerah, kali ini gadis itu memaksa wajah Biru untuk menghadapnya.

"Pokoknya Biru laper, dan kepengen pizza." Biru menukikkan alisnya masih bingung kenapa Cinta memaksa bahwa ia lapar, kemudian otak cerdas sang juara umum itu langsung mampu memproses apa yang sebenarnya terjadi. Kekasihnya lapar dan ingin Pizza.

Lucu rasanya melihat Cinta bertingkah memaksanya untuk lapar.

"Hmm, iya sekarang gue laper pengen pizza." Senyum Cinta terbit, kodenya tersampaikan.

"Gue pengen pizza apa ya?" tanya Biru meladeni permainan Cinta yang sebenarnya sangat kekanak-kanakan.

"Pepperoni! Biru pengen Pizza Beef Pepperoni."

"Masa sih? Kayaknya gue pengen Meet Lovers deh." Sesekali menggoda Cinta sepertinya tak akan ada masalah. Lihatlah bagaimana gadis itu bertindak seolah mengintimidasi dengan wajah yang bahkan tak bisa dikatakan seram. Atau mungkin bagi Biru apapun wajah menakutkan yang diberikan Cinta akan terlihat lucu dan cantik di matanya.

"Nggak! Percaya sama Cinta, Biru pengen Beef Pepperoni. Tadi Biru tidur terus ngigau bilang 'Beef Pepperoni Beef Pepperoni' gitu terus."

Tawa Biru meledak, memang siapa yang tidur? Cinta memang paling bodoh dalam hal berbohong. Semuanya selalu terlihat jelas di wajahnya dan itu yang menarik bagi Biru atau memang apapun tentang Cinta akan selalu menarik hati Biru.

"Oh ya?" Cinta mengangguk kuat-kuat membenarkan apa yang baru saja dikatakan Biru.

"Ya udah karena gue pengen Pizza Beef Pepperoni, gue keluar pesen dulu." Biru berdiri kemudian mengambil jaketnya bersiap untuk pergi mencari pizza yang katanya adalah keinginannya itu. Hingga sebuah teriakan antusias Cinta menyambangi rungunya.

"IKUUUUUUTTTTT."

"Ya udah ayo." Cinta tak berdiri, dia hanya mengulurkan kedua tangannya ke atas, entah ingin Biru menariknya atau ingin Biru menggendongnya.

"Gendong atau-"

"Bantuin diri, nanti kalo gendong punggung Biru sakit." Biru tersenyum kecil kemudian menarik tangan Cinta untuk membantu gadisnya itu berdiri.

"Cinta suka senyum Biru, keliatan ganteng." Secara random Cinta mengatakan itu dan tak akan menunggu lama bagi Biru merasakan gajah berjalan-jalan diperutnya dan kumpulan darah berkumpul di wajah hingga wajah tampannya kini memerah dengan sempurna.

✅ ManitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang