Kaget dan terkejut adalah reaksi pertama yang diberikan oleh Dony saat menyaksikan ada penyelundup gelap di kamarnya. Satu gadis yang tanpa malu tidur di atas kasur, dua orang anak laki-laki yang tengah bermain PS dan seekor ayam di bawah umur di atas meja belajarnya. Sungguh pemandangan yang sedikit membuatnya harus melakukan olahraga pernapasan.
"Siapa yang nyuruh kalian ke kamar gue?" tanya Dony dengan nada kesal.
Bukan apa-apa ia tahu bahwa Cinta ataupun Biru tak akan merusak tatanan kamar Dony, tapi si Mark? Lihatlah betapa banyak kulit semangka yang ia hasilkan ditambah ayam di bawah umur yang duduk di dalam kandang tampaknya mengantuk, mungkin ini sudah jam tidur sang ayam.
"Cinta," jawab Mark dan Biru hampir bersamaan. Walaupun yang merusuh adalah si Mark, tapi Cinta adalah jawaban paling aman mengingat Dony tak akan marah pada Cinta.
"Terus ngapain kalian di sini?" tanya Dony yang kini mendudukkan diri di atas kursi belajarnya sedangkan Biru mematikan PS-nya.
"Pertama, karena lo ngejauh dari gue dan Cinta. Kedua Cinta pikir lo ngejauh gara-gara nggak dibeliin ayam funky kayak punya gue dan Cinta." Dony melirik ke arah ayam di bawah umur yang tampak tertidur. Demi Tuhan, alasan ini hanyalah alasan yang diberikan oleh anak SD.
"Dan ketiga gue denger lo lagi kencan sama orang."
"Iya lah masa sama dedemit," celetuk Mark yang langsung menerima hantaman dari stik PS yang tadi dipegang Biru.
"Gue boleh ngomong nggak?"
"Nggak ada yang ngelarang." Mark memang minta ditampol.
"Pertama gue nggak menghindar, gue sibuk—"
"Pacaran," potong Mark.
"Gue nggak pacaran!"
"Oke gue ganti. Pedekate." Perlukah Dony menyembur ubun-ubun Mark agar tak banyak bacot?
"Ck, gue sibuk belajar bentar lagi gue ujian kan. Jadi ya gitu gue nggak bisa santai main-main sama kalian."
"Halah, alasan tuh. Nggak bisa main-main, tapi jalan sama si Sena." Mark lagi-lagi menimpali memang bayi semangka yang satu ini wajib diusir.
"Mark lo cabut dulu deh, nyokap udah masak, sana makan!" Mark akhirnya pergi dari sana meninggalkan orang-orang yang mungkin akan bicara serius.
"Lo beneran suka sama dia Kak?" Dony tersenyum kecil.
"Kayaknya iya, tapi—"
"Dih jangan nangung-nanggung dong kalo ngomong." Dony hampir saja melempar anak ayam yang sudah tidur ke wajah Biru.
"Gue suka sama dia, tapi kalo gue paksa sekarang juga bakal kasian dia."
"Kenapa?" tanya Biru heran apa susahnya tinggal tembak terus jadian. Memang makhluk Indonesia itu paling susah ngomong aku sayang kamu atau mau nggak jadi pacarku. Nanti pas ditikung mencak-mencak padahal kerjaan tiap hari cuma stalk dan sekedar membalas story.
"Gue bentar lagi lulus dan mungkin gue nggak bakal kuliah di Jakarta. Gue mau ke ITS dan itu artinya gue sama dia bakal LDR." Biru menaikkan alisnya memang apa salahnya dengan LDR, dulu jaman masa penjajahan saja bisa tuh orang-orang jaman dulu LDR masa jaman dimana sudah ada telpon dan video call masih takut LDR. Aneh.
"Apa yang salah sama LDR? Jangan kayak orang susah nggak punya kuota deh!" protes Biru kesal.
"Lo nggak pernah ngalamin. Cinta tepat lima langkah, di sekolah juga tinggal jalan berapa langkah dah ketemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Manito
Teen FictionBertahun tahun akhirnya cinta menyadari bahwa seseorang yang selama ini membantunya adalah manitonya yang masih menjalankan tugasnya selama bertahun tahun untuk menjaga Cinta. Namun, Cinta tak pernah tau siapa manitonya, yang ia tau hanya ada dua ka...