Ini awal bulan Juni dan jujur saja ada sedikit kekhawatiran pada diri Biru sang bucin Cinta pada Dony yang tak membalas pesannya yang sempat mengirimi foto Cinta. Ada perasaan tanya apakah Dony membencinya dan Cinta, hingga tak pernah saling berhubungan ataupun jajan bareng, kan kepikiran. Bahkan di anak ajaib yang tak peka pada sekelilingnya pun ikut menanyakan Dony dan sedikit penasaran apakah sang kakak-kakakannya sedang marah padanya. Walaupun Cinta berpikir bahwa marahnya Dony hanya berkisar masalah sepele seperti Cinta tak membelikan hadiah berupa anak ayam funky penuh warna. Namun, begitu Cinta mengungkapkan itu Biru langsung bisa menerka bahwa Dony sedang menghindar karena patah hati.
Alasan yang super masuk akal itu membuat Biru beranjak ke rumah Dony, tetapi langkahnya tertahan setelah sang kekasih dengan senyuman merekahnya berdiri di depan pintu dengan setumpuk buku di tangannya. Ah dia lupa bahwa Cinta sedang minta diajari sejak Dony beberapa kali mengatakan bahwa ia sibuk dan menelantarkan Cinta yang tak biasa belajar mandiri.
"Biru mau pergi?" tanya Cinta penasaran.
"Nggak, mau buka pintu kan lo dateng." Cinta mengerutkan dahinya dia bahkan belum mengetuk pintu, apa ini yang dinamakan telepati pasangan? Entahlah Cinta tak ingin memikirkannya, yang lebih penting sekarang adalah dia harus belajar giat agar bisa kuliah di tempat yang sama dengan Biru.
"Ya udah ayo masuk. Kita belajarnya nggak usah lama-lama ya." Cinta memicingkan matanya semakin curiga ada sesuatu yang disembunyikan Biru, entah itu makanan atau apa pun Cinta ingin tahu.
"Kenapa nggak boleh lama-lama?'
"Nanti lo pusing, gue nggak mau liat lo pusing." Alasan saja kamu, Mas Biru bucin.
Namun, beruntung Cinta keburu tersipu malu dan melupakan kecurigaannya, sungguh hebat sekali Biru ini mengobrak-abrik hati Cinta.
"Oh gitu ternyata, ya udah ayo masuk."
Belajar dimulai, tapi tentu saja semuanya tak semulus wajah Nia Ramadhani, ada saja gangguan seperti Cinta yang tiba-tiba beranjak dan menjarah isi kulkas dilanjutkan dengan Cinta yang malah membawa buku kelas 1, seolah-olah pikiran Cinta tak sedang berada di sana.
"Lo nggak konsen, kenapa?" tanya Biru menghentikan aksi coret-mencoret Cinta yang menghasilkan gambar seekor ikan yang mungkin niatnya gambar Johwang, tetapi berakhir seperti ikan hamil yang terkena penyakit beri-beri.
"Oke Cinta mau jujur." Biru menghela napas.
"Cinta nggak suka kalo Biru minjem bolpen terus nggak dibalikin. Biru bukan orang susah yang nggak bisa beli bolpen." Biru menaikkan alis sebelahnya.
"Apa sih? Ngomong aja Cin, gue bingung."
"Tanggal 17 Mei kemaren jam bahasa inggris kamu minjem bolpen Ratu dan sampai sekarang kamu masih simpen di kotak pensil kamu. Masa kamu nyimpen barang cewek lain sih?" Oke sekarang Biru paham Cinta sedang cemburu dan ia tak bisa menahan senyumnya lalu di cubit pipi Cinta hingga sang empunya menjerit kesal.
"Iya maaf ya Cinta sayang, kalo gitu ini lo aja yang nyimpen dan ngasih ke Ratu." Biru memberikan bolpen pilot hitam pada Cinta dan Cinta menerimanya dengan sedikit senyum dan menyimpannya di tempat pensil miliknya.
"Oke masalah pertama selesai. Sekarang masalah kedua." Mata Biru menyipit, memang masalah apa lagi yang sudah ia perbuat tanpa sadar.
"Kenapa Biru kayak orang kebanyakan pikiran? Ada masalah?" Walaupun Cinta kadang tak peka, tapi dia cukup mengerti kapan sang pacar itu ada masalah.
"Biru," panggil Cinta penuh dengan sedikit lebih lembut.
"Gue kepikiran kak Dony, dia kayak ngejauh nggak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Manito
Teen FictionBertahun tahun akhirnya cinta menyadari bahwa seseorang yang selama ini membantunya adalah manitonya yang masih menjalankan tugasnya selama bertahun tahun untuk menjaga Cinta. Namun, Cinta tak pernah tau siapa manitonya, yang ia tau hanya ada dua ka...