8

602 139 28
                                    

"Huaaaaa!"

Teriakan Biru di lapangan basket saat dia dan teman-temannya sedang berlatih membuat Vano dan Bagas bergidik ngeri. Dari pagi memang Biru sedang badmood untuk hal yang mereka yakini itu semua karena Cinta setidaknya bagi mereka mood Biru tergantung dari bagaimana perlakuan Cinta pada Biru.

"Deketin nggak nih?" tanya Vano pada Bagas yang hanya berani melihat Biru yang bermain bak orang gila.

"Ogah! Gue takut dilempar bola basket," kata Bagas yang trauma menjadi sasaran bola basket dari Biru beberapa saat yang lalu.

"Terus mau sampai kapan kayak gini? Panggil Cinta?" tanya Vano.

"Cinta udah balik tuh sama trio wek wek katanya mau shopping atau apalah nggak ngerti gue, yang jelas duit gue dirampok sama Ayana."

"Kok bisa?"

"Sepupu laknat dia tuh! Dia ngancam ngasih tau nyokap gue kalo nilai gue turun." Bukannya ikut bersedih dengan apa yang menimpa temannya, Vano malah tertawa bak bekantan menikmati setiap penderitaan Bagas.

"Jangan ketawa lo. Sekarang urusin tuh temen lo anak-anak mana berani ngusik kapten basket." Ucapan Bagas akhirnya membuat Vano mendekati Biru.

"Stop dulu bro, sini ngobrol ngobrol bentar sambil minum aqua," suruh Vano pada Biru, tapi Vano bukanlah Cinta yang setiap perkataannya harus ia dengarkan, jadi Biru tak akan berhenti memainkan bolanya.

"Sial dicuekin gue." Sebal Vano.

"Lo berhenti dulu atau gue laporin ke Cinta." Seampuh itu nama Cinta hingga Biru melemparkan bola dan menuju ke arah dua teman semprul-nya.

"Apa?"

"Harusnya yang nanya itu kita bege. Lo kenapa?" Biru duduk lalu menghela napas panjang.

"Gue nolak Cinta." Rahang Vano dan Bagas hampir jatuh ke bawah saking kagetnya. Cinta baru saja di tolak oleh Biru, si bucin-nya Cinta yang nomor satu.

"Gue yakin gue pasti mimpi bro. Cubit gue bro." Vano langsung mencubit Bagas dengan kencang hingga Bagas menjerit kesakitan.

"Serius lo Bir?" Biru mengangguk lemas.

"Baru kali ini gue ketemu orang pinter, tapi goblok." Tatapan sengit Biru membuat Bagas langsung menutup mulutnya.

"Oke lupakan kegoblokan lo sekarang ceritain ke kita kronologi ceritanya siapa tau kita bisa bantuin lo."

"Kalo gitu Biru aja yang jadi pacar Cinta."

"Lo serius Nta?" Cinta mengangguk dengan mantap.

"Tapi, dulu lo bilang lo bakal pacaran sama orang yang lo cintai."

"Iya emang," kata Cinta dan membuat Biru berekspektasi tinggi bahwa Cinta sudah mencintainya.

"Lo cinta sama gue?"

"Belum Cinta belum deg-degan pas sama Biru ataupun sama cowok manapun sedangkan semua novel yang Cinta baca bilang kalo kita jatuh cinta maka jantung kita bakal berdetak lebih kencang dan kita ngeliat lope-lope di udara dan Cinta belum pernah liat itu."

"Gue bakal jadi pacar lo kalo lo cinta sama gue, kalo lo udah nyadar apa arti gue buat lo. Gue bakal dengan senang hati nerima lo." Cinta mengerjap, tapi kemudian dia tersenyum menganggukkan kepalanya.

"Cinta bakal langsung nembak Biru kalo Cinta udah cinta sama Biru."

"Gitu ceritanya."

"Gue nggak ngeliat ada kesalahan di sini." Vano mengangguk menyetujui ucapan Bagas.

✅ ManitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang