Bagian 26

5.6K 275 23
                                    

Sean PoV On

Aku menatap sendu kepada seseorang yang terbaring lemah di ranjang itu. Matanya yang indah belum terbuka sama sekali, padahal ini sudah lebih dari seminggu. Kenapa dia tidak bangun juga?

Kuhampiri wajah pucat itu. Wajah yang biasanya selalu tertawa riang dengan kepolosannya mendadak bungkam.

Aku sudah kehilangan mama dan aku tidak mau kehilangan dia juga.

"Maafin kakak ya dek?" Mungkin berjuta maaf tak bisa mengembalikan semuanya. Aku tidak tuli, kabar kecelakaan Reynand sudah kudengar bahkan sejak hari pertamanya di rumah sakit aku mendengarnya.

Aku menggenggam tangan yang dingin ini, tangan mungil yang harusnya selalu aku jaga. Tetapi...

"Bangun dek, kakak nungguin kamu disini ... Kamu jangan tinggalin kakak ya, kakak udah ditinggalin mama dan aku nggak mau ditinggal adek juga."

Tes!

Aku mengusap air mata yang menggenang di pipiku, sembari mengedarkan pandanganku ke dalam ruangan. Mama dan papa sedang tidur di sofa rumah sakit, mereka sangat keras kepala. Aku menyuruh mereka tidur agar mereka tak jatuh sakit.

Sejujurnya, aku merasa sangat beruntung bertemu kembali dengan keluarga ku. Aku tidak mau kehilangan siapapun di dunia ini, apalagi Kiyara.

"Maaf maaf maaf," Kataku tak mendapat sebuah balasan.

"Bangun ki, jangan tinggalin kakak sendiri."

"Kakak minta maaf,"

Sejujurnya aku menyesal atas perasaan ini, perasaan yang tak semestinya ada dan kusimpan untuk Kiyara. Dia adikku, fakta yang harus membuatku mundur dan berpura-pura seolah aku tak mencintainya.

Kiyara maafkan kak Sean yang menaruh perasaan tak seharusnya ini.

Aku menjauhkan Reynand dan Kiyara, kenapa? Karena aku tidak mau Kiyara terluka lagi. Dia sudah menyakiti Kiyara jadi biarkan sekarang dia kesakitan juga.

Maafin kakak ya dek

Sean PoV Off

Reynand masih belum sadarkan diri juga, padahal sudah hampir satu minggu ia di rumah sakit. Seperti biasa sanak saudara Reynand kadang juga turut menjaga Reynand. Sahabat-sahabat Reynand juga kerap kali membantu Melati.

"Ini udah hampir satu minggu, tapi Rey belum bangun juga." Gumam Mahen.

"Jangan sampai dia ninggalin kita juga." Lanjut Mahen.

"Lo itu ngomong apa sih?"

"Gue yakin Rey pasti bakal sadar." Kata Kevin.

Kedua manusia itu memang sedang menunggu Reynand. Melati sudah pulang ke rumah sejak satu jam yang lalu untuk mengambil beberapa baju dan keperluan lainnya. Jadi mereka berdualah yang menjaga Reynand.

"Rey pasti bisa sadar kalau ada almarhumah Kiyara disini." Kata Mahen setelah keheningan menyapa mereka dalam waktu yang singkat.

"Kiyara udah tenang jangan disebut-sebut lagi." Ujar seseorang yang baru saja tiba.

Kevin dan Mahen kompak menatap orang tersebut.

"Leoni ngapain lo kesini?" Tanya Mahen.

Bahkan Kevin pun turut mengernyitkan dahinya heran melihat Leoni yang ada di rumah sakit itu.

"Gue kesini... Y.. Ya mau jenguk Rey lah!" Ujar Leoni.

Meskipun Kevin dan Mahen menaruh kecurigaan terhadap Leoni, tetapi keduanya tetap mengangguk paham.

"Oh, temen-temen lo mana? Kok sendiri?" Tanya Mahen lagi.

"Bacot!" Tegur Leoni.

Tangan wanita itu bergerak berniat membuka pintu ruangan Reynand.

"Eh, lo mau ngapain?" Cegah Kevin.

Leoni menghempaskan tangan Kevin yang memegang tangannya.

"Mau masuk." Jawab Leoni.

Gadis itu akhirnya masuk dalam ruang rawat Reynand.

Sedangkan dari luar ruangan Mahen dan Kevin saling bersitatap tak mengerti dengan jalan pikiran Leoni.

"Hey, bangun... "

"Kamu harus bangun, harus tetap ngelanjutin hidup walaupun tanpa Kiyara."

"Rey, lo tau nggak sih? Selama ini gue itu suka sama lo."

"Tapi gue lebih memilih diam dan memendam semua perasaan ini karena gue menghargai hubungan lo dan Kiyara."

"Tapi sekarang Kiyara udah nggak ada Rey, jadi gue bakal memperjuangkan lo. "

"Nggak ada yang bisa cegah gue Rey."

"Gue sayang sama lo."

Leoni menggenggam tangan Reynand yang sedingin es. Pria itu yang selama ini hanya bisa ia tatap dari kejauhan penuh dengan kekaguman, sekarang terbaring lemah antara hidup dan mati.

Leoni selalu berpikir bahwa Kiyara sangat beruntung mendapatkan Reynand, bahkan ia iri.

Leoni selalu bermimpi untuk hidup bersama dengan Reynand, walaupun kenyataannya pria itu adalah pacar sahabatnya sendiri.

Tapi siapa yang bisa mencegah perasaan? Tidak ada kan? Kita tidak bisa memaksa hati kita untuk mencintai siapa. Kita tidak bisa seperti itu.

Leoni mengambil hape dari dalam tas kecilnya, lalu wanita itu memutar sebuah video yang pernah ia ambil bersama Kiyara.

"Lo dengerin ya?" Ujar Leoni sembari mendekatkan hape miliknya ke telinga Reynand.

Ia yakin kekuatan cinta Reynand pada Kiyara akan membantu pria itu sadar.

"Happy birthday Sandra!"

"Wah, makasih ya Ki."

"Kenapa aku ngasih jaket ke kamu?" Tanya Kiyara dalam video tersebut.

Video tersebut diambil ketika Sandra berulang tahun dan mereka berempat merayakannya dengan sederhana di rumah Sandra.

"Kenapa?"

"Karena agar kamu bisa memakainya dan ingat Kiyara dimanapun Sandra berada."

"Aduh makasih ya, lo ternyata bukan cuma bucinnya Reynand hahaha." Sandra tak bisa menyembunyikan raut bahagianya dalam video tersebut.

"Aku bukan cuma bucin ke kak Rey tapi udah cinta mati." Kata Kiyara dalam video tersebut.

"Aduh! Nanti aja bahas Rey nya sekarang saatnya potong kue!" Ujar Leoni.

Klik!

Leoni menghentikan video tersebut.

"Besok gue datang lagi ya, gue bawain foto Kiyara besok ya." Ucap Leoni.

Mata Leoni mengembun, hatinya masih sakit atas kepergian sahabatnya itu. Meskipun ia mengagumi Reynand, tapi ia juga masih sahabat Kiyara dan perasaan kehilangan itu masih tetap ada.

"Gue pulang dulu Rey." Ucap Leoni.

Leoni berbalik meninggalkan Reynand yang masih setia memejamkan matanya.

Tanpa ia sadari mata yang masih terpejam itu meneteskan air mata.

Apakah Reynand mendengar semuanya?

***
Hallo ...

Apakah kalian bingung dengan alurnya?

Kok bisa Leoni menyukai Reynand?

Ya bisa lah:v

Yasudahlah ya ... Aku bingung mau menyapa kalian bagaimana wkwkwk

Dadah:*

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang