Reynand mengusap wajah Kiyara lembut. Dia sudah terlelap mungkin karena lelah menangis. Reynand menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Pukul 19.30
Reynand menghembuskan nafasnya berat karena ia tidak bisa membiarkan Kiyara ketakutan seperti tadi. Bagaimana jika ketika ia tidak bisa menjaga Kiyara lalu perempuan itu ketakutan lagi dan melukai orang lain atau dirinya sendiri?
Reynand meninggalkan kamar Kiyara dan menuju dapur, mencari asisten rumah tangga Kiyara.
"Bi." Panggil Rey ketika melihat perempuan paruh baya sedang mencuci piring.
"Iya den, kenapa?"
"Bunda sama ayah sudah pulang?" Tanya Rey.
"Belum den, nyonya sama tuan biasanya pulang sekitar jam sembilan malam."
"Oh ya sudah, saya mau nunggu mereka di ruang tamu." Kata Rey.
"Mau bibi buatkan minum atau cemilan den?"
"Boleh."
Rey melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia berniat ingin membicarakan semuanya kepada Fanya dan Azka.
Rey mendudukkan dirinya pada sofa panjang itu lalu mengeluarkan benda pipih itu tak lupa ia menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya.
Rey menghembuskan asap rokok itu lewat hidungnya. Matanya menerawang ke atas. Pikirannya sedang dipenuhi Kiyara Kiyara dan Kiyara. Bahkan ia melupakan tugasnya di sekolah dan satu fakta lagi, Rey berhenti menjadi ketua OSIS. Rey mundur dari posisinya, ia takut ia akan melukai Kiyara lagi.
Cita-cita Rey sekarang hanyalah sekolah, lulus, kuliah, nikah dengan Kiyara. Hanya seperti itu.
Ceklek!
Pintu terbuka buru-buru Rey mematikan rokoknya, ia berpikir yang membuka pintu itu Fanya jadi ia mematikan rokok karena Fanya tidak tahan dengan asap rokok. Ya bisa dibilang Rey takut didepak dari calon mantu di keluarga mereka.
"Rokok lo?" Rey salah, bukan Fanya yang pulang melainkan Sean. Pria itu pulang dengan sebuah koper ditangannya.
Rey sudah membuang jauh-jauh rasa kesalnya pada Sean. Bagaimanapun Rey pikir Sean melakukan itu karena untuk menjaga Kiyara dan disini Rey juga salah.
"Kenapa? Lo darimana?" Tanya Rey beruntun.
"Nggak nyangka gue." Ucap Sean ikut duduk di sebelah Reynand dan meletakkan kopernya di sebelahnya.
"Eh, den Sean sudah pulang?" Asisten rumah tangga mereka mengantarkan sepiring gorengan dan teh manis untuk Rey.
"Sudah bi." Kata Sean.
"Oh iya, tolong bawain koper Sean ke kamar ya? Jangan lupa juga buatin Sean kopi." Ujar Sean.
"Lo darimana?" Tanya Rey ulang ketika di ruangan itu hanya tersisa dirinya dan Sean.
Sean melirik Rey malas.
"Singapura." Jawab Sean singkat.
Hening.
Tidak ada yang menyahut setelah itu, Rey sedang menikmati gorengan beserta teh yang ada di hadapannya.
"Gue minta maaf karena udah jauhin adek gue dari lo." Kata Sean kemudian.
Rey tersenyum.
Laki-laki itu merangkul bahu Sean.
"Nggak apa-apa kak." Ujar Rey.
"Mata lo katarak! Ngapain lo manggil gue kak!" Sean menjauhkan tangan Rey.
Rey tertawa, "lo kan calon kakak gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH GIRLFRIEND
Teen FictionApa jadinya kalau seorang cowok yang emosian berpacaran dengan seorang perempuan yang manja, kekanak-kanakan dan posesif? Disarankan untuk follow dulu sebelum membaca cerita ini #5 ketos (08-11-2020) #3 girlfriend (20-11-2020) #2 girlfriend (11-04...