Bagian 13

10K 372 3
                                    

"Lo kenapa bisa jatuh sih goblok!" Ujar Mahen kesal, ia meringis melihat perban yang ada di tubuh sahabatnya itu.

Mahen, Kevin, Sandra dan Sesil sudah setengah jam berada di rumah sakit, mereka enggan bertanya karena tadi ada saudara Rey yang datang menjenguknya.

"Ya bisalah, takdir." Ujar Rey tertawa lepas, tangannya tidak henti menggenggam erat tangan Kiyara. Kiyara risih sebenarnya, tetapi mau bagaimana lagi Rey kan sedang sakit.

"Udah baikan lo sama Yaya?" Pertanyaan itu muncul dari bibir Sesilia.

Semua orang menatap Sesilia.

"Ngapain sih kalian!" Teriak Sesil.

"Lo yang bego apa gimana sih? Lo nggak lihat itu tangan Rey sama Kiyara udah nggak lepas-lepas." Protes Mahen.

Sesil mencebik kesal, bisa-bisanya si Mahendra sengklek itu memarahinya dengan kata-kata yang seperti itu. Apa salahnya bertanya?

"Biasa kali nggak usah ngegas, pantes aja nggak ada yang mau." Ujar Sandra.

"Heh! Adik kelas ku yang cantik gue bilangin ya pacar gue banyak cuy!" Mahen memperlihatkan isi whatsapp nya kepada Sesil dan Sandra.

"Heh itu juga mereka mau sama lo karena uang lo banyak! Jaman sekarang kui susah nyari sing bener!" Ujar Sesil tak mau kalah.

"Lho kalian masih nggak-"

"Berisik!"

Sentakan Reynand membuat mereka menghentikan aksi gaduh mereka,

"Gue udah balikan sama Yaya jadi lo nggak usah khawatir." Ujar Reynand kepada Sesil.

Mereka diam dan mencerna jawaban Reynand,

"Kok lo mau sih Ya balikan sama dia?"

"Gusti ampuni hamba," Ujar Reynand mengusap wajahnya kasar. Bisa-bisanya Sesilia itu mengompori kekasihnya. Jika Reynand sudah sehat sudah ia pastikan ia akan membalas keusilan Sesilia. Itu pasti! Pasti itu!

"Kompor mbleduk!" Cibir Mahen.

"Mbahmu¹!" Sahut Sesil tak terima

"Bisa nggak sih kalian nggak berantem? Gue lagi sakit!" Teriak Reynand.

"Tau lo, nanti jodoh lo Sil sama Mahen." Goda Kevin.

Sesilia memutar bola matanya malas mana mungkin ia bisa berjodoh dengan makhluk menyebalkan seperti Mahendra? Ia saja masih tetap setia kepada oppa-oppanya.

"Mustahil." Dengus Sesil.

"Lo pikir gue mau sama lo!" Protes Mahen.

Ceklek!

Segala sengit terhenti, mereka menatap ke arah pintu ruangan Rey tepat disana mama Kiyara, Fanya datang dengan seplastik buah.

"Mama?" Sapa Kiyara.

Kevin, Mahen, Sesil dan Casandra menyalimi tangan Fanya dan Fanya tersenyum karena itu. Hatinya menghangat sejenak, meski ia tau masalah akan datang.

"Mama ... " Ujar Rey menyalimi tangan Fanya meskipun masih terasa sakit.

"Kok bisa jatuh sih nak?" Tanya Fanya meletakkan buahnya di atas meja. Meja itu penuh dengan makanan, ada buah, ada nasi dari Melati yang sedang berkonsultasi dengan dokter, ada buah tadi pagi dari Kiyara dan ada dua kantong camilan dari Sesil, Sandra, Mahen dan Kevin.

"Biasalah ma gara-gara Rey terlalu ganteng terus mbak-mbak aspal goda Rey jadi deh Rey cium." Jawab Rey ngelantur.

"Kamu bisa aja nak, mbak Melati mana?" Tanya Fanya.

"Lagi ketemu sama dokter ma." Jawab Kiyara.

"Kamu nggak pulang dulu Ki? Ini udah sore loh ... Kamu belum mandi dan belum makan juga kan?" Tanya Fanya mengusap rambut anaknya.

Kiyara mengerjapkan bola matanya, ia baru menyadari bahwa ia belum makan siang ini. Selanjutnya Kiyara hanya meringis pelan, mungkin mamanya akan menceramahi dirinya habis-habisan.

"Kamu belum makan kan? Dari tadi kamu nemenin aku. Cari makan gih." Ujar Rey menatap wajah yang sedang nyengir tidak jelas itu.

"Iya iya Kiyara cari makan, tapi sama mama ya?" Pinta Kiyara.

Gadis itu memamg tidak bisa jauh dari ketek mamanya. Maklum gadis manja seperti dirinya memang selalu ingin diperhatikan apalagi oleh ibunya sendiri.

Fanya tersenyum, ia merasa khawatir sebenarnya. Apa yang akan terjadi kalau semuanya terjadi? Apa ia sanggup kehilangan gadis manjanya itu?

"Ayo!" Fanya menggandeng tangan anaknya.

"Bentar ya teman-teman, aku titip kak Rey."

"Iya." Sahut mereka.

"Aku pengen deh kayak Kiyara sama mamanya." Ujar Sesil.

Sandra mengerti lalu merangkul pundak sahabatnya.

"Emangnya mama lo kemana? Ya minta lah sama mama lo biar lo bisa kayak si Kiyara."

Ucapan bodoh itu datang dari mulut pedas Mahendra. Mata Sesil memanas, hatinya sakit. Ia juga ingin punya keluarga seperti mereka semua, ia ingin.

"G..gue ke toilet du...lu." Sebelum air matanya tumpah gadis itu memilih undur diri. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan teman-temannya.

Klik!

"Lo bodoh banget anjir! Sesil itu anak sebatang kara orangtuanya udah meninggal sejak umur dia lima tahun!" Maki Sandra kepada Mahen.

Pria itu nampak terkejut sama halnya dengan Kevin dan Rey.

"Gue nggak sengaja." Ujar Mahendra.

Pria itu langsung berdiri dan menyusul Sesil yang katanya ke toilet. Bagaimana pun ia harus minta maaf, Sesil pasti terluka karena ucapannya.

Di tengah perjalanan Mahen menuju toilet, ia melihat gadis dengan baju pink nya tengah menangis sesenggukan di bangku dekat kolam ikan rumah sakit. Baju itu sama dengan baju Sesil meskipun gadis itu memunggungi Mahen.

Mahen mendekat.

"Sil, Sorry ... " Lirih Mahen menepuk pundak Sesilia. Wanita itu mendongak,

Benar kan dia Sesilia.

"Lo nggak salah kok." Ujar Sesil menghapus air matanya yang membasahi pipi tirusnya.

"Mau gue peluk? Itung-itung gue tanggung jawab?" Ujar Mahen merentangkan kedua tangannya.

Sesil menatap Mahen sendu.

Dan

"Hiks ... "

Mahen menarik Sesil ke pelukannya. Diusapnya rambut hitam gadis itu dan beserta kalimat penenang lainnya.

"Nangis sepuas lo." Ujar Mahen lirih.

***

Bonus pict : Kiyara😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus pict : Kiyara😍😍

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang