Bagian 21

7.8K 362 12
                                    

"Kok bisa kayak gini Sean?" Tanya mama Kiyara berlinang air mata, begitu juga dengan papanya.

"Sean sama Rey nggak tau ma, kami salah ... " Ujar Sean kemudian.

Sudah setengah jam lamanya Kiyara ditangani oleh dokter di UGD. Sedari tadi juga Reynand tak henti-hentinya menangis.

"Ini bukan salah kalian ... " Ujar papa Kiyara.

"Cari tau siapa pelakunya."

Papa Kiyara langsung menghubungi anak buahnya.

"Anak kita mas hiks hik hiks ... "

"Maafin aku Kiyara, bahkan terakhir kali kamu minta quality time aja aku nggak bisa, aku salah ... Pacar macam apa aku ini? Bangun sayang ... Bangun ... Jangan tinggalin aku sendirian."

Ceklek!

"Dengan keluarga pasien?"

"Iya dok, gimana kondisi anak saya?" Tanya papa Kiyara.

Dokter itu menghela nafasnya,

"Begini, kondisi pasien sangat kritis mengingat banyaknya darah yang keluar dari kepalanya ... Kita hanya bisa berdoa, kemungkinan pasien bangun hanya 10%."

"Hiks ... "

BRUK!

"Mama!"

Sean dan papa Kiyara terkejut menyasikan mamanya pingsan tak sadarkan diri.

"Suster tolong!" Teriakan Reynand membuat beberapa perawat berdatangan dan memberikan pertolongan.

"Kalian tunggu Kiyara disini papa mau urus mama dulu." Ujar papa Kiyara.

Sean mengangguk.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi siang di sekolah, ketika ia membatalkan untuk pulang dengan Kiyara. Jika ia tidak melakukan itu mungkin Kiyara masih tertawa sekarang.

Air mata Sean luruh.

"Maaf Kiyara gue belum bisa jadi kakak yang baik buat lo, bangun ya cepetan." Ujar Sean.

"Boleh gue jenguk Kiyara Sean?" Tanya Reynand mengusap sisa-sisa air matanya.

Sean mengangguk.

Reynand berdiri lalu melangkah menuju ruangan serba putih itu.

Ceklek!

Hatinya kembali sakit setelah menyaksikan kondisi Kiyara. Kepalanya di perban dan jangan lupakan bahwa gadis itu sedang kritis.

"Kiyara bangun dong ... Aku sendiri tanpa kamu ... Aku nggak mau kehilangan kamu ... Maafin aku ya hari ini kamu minta quality time bareng aku, tapi ... Seharian ini aku nyuekin kamu. Maafin aku sayang, kamu cepet bangun."

Reynand mengusap air matanya yang berlinang membasahi pipi tirusnya. Reynand menggenggam tangan dingin Kiyara. Lalu diciumnya tangan dingin itu.

"Dingin ya? Aku cium kan kamu sering minta cium."

Reynand kembali mengusap air matanya dengan kasar.

"Bangun Ki dan lihat kamu adalah wanita pertama yang membuat aku menangis, bangun. Jangan tinggalin aku."

Monolog Reynand seakan tidak ada artinya gadisnya masih tetap setia menutup mata. Tidak ada lagi anak SMA yang bertingkah seperti anak SD.

"Kamu harus bangun ya? Jangan pergi aku cinta sama kamu."

Reynand beranjak mendekat dan mengecup dahi Kiyara.

Cup!

Reynand mengusap pipi Kiyara dan melangkah keluar ruangan. Karena kata dokter Kiyara tak boleh dijenguk lama-lama apalagi kondisinya yang buruk.

"Lo pulang aja Sean biar gue yang jagain Kiyara." Ujar Reynand duduk di sebelah Sean yang memejamkan matanya. Ia syok dengan kejadian ini. Ia berpikir keras siapa yang melakukan semua hal keji itu kepada adiknya.

"Gue mau jagain dia juga." Ujar Sean.

"Pokoknya besok lo harus sekolah dan lihat siapa yang bikin Kiyara kayak gini!" Titah Sean.

Pria itu bersumpah akan menghukum pelaku seberat-beratnya. Reynand mengangguk.

"Telpon temen-temen Kiyara mereka pasti khawatir." Ujar Sean, lalu pria itu melangkah menuju toilet pria.

Sil, Kiyara di rs ***** sekarang. Dia kritis.

Satu pesan dari Reynand berhasil membuat dirinya menjatuhkan gelasnya secara refleks.

"Ya Allah lo kalo nggak ikhlas bikinin gue minum, nggak usah dibikinin Sil."

Mahendra mengusap dadanya yang kaget setengah mati. Jantungnya bergerak cepat.

"Lo kenapa sih?" Tanya Mahendra.

Sesilia masih mematung.

"Sil?" Mahendra menghampiri kekasihnya itu dan menepuk pipinya pelan.

Sesilia menoleh.

"Kiyara kritis."

"Kita ke rumah sakit sekarang."

***
Huhuhu:(

Thanks for my readers:*

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang