Bagian 34

4.3K 257 10
                                    

Kiyara menatap boneka kesayangannya dengan penuh kerinduan, anggap saja itu lebay tetapi itu benar adanya. Kadang kita memiliki beberapa hal yang sangat kita sayangi bahkan tidak rela untuk kehilangannya.

Reynand pun masih duduk anteng di ruang keluarga Kiyara. Pukul 16.30 pacarnya itu sudah diperbolehkan pulang. Reynand dengan senang hati mengantarkan Kiyara pulang mengendarai mobilnya. Sedangkan kedua orang tua Kiyara mengawal dari belakang Rey dan Kiyara.

"Kiyara!" Teriak seseorang yang baru saja datang.

Siapa lagi sih yang hobinya teriak-teriak? Ya, benar dia Sesilia yang datang ke rumah Kiyara dengan Sandra, Mahendra dan Kevin. Oh jangan lupakan seseorang yang dengan terang-terangan menatap pacar orang, Leoni.

"Datang tuh salam bukan teriak." Cibir Rey.

Kedua laki-laki itu turut bergabung bersama dengan Rey. Sedangkan Sesilia memutar bola matanya malas.

"Lo ngapain juga kesini?" Ketus Rey melihat kehadiran Leoni.

Rey tidak bisa membayangkan ekspresi Kiyara jika mengetahui Leoni berkunjung ke rumah gadis itu.

Leoni melemparkan senyuman termanisnya, "mau ketemu kamu ups!   mau jenguk Kiyara maksudnya." Leoni berpura-pura menepuk mulutnya, seolah dirinya sedang keceplosan.

"Awas aja lo macem-macem, gue habisin lo!" Kata Sandra dengan nada juteknya.

Sandra juga tidak habis fikir, tadi ketika dia dan Sesil berencana untuk ke rumah Kiyara mereka tak mengajak Leoni. Namun ketika mereka akan masuk ke rumah Kiyara,  mereka sudah melihat Leoni sedang bersandar pada mobilnya.

"Lagian, ngapain sih lo sok-sok an deketin Rey, denger ya ... orang kayak Rey nggak akan mungkin tergoda sama ulat bulu macem lo!" Ketus Sesilia.

Mahendra ingin sekali rasanya menghukum Sesilia. Ia tidak suka dengan ucapan Sesil yang terkadang menyakiti hati orang lain. Bukankah menjaga ucapan adalah hal terbaik daripada mengungkapkan, tetapi membuat hati manusia lain kesakitan?

"Gue akui gue emang suka sama Rey, tapi lo semua nyadar nggak sih kalau Kiyara itu sahabat gue juga?" Leoni melakukan pembelaan.

"Nggak ada temen yang makan temennya sendiri!" Cibir Sesil.

"Lo itu tau nggak sih? Lo itu lebih daripada sampah! Nggak ada hati lo! Nggak ada otak! Ah gue tau waktu pembagian otak kan lo ke kantin dulu makanya otak lo tinggal ampas doang! " Lanjut Sesil.

"Bitch!"

Geram dengan tingkah Sesil Leoni maju mendorong Sesil. Gerakan spontan Leoni tentu tidak bisa Sesil tahan atau hindari.

Brak!

Tubuh Sesil menabrak sebuah meja dari Kayu yang berdiri manis di belakangnya. Sesil meringis, ia merasa punggungnya panas dan sangat sakit, apalagi dorongan Leoni benar-benar kuat dan kasar.

"APA YANG LO LAKUIN!" murka Mahendra mencengkram pergelangan tangan Leoni dengan kencang hingga Leoni meringis kesakitan.

"KASAR BANGET SIH LO JADI CEWEK! KALAU PACAR GUE KENAPA-NAPA LO MAU TANGGUNG JAWAB!"

Mahendra menghempaskan tangan Leoni kasar, tatapan pria itu masih tajam.

Reynand tak habis pikir juga dengan Leoni, apakah ulat bulu itu benar-benar gila?

Mahendra lalu menghampiri Sesilia yang sedang dibantu berdiri oleh Sandra. Laki-laki itu menggenggam tangan Sesilia lembut.

"Nggak apa-apa?" Tanya Mahendra.

Sesilia menggeleng pelan, rasa sakit yang ada di punggungnya kalah dari rasa asing itu. Apakah laki-laki playboy itu tidak main-main dengan dirinya?

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang