Bagian 25

5.7K 289 22
                                    

Mahendra menatap Sesil dan Leoni serta Sandra secara bergantian. Bingung harus menjelaskan bagaimana?

"Kemarin, Reynand kecelakaan."

"Kok bisa?" Sesil kaget setengah mati, kabar jika Reynand kecelakaan cepat menyebar di sekolah mereka.

"Ya namanya takdir, tapi gue beneran kasihan karena dia baru aja kehilangan Kiyara, bukan cuma dia kita semua tepatnya." Kata Mahen.

Sesil menatap sendu pada gelang yang ada di pergelangan tangannya, gelang yang memiliki ukiran kata SKSL yang berarti 'Sandra Kiyara Sesil Leoni'. Detik berikutnya Sesil tersenyum dipaksakan mengingat jika Kiyara pernah menghilangkan gelang yang sama seperti miliknya dan sampai sekarang belum ketemu.

"Gue bener-bener nggak nyangka kalau dia udah nggak ada." Kata Sandra.

"Selama ini dia selalu riang, polos dan ceria dan sekarang keceriaan itu hilang." Lanjut Sandra.

Kevin menatap Sandra, "Kita semua harus ikhlas." Ujarnya.

"Bener, kita harus ikhlas kasihan Kiyara kan?" Lanjut Mahendra sembari menautkan jari-jemarinya dengan Sesil dan memberikan senyuman yang meneduhkan.

"Nanti siang kita mau ke rumah sakit jenguk Rey, kalian ikut?" Tanya Kevin.

"Ikut, gue mau hibur mamanya." Jawab Sesil yang diangguki oleh Sandra dan Leoni.

"Sesil!" Panggil seseorang yang kemudian menghampiri mereka.

"Kenapa?" Tanya Sesil mengernyitkan dahinya heran.

Audia menyerahkan sebuah kertas putih kepada Sesil.

"Itu apa?" Tanya Mahen.

Audia menghela nafasnya berat,

"Beberapa hari yang lalu almarhumah Kiyara menyerahkan surat ini sama gue, dia minta gue ngasihin itu ke Rey. Gue minta tolong, tolong kasihin surat itu ke Rey nanti karena gue nggak bisa ngasihnya, hari ini gue ada urusan." Kata Audia.

Kelima siswa itu menatap Audia tak percaya, mereka menerka apa isinya yang ditulis Kiyara.

"Iya, nanti gue kasih ya."

****
"Selamat sore tante." Ujar Mahendra.

Melati tersenyum ketika mereka menyalami tangannya.

"Tante yang sabar ya, aku yakin Rey kuat." Kata Sesil.

Melati mengangguk, "Makasih ya kalian udah mau jenguk Reynand."

"Iya tante." Jawab Mahendra.

"Gimana sama perkembangannya Reynand tante?" Tanya Kevin kemudian.

"Kata dokter, Reynand kondisinya sama seperti kemarin." Jawab Melati.

Sesil menatap iba pada Melati, kantung matanya besar dan hitam. Belum lagi wajah yang menahan kantuk itu. Ia yakin Melati semalaman menjaga Reynand sendirian.

"Tante sudah makan?" Tanya Sesil.

"Sudah sayang."

"Tante tidur di sofa aja dulu." Kata Sesil.

"Iya, muka tante pucat dan kayaknya ngantuk banget. Tante tidur aja ya, biar kita yang jagain Reynand." Sahut Leoni.

"Iya."

Melati menurut, ia memang benar-benar butuh tidur. Apalagi kalau ia sakit, nanti siapa yang akan menjaga anaknya?

"Kasihan Rey." Gumam Mahen.

"Dia terpukul banget mesti." Ujar Leoni.

Sesil melangkahkan kakinya mendekat pada ranjang Rey.

"Rey, lo bangun ya... Lo harus baca surat ini, lo harus kuat." Bisik Sesil tepat pada telinga Reynand.

Sesil meletakkan surat dari Kiyara tepat di genggaman tangan Reynand.

"Gue yakin lo bakal bangun." Sesil tersenyum trenyuh.

"Kiyara sangat mencintai lo, gue yakin Kiyara akan sedih lihat lo kayak begini." Kata Sesil lagi.

Mahendra membawa Sesil ke dekapannya.

"Jangan nangis." Ujar Mahen.

-

"Apa benar keputusan kita ini?"

"Bisa nggak kita jangan mikirin ini dulu, kita lagi bersedih."

"Tapi apa benar menjauhkan dua orang yang saling mencintai begitu saja?"

"Pa! Kiyara itu sudah tenang disana!"

"Tapi gimana dengan Reynand? Dia sangat mencintai adikmu Sean!"

"Pa! Papa harus inget yang bikin Kiyara kayak gini itu Reynand!"

"CUKUP!"

-
Holla i'm back!

Part ini pendek ya cuma 500 kata:(

Tapi nggak apa-apa:))))

Oh iya, apa menurut kalian Kiyara sudah meninggal?

A. Iya
B.  Belum

Wkwkwk gaje lo thor

Kiyara

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang