Bagian 37

4.3K 271 13
                                    

"Kamu serius soal homeschooling itu yang?" Tanya Reynand.

Kedua manusia itu sedang dalam perjalanan menuju rumah Sesilia setelah berdebat panjang dengan Sean yang memutuskan untuk ke apartemennya hari ini. Katanya sih ada beberapa yang mesti diambil.

"Nggak tau." Lirih Kiyara.

Rey menatap Kiyara sendu, "kamu nggak boleh takut Ya, kan ada aku."

Kiyara mengangguk pelan, "aku selalu percaya kalau kamu akan menjaga aku dan melindungi aku dari apapun, tapi terakhir kali aku dibully Dara kamu kemana?"

Ckitt!

"Aw! Kamu ngapain sih ngerem mendadak gitu!"

Gadis yang rambutnya digerai indah itu melayangkan protesnya ketika Rey mengerem mendadak.

"Ma.. af." Dan atmosfer yang ada tiba-tiba menipis. Rey jadi gagap.

"Ck! Kamu mah nggak nyadar apa bawa manusia secantik ini, kalau aku kenapa-kenapa gimana?" Kiyara mencebikkan bibirnya kesal.

"Ng..nggak kok."

"Oh iya, nanti pulangnya nggak usah dijemput kak ... aku dianterin Sesil." Kata Kiyara.

"Beneran?" Tanya Reynand.

"Iya bener."

    ***
"Dugong, lo ngapain aja sih kok baru dateng!" Protes Sesilia ketika Kiyara memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa.

"Apaan sih, ini kan masih jam segini belum juga siang." Kata Kiyara.

Sesilia memutar bola matanya malas, "elo yang mau ketemuan gue yang repot." Ucap Sesilia.

"Nggak ikhlas apa gimana?" Ketus Kiyara.

"Dih! Baperan amat lo Ki." Ucap Sesilia.

"Biarin." Kata Kiyara.

Kiyara berdecak sebal ketika melihat Sandra yang hanya diam seperti patung es. Kadang Kiyara berpikir apakah Sandra punya gangguan di tenggorokannya?

"Elo juga kenapa diem mulu?" Tanya Kiyara.

Dan Sandra hanya menoleh sekilas pada Kiyara.

"Sukurin lo dicuekin!!!"

"Sesil!!"

"Ck! Jangan berantem, kita harus kesana secepatnya." Kata Sandra kemudian.


Lagian itu nenek lampir satu ngapain ngajakin lo ketemuan mana nggak boleh bilang Reynand lagi!" Sesil mulai ngedumel meskipun apa yang ia bilang ada benarnya juga.

Kiyara mengedikkan bahunya acuh lalu mendudukkan dirinya di kasur empuk sohibnya itu.

Selang beberapa menit kemudian

"Cuss!"

Ketiganya berangkat menuju lokasi pertemuan sesuai keinginan si nenek lampir. Sesil menyetir mobilnya dan kedua manusia yang lain tengah mengobrol tak jelas mengenai pakaian. Biasa, perempuan tak jauh dari kata belanja. Apalagi sekarang zamannya serba online, mungkin hampir semua anak perempuan memiliki grup olshop di hapenya atau mungkin juga tidak.

"Udah sampai, lo buruan keluar... gue sama Sandra nanti nyusul." Ucap Sesilia.

Kiyara mengangguk patuh, gadis mungil itu kini keluar dari mobil Sesilia dan berjalan dengan gaya anggunnya, entah sejak kapan gadis mungil itu berubah?

"Leo." Panggil Kiyara.

"Hai! Duduk-duduk."

Ya siapa lagi kalau bukan Leoni? Entahlah apa maksud dan tujuan Leoni mengajak Kiyara bertemu dan merahasiakannya dari Reynand. Jika Rey dan Sean tau maka habislah riwayat Kiyara di tangan mereka.

"Langsung aja nggak usah basa-basi segala." Ketus Kiyara.

Leoni terkekeh, "wow, nggak sabaran banget ya mantan sahabat gue."

Kiyara memutar bola matanya malas, "gue bilang langsung aja tuli ya lo?"

"Wah, kok lo jadi kasar gini sih?" Goda Leoni.

Ok, mungkin perempuan itu sedang berusaha memancing emosi Kiyara.

"Gue bilang langs-"

"Jauhin Reynand." Finish Leoni memotong ucapan Kiyara. Perempuan itu menatap Kiyara tajam.

"Atas dasar apa lo suruh gue jauhin Rey, harusnya gue yang bilang kayak gitu ke elo ... menjijikkan." Ujar Kiyara.

"Gue nggak peduli! Gue yang bantuin Rey biar sadar dari komanya dan lo!" Leoni menunjuk muka Kiyara dengan jari telunjuknya, namun dengan cepat Kiyara menampiknya.

"Lo malah balik dan hancurin usaha gue! Rey itu cuma pantes buat gue! Bukan buat perempuan manja kayak elo!"

Kiyara tersenyum sinis setelah mendengarkan ocehan tak bermutu Leoni.

"Lo lupa apa buta? Yang nggak pantes buat cowok gue itu elo. Cowok gue mana mau pacaran sama orang jahat calon pelakor macam lo!"

Leoni mengepalkan kedua tangannya kencang, ia sungguh malu dipermalukan di depan publik seperti ini. Apalagi para pengunjung cafe terang-terangan menatap dirinya dan Kiyara.

"Mulai berani ya lo sama gu-"

Leoni hendak menampar pipi Kiyara bahkan Kiyara juga memejamkan matanya erat-erat. Tubuhnya bergetar, ketakutannya kembali.

"LEONI!"

Suara berat itu menghentikan tangan Leoni, tangannya mengambang dan ia menariknya kembali.

"Kenapa lo bawa Reynand? Pengecut lo." Ucap Leoni.

Kiyara membuka kedua matanya dan benar saja ada Reynand yang berjalan ke arahnya.

"Berhenti ganggu hidup gue Le, karena sampai kapanpun gue nggak akan bisa suka sama elo!" Kata Reynand.

Tangannya membawa Kiyara mendekat ke arahnya.

"Karena ada si manja ini?" Cibir Leoni, ia tersenyum miring.

"Ya, karena ada si manja yang paling gue cintai di dunia ini. Paham lo!" Kata Reynand.

Tangannya menggenggam tangan Kiyara yang sudah berkeringat dingin, Rey tau jika Kiyara sedang berusaha melawan rasa takut dan traumanya.

"Najis banget sih lo! Udah sebatang kara malah jadi orang nggak bener lo! Gue itu awalnya sayang sama elo, tapi ngelihat kelakuan lo yang kayak begini? Gue jadi jijik!" Sesil datang dan langsung mengomel tepat di muka Leoni.

"Nggak apa-apa kan yang?" Tanya Reynand lirih sembari menatap Kiyara yang menyambut pertanyaannya dengan gelengan. Tapi berbeda dengan gelengan kepalanya justru tangan Kiyara mengeratkan tautannya pada jemari Reynand.

"Nggak usah ikut campur soal hidup gue!"

Perhatian Rey dan Kiyara teralihkan ketika Leoni berteriak kesal. Mata gadis itu berkaca-kaca.

"Gue juga ogah ikut campur sama urusan lo kalau elo nggak gangguin Kiyara!" Teriak Sesil.

Leoni menatap mereka bergantian lalu menatap Kiyara tajam, "ini semua gara-gara lo Kiyara! Lo ud-"

"CUKUP!" Kini Reynand yang  berteriak ketika Leoni memarahi Kiyara. Oh tentu saja, tentu saja Rey tak akan membiarkan siapapun melukai kekasihnya.

"LO KETERLALUAN! NGGAK ADA MALU SAMA SEKALI!DIMANA HARGA DIRI LO ANJING!"

Seluruh pasang mata tercengang mendengar ucapan dan umpatan dari seorang Reynand. Mereka tidak menyangka jika cowok itu benar-benar berani mengucapkan hal tersebut pada seorang perempuan.

"Ayo yang kita pergi dari sini."

Reynand segera menggendong Kiyara yang masih mematung di tempatnya. Rey membawa tubuh mungil itu ke depan dadanya dan mengucapkan beberapa kalimat penenang.

"Udah gue bilangin, mundur Le kebahagiaan itu bukan dengan merebut milik orang lain." Sean menepuk bahu Leoni lalu meninggalkan perempuan itu di tempatnya.

CHILDISH GIRLFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang