Tepat didepan Yoonwon, Gerbang besar tinggi sekitar lima meter nyaris tak dapat diterobos cahaya. Berdiri kokoh, seakan menghalang niat buruk penyusup. Hmm, tentu tidak untuk Yoonwon.
Yoonwon menekan nomor Aira, melakukan panggilan dan menempelkan ponselnya pada telinga.
"Halo..."
"Eum."
"Kenapa tak ada bel dirumahmu?""M-maksudmu?"
"Apa gerbang lima meter ini kuat kau buka sendiri?"
Yoonwon meneliti tiap inci gerbang didepannya.
"Oh, tampaknya ini otomatis.""Yak!, Apa yang sedang kau bicarakan?"
"Tentu saja rumah barumu, kenapa kau pindah tanpa mengabariku?" Yoonwon berlagak kesal.
Yoonwon menyeringai saat keheningan menerpa. Ia tahu orang diujung sana sibuk mencerna perkataannya.
"Jangan terlalu banyak berpikir, tamu menunggumu diluar kenapa tak segera bukakan pintu?"
"Kenapa aku harus melakukannya?"
"Kehadiranmu bahkan tak'ku harapkan."Yoonwon menghela napas. Masih dengan mengontrol emosinya.
"Ah, aku tak diizinkan masuk?"
"Mungkinkah kau menyembunyikan sesuatu?"
"Melihat kondisi lingkunganmu, sepi dan hening... seakan terdapat rahasia besar di dalam dan tak ada yang boleh mengetahuinya" Yoonwon menjeda kalimat."Mengingat penolakan yang barusan kudapatkan, sangat berbanding terbalik dengan istilah 'Tamu adalah raja'"
Usai mengatakan itu, sambungan terputus sepihak.Yoonwon memastikan panggilannya. Benar saja layarnya kini menampilkan lockscreen-nya. Kesenangannya tak kuasa disembunyikan, tujuannya kian mendekat. Menciptakan seringaian yang muncul begitu saja.
---
Pip!
Panggilan terputus. Aira melempar ponselnya ke ranjang. Walaupun tertuju pada tempat empuk, siapa sangka ponsel itu malah memantul dan berakhir hancur dilantai.
Kekhawatiran lebih berkuasa dibenak Aira. Sampai nasib malang ponselnya sendiri, tak sedikitpun menarik minat tatapan Aira.
Apa yang sebenarnya pria itu mau?. Kenapa tak lakukan panggilan video saja. Setidaknya Aira bisa mengetahui niat buruk pria itu.
Bagaimana nasib keberadaan Mark nanti?. Itu puncak kekhawatirannya. Sungguh tiba-tiba, kenapa sangat berbanding terbalik dengan hari-hari lalu. Tenang, nyaman, dan aman. Yoonwon bahkan tak menunjukkan tanda-tanda akan melalukan ini.
Mengingat kali terakhir orang yang Yoonwon jumpai adalah Soya. Sekarang cukup masuk akal, bahwa apa yang Aira tebak salah besar. Perkiraannya bahwa mereka sudah dekat, kini jelas ber-arti lain.
"Mungkinkah, itu langkah awalnya?"
"Mengusir penghalang?" Monolog Aira."Jadi, tujuannya?"
"Sama dengan saat awal?!"Ah, Aira kira pria itu sudah berhenti. Kenapa harus orang sekeras kepala Yoonwon yang menyukainya?. Umumnya pria akan sakit hati dan menjauh jika penolakan sudah terucap oleh orang yang disukai. Tentu itu tidak berlaku untuk Yoonwon.
Pria itu sulit untuk mengerti perkataan orang. Itu yang Aira paham dari sifat Yoonwon. Jadi, apapun penjelasan darinya pasti sulit diterima.
"Ah!, Apa yang harus kulakukan?"
---
Aira yang termenung dikursinya, membuat penasaran Lily untuk bertanya. Nampak keganjalan sedari pagi Lily rasakan. Matanya-pun sempat menangkap Yoonwon saat memperhatikan Aira dari luar jendela. Semakin membuat Lily tak kuasa untuk diam saja, melihat atmosfer ganjal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You "Mark Lee" ✔
Fanfiction[Dalam Tahap Revisi] Selangkah paksaan melangkah menuju bahaya.. Dalam kesadaran penuh.. Dengan berbagai teori perubahan Diatas papan ringkih, yang tak tau kapan akan mematahkan diri Dan menjatuhkan tubuh ini kedalam jurang kebencian Mereka, tak he...