47. Back to Vancouver?

21 3 0
                                    

Sudah sejak tiga puluh menit yang lalu, mobil Yoonwon berhenti di depan sekolah Dongmun. Sebelum keberangkatannya, Yoonwon sungguh bersemangat karena akan mendapat kesempatan kedua untuk bertemu dengan Aira.

Namun dalam perjalanan, benak Yoonwon terus dihantui perkataan Aira di depan gedung itu. Seperti komidi putar, perkataan Aira terus berputar dan berulang-ulang dikelapa Yoonwon tanpa kendali.

Argh... sejak kapan Yoonwon dapat diluluhkan hanya dengan ucapan seperti itu. Lagi-pun, perkataan seperti itu tak jarang Aira lantangkan. Bedanya, kemarin lebih dengan penekanan dan emosi kebencian.

"Tuan, ini menit ke tiga puluh lima sejak kita parkir disini... kapan Tuan akan turun?" Orang yang pernah Yoonwon jadikan ayah untuknya, kini menjelma sebagai sopir pribadi Yoonwon. Yoonwon berhak menjadikannya apa saja bukan?!.

Sejujurnya untuk sopir pribadi, ayah Yoonwon sudah akan mencarikannya. Namun dengan alasan terlanjur nyaman dengan pria paruh baya satu ini, Yoonwon menolaknya dan meminta orang yang ditugaskan untuk memantau gerak gerik Yoonwon itu yang menjadi sopir pribadi untuknya.

Tak ada penolakan dari ayah Yoonwon, karena selain permintaan anaknya, itu juga menguntungkan baginya.

Yoonwon menoleh, hanya menoleh tanpa ekspresi. Ia tak mengindahkan kalimat pria itu melainkan terus menimang apa sebaiknya ia keluar dan menghampiri Aira atau pulang dan kembali ke sekolahnya karena benaknya yang terus membuatnya ragu untuk mengambil langkah.

Tunggu, kenapa Yoonwon melupakan fakta tentang pria disampingnya yang selalu dijadikannya tempat berkeluh kesah. Yoonwon kembali menoleh pada pria paruh baya itu, kali ini dengan sedikit bersemangat.

"Begini... apa arti jika seseorang terus terpikirkan tentang perkataan yang dikatakan oleh orang yang disukainya?!" Pria itu nampak sedikit terkejut.

Apa ini saatnya kembali menjelma menjadi ayah Yoonwon?. Benar, sepertinya begitu.

Pria itu menetralkan sikap.
"Biasanya perkataannya membuat orang itu tertarik atau merasa senang ketika mendengarnya, ada pula kemungkinan perkataan itu membuatnya tersinggung sehingga orang itu sibuk mencernanya..." pria itu masih dengan profesional menjalankan tokoh ayah.

"Tertarik!, Dan aku senang mendengarnya!, Pasti itu!.." gumam Yoonwon menebak apa yang dirasakannya. Bodoh memang, mana mungkin orang tertarik pada seseorang hanya perkataan pedas-nya.

"Omong-omong, apa ini sekolahnya?, orang yang Tuan sukai?" Pria itu menunjuk kesampingnya, tempat sekolah Dongmun berdiri.

Yoonwon mengangguk sekilas sebagai jawaban.

"Kenapa tuan tidak keluar?, Apa tuan ragu?"

"Entahlah..." jawab Yoonwon lemas.
"Argh!, Apa yang kupikirkan, seharusnya aku masuk sekarang." penuh keyakinan Yoonwon membuka pintu mobil dan keluar dengan benak yang kali ini masih setengah memikirkan perkataan bodyguard-nya tadi.

Langkah ketujuh Yoonwon terhenti,
"Biasanya perkataannya membuat orang itu tertarik atau merasa senang ketika mendengarnya, ada pula kemungkinan perkataan itu membuatnya tersinggung sehingga orang itu sibuk mencernanya..."  kembali terulang kalimat bodyguard-nya itu di benak Yoonwon.

Dan ya, ia kini menyadari bahwa kemungkinan kedua adalah kemungkinan yang lebih tepat.

Apa rasa senang bisa muncul usai mendapat cercaan?. Kapan Yoonwon menginginkan cercaan dari Aira?. Tersinggung adalah yang dirasakannya. Benar, itu yang dirasakannya!.

"Tersinggung?!" Yoonwon bergumam sendiri.

"YOONWON-AAA!!!" Teriakan perempuan yang berada pada radius lima belas meter didepannya seketika membuyarkan lamunan Yoonwon.

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang