-Epilog-

70 4 0
                                    

2 November 2019

Hari ke empat ratus delapan puluh sembilan, Vancouver, Kanada.

Seperti hari-hari sebelumnya sejak hari pertama di Vancouver terlewatkan dengan menyesuaikan diri di negara asalnya ini.

Terdengar konyol bukan?, Menyesuaikan diri di negara asalnya sendiri. Ya, semua karena banyaknya perubahan yang tercipta selama Aira berada di Seoul, Korea Selatan.

Tak seperti dugaanya, hari-hari Aira selalu diakhiri dengan penyesalan. Bahkan saat berniat untuk melupakannya sekejap. Hanya sekejap, dalam pengaruh alkohol. Namun tetap saja, mereka menerobos masuk ke dalam benak Aira meskipun Aira menolaknya mentah-mentah. Bahkan lebih terasa sakitnya.

Seharusnya tidak untuk kali ini. Di percobaan ke seratus tujuhnya. Aira benar-benar ingin melupakannya sekejap. Apa sesulit itu untuk memberikannya kesempatan melupakan seorang Mark Lee?. Pikirannya bahkan tak mengizinkan Aira tertidur dengan nyenyak.

Seperti percobaan sebelumnya, ditempat yang sama. Kakinya kembali mengarahkannya ke tempat itu.

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Kau yakin akan bolos untuk kelas hari ini?" Perempuan dengan rambut pirang bergelombang itu mengangguk saat -kekasihnya- masih mencoba memastikan keseriusan tentang kemauannya itu.

"Dia tidak selalu punya kesempatan untuk kembali ke sini, dan mungkin saja ini satu-satunya kesempatan..."
"Kau masuklah!, Dan ajari aku materi hari ini saat pulang nanti!" Dengan perasaan dongkol, pria itu mengangguk.

Tae on, siapa sangka pria itu malah menjemputnya -Lily- ke negara asalnya dan memilih untuk kuliah jurusan hukum di Vancouver bersama Lily tentunya.

Perbedaan aturan dalam menjalin hubungan antara mereka dan Aira dengan Mark, tak jarang membuat Aira merasa iri. Mereka tak memerlukan banyak privasi, dan mereka juga bisa bebas mengumumkan pada siapa saja tentang hubungan mereka.

"Thanks honey!" Lily mencubit kedua pipi Tae on, kebiasaannya saat mendapati wajah murung kekasihnya itu. Ia tahu, air mukanya akan kembali ceria jika mendapat perilaku gemas dari Lily.

Lily berbalik dan pergi menyusul Maya yang menunggunya dari kejauhan.

"Dimana Jordan?" Tanya Lily usai langkahnya sampai didepan Maya.

Sambil menekuk wajah, Maya menjawab. "Sudah disana!, Heran saja kenapa dia tega membiarkan pacarnya sendirian untuk menjemputmu?!" Gerutunya kesal.

Lily terkekeh pelan dibuatnya.
"Wajar saja, sudah lumayan lama kan Jordan tak berjumpa dengan Mark?!" Balas Lily, berniat menghibur.

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang