49. So sorry

54 5 1
                                    

Aira meletakkan ponselnya dimeja belajar usai mengakhiri panggilannya dengan Nancy mengenai keberangkatan pesawatnya dan berbagai keperluan lain di Vancouver nanti.

Semakin yakin Aira mengambil langkah ini saat mengetahui Mark akan melakukan konser pertamanya dengan NCT 127, 'takdir begitu mendukung kepergian Aira' Itu hal pertama yang terlintas dikepala Aira usai Mark memberitahu kesibukannya via telepon.

Memberitahu Mark tentang kepergiannya adalah hal terlarang yang Aira pikirkan kini. Satu sisi ia mempunyai kewajiban untuk itu, namun sisi lainnya tak memungkinkan Aira mengucapkan niatnya ini kalau ia tahu semuanya akan menjadi kacau.

Diam adalah pilihan Aira. Ia tak mau mengacaukan pekerjaan Mark. Biar nanti Mark yang mengetahuinya sendiri usai pulang dari konser pertamanya, itu lebih baik. Tapi bagaimana cara memberi tahu ini semua pada Mark.

Aira menyapu pandang pada seisi ruang kamarnya dan Mark, ia berhenti saat melihat buku catatannya di meja belajar. "Mungkin itu saja...". Aira mengambil duduk dikursi belajarnya, memulai kesibukan baru yang barusan terlintas di benak-nya. Memberi penjelasan-nya melalui tulisan.

---

Bersama Lily, Aira duduk termenung dengan kesibukan benaknya tepat disebelah Lily dan belakang bangku kemudi. Mereka dalam perjalanan menuju bandara Incheon.

Sengaja Lily membiarkan Aira termenung seperti itu. Ia rasa Aira memang memerlukannya, entah untuk memikirkan ulang niatnya ini atau mungkin memikirkan bagaimana reaksi Mark nanti saat pulang dan tak mendapati dirinya.

Biarkan Aira memikirkan itu, jika saja mendadak Aira ingin merubah sesuatu, Lily memberi kesempatan untuk Aira menimangnya.

Sejujurnya Aira sendiri masih sulit menerima keputusan-nya ini. Selain harus tampak yakin di depan orang-orang yang memerlukan keyakinan-nya, selalu ada rintihan dari batin Aira setelah-nya. Beruntung hanya dirinya yang mempunyai kelebihan mengetahui itu.

Bersama lajunya mobil yang membawa Aira dan Lily menjauh dari jejak kenangan selama satu setengah tahun terakhir. Kenangan yang terbuat diluar dugaan. Namun sukses membuat hati Aira merasa berat untuk meninggalkan.

Kenangan itu terputar jelas dibenak. Tanpa kendali membuat mereka tampak lancang karena terus menerus menghantui pikiran Aira yang setengah mati berusaha melupakannya sesaat, untuk kali ini, supaya perjalanan-nya tidak diiringi perasaan bersalah.

Argh... terlalu sulit!.

Seakan mereka, kenangan-kenangan itu memaksa benak Aira supaya kembali mengingatnya.

Saat satu tamparan tanpa kendali jatuh dan membuka awal pertemuan mereka, Aira dan Mark.
Saat berbagai kemalangan datang berjatuhan pada dirinya yang berakhir dengan bantuan dari Mark.
Saat kakinya melangkah dengan berani di atas altar.
Juga saat Aira melakukan kewajibannya usai menyandang status istri dari seorang Mark Lee. Semua tampil secara berurutan di benak.

Saat kenangan-kenangan manis itu berakhir. Seperti serangan bom beruntun, semua hal tentang pria paling dibencinya itu muncul, menghempas jauh-jauh semua hal manis saat Aira bersama Mark.

Sampai pada titik ini, titik keputusannya melepas diri sementara dari statusnya itu. Entah seperti apa hukumnya, Aira bahkan melakukannya tanpa mengetahui semua hukum itu. Diperbolehkan atau tidak-nya, tak satupun ilmu mengenai hal itu mendasari niat Aira.

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang