"Ini, terimakasih! aku tidak membutuhkannya" perempuan itu mengembalikan kartu perpustakaan kepada sang pemilik yang saat ini berdiri tepat dihadapannya.
"Kenapa kau berterimakasih jika barang ini sama sekali tidak berguna untukmu?" Tanya jordan sedikit terniat untuk basa basi.
"Tidak perlu bertanya jika kau sendiri tahu jawabannya!" Jordan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ah, sekarang ia pasti tampak sangat bodoh. Siapa yang mengira orang didepannya ini pandai berbicara.
"Ah, sepertinya kau memerlukan ini.." perempuan itu menyodorkan kartu perpustakaan miliknya pada Jordan.
"Apa maksudnya?" Jordan sungguh tak mengerti.
"Agar kau tahu identitasku.. kembalikan padaku besok usai pembelajaran! disini, didepan perpustakaan.." jelas perempuan itu dilanjut kepergiannya begitu saja.
"Maya, Toronto 12 desember 1999.." baca Jordan pelan.
"Tunggu.. tanggal lahirnya sama denganku?! Woah dia pasti mengikutiku.."
---
Pintu kelas terbuka menampakkan seorang gadis pendek dengan wajah berserinya. Aira.
Rambutnya hari ini terikat menjadi satu dibelakang. Membelakangi cahaya membuat anak-anak rambutnya terlihat jelas. Deretan gigi putih selalu ia pamerkan pada setiap orang yang ia jumpai.
Sungguh ini tak seperti biasanya.
"Woah... Aira kau sangat cantik hari ini..." mendengar pujian Jordan semakin membuat senyumnya tak mampu ia kendurkan. Apa dia sudah melupakan ucapan Mark?.
"Thanks Jordan.." balas Aira. Lalu pergi mengambil duduk dibangkunya.
"Ada apa ini? Kenapa kau tak mau mengendurkan senyum di bibirmu itu barang sesenti hah?" Cerca Lily teman sebangku Aira, mungkin dia satu-satunya yang merasa risih dengan senyum lebar milik Aira itu.
"Dasar tidak peka!. Aku tidak akan mengendurkannya sebab hari ini adalah hari ulang tahunku! Apa kau tidak tahu itu hah?! Dasar teman macam apa kau ini..." Protes Aira tidak terima. Lily bahkan tidak mengindahkannya.
"Benarkah?.. Happy Birthday Girl! Kuyakin kau bersedia menjadi pacarku yang ke tiga belas, tawaran ini sungguh langka honey, pikirkan baik-baik.." tawar jordan, senyum bangganya itu membuat Aira ngeri melihatnya.
"Big Thanks Jordan, dengan senang hati aku menolaknya..." tutur Aira diikuti tawa lantang dari penghuni kelas. Pria itu memasang air muka kecewa, tentu saja dengan dibuat-buat.
"Fyuhh... capek juga terus-terusan tersenyum.." keluh Aira sembari melepas senyumnya yang sebelumnya masih tersungging.
Lily menghiraukan keluh Aira. Ia sibuk menyapu pandang kepenjuru kelas. Aira menyadari hal itu dan bertanya.
"Ada apa?" Tuturnya.
"Aku tidak melihat Mark.." refleks Aira juga mengikuti aktivitas Lily, mencari Mark.
"Kau benar dimana dia?" Refleks Aira.
"Otakmu itu dimana hah? Apa tertinggal ditempat tidur?" Cerca Lily kesal akan sikap Aira. Ia memang manusia yang sayangnya tidak dikaruniai kesabaran.
Aira menatap sinis orang disampingnya itu.
"Cih, Tamu merahnya datang.." cibirnya sembari tertawa kecil yang dibalas tatapan tajam khas Lilyan.---
Bel istirahat sudah berbunyi lima belas menit lalu, namun Mark tak kunjung menampakkan diri. Aira semakin dibuat gelisah dengan keadaan. Ada apa dengan Mark. Pikiran Aira terus bergelut tentang kemungkinan alasan Mark tidak datang.Mark juga baru saja mendapat nilai kosong dari guru mata pelajaran pertama tadi.
Aira menghampiri Jordan yang sibuk dengan ponselnya, mengambil duduk disampingnya dan menghadap kearah Jordan. Perhatian pria itu teralihkan padanya.
"Ada apa? Apa kau berubah pikiran sekarang? Dan ingin menerimaku?" Tutur Jordan asal.
"Tidak.. aku hanya mengkhawatirkan Mark" Aira lemas.
Jordan mengubah posisi duduknya membalas hadapan Aira.
"Apa dia sama sekali tidak menghubungimu?" Tanya Jordan ikut tenggelam dalam kecemasan yang Aira rasakan.
Aira menjawab pertanyaan jordan dengan gelengan lemah tanpa menatap kearah Jordan. Ia tertunduk.
"Baiklah, sepertinya ada yang dia sembunyikan dari kita.." tebak Jordan curiga.
"Tidak apa, nanti sepulang sekolah kita tanyakan langsung kepadanya! sudahlah jangan tampilkan image sedihmu itu!! hey kembalikan senyum memabukkan yang tadi pagi kau pamerkan itu!!" Refleks Aira tersenyum mendengar perkataan Jordan, senyum memabukkan, kalimat itu membuatnya tersibu. Wanita itu bangkit dan berlari keluar, berniat menyusul keberadaan Lily dikantin.
"Hey kau tidak ingin membalas budi kepadaku hah?" Seru Jordan kesal.
"Ayok!.. aku akan mentraktirmu.. berhubungan dengan hari ulang tahunku.." tawar Aira dari balik pintu kelas, tempat ia berhenti.
Jordan segera bangkit menyusul Aira dan berjalan bersama menuju kantin.
"Sepertinya hari ini aku akan mati kekenyangan.." canda Jordan diikuti tawa keduanya bersamaan.
---
Gedung bercat putih berdiri kokoh didepan Aira dan Jordan. Gerbang besar didepan mereka menampakkan halaman luas diselimuti rerumputan yang terawat dan beberapa tanaman hias terlihat mengelilingi lahan.
Jordan menekan bel pada tembok samping gerbang.
Hanya butuh beberapa menit setelah menekan bel, seorang wanita pertengahan empat puluhan datang menyambut dan tersenyum ramah membuka gerbang.
"Ada perlu apa kemari?" Tanya ibu tersebut ramah.
"Kita temannya Mark bu.. kita kesini ingin menemui Mark!!" Jelas Jordan diikuti anggukan Aira meyakinkan ibu tersebut akan perkataan Jordan.
Lewat air muka, seakan perkataan Jordan adalah dakwaan bagi sang ibu. Aira dapat melihatnya dengan jelas air muka itu menjadi gelisah dan takut. Entah dengan Jordan. Aira menatap fokus ke mata sang ibu dan mulai dengan aksinya membaca pikiran si ibu. Maafkan Aira jika kalian menganggapnya lancang, namun sikapnya itu yang mengundang kecurigaan bagi Aira.
"Mereka teman Mark! bapak dan Mark melarang saya untuk mengucapkan fakta bahwa mereka menuju korea untuk melanjutkan karir Mark"
"Jadi saya harus menghilangkan beberapa kalimat yang bapak ucapkan!"
"Hanya ke bandara, ya!"
"Setidaknya mereka tidak tahu kemana tujuan bapak, Mark dan ibu dari bandara" Monolog ibu tersebut dalam batinnya.
Aira mendengar itu?. Ya, ia mendengarnya.
Beberapa menit lalu yang berlangsung dengan keheningan, tapi itu tidak bagi Aira. Itu menjadi waktu yang menyesakkan baginya.
Aira mengetahui faktanya.
Aira termenung sibuk dengan pikirannya sendiri.
Berbagai pertanyaan muncul dengan sendirinya tapi tidak satupun dapat ia jawab.
Sementara Jordan tengah mendengarkan kalimat ibu tersebut, dada Aira terasa sesak. Ia seperti tidak mendapat oksigen. Apa ini?, apa maksud Mark melakukannya.
Mengapa Mark tidak memberitahukannya dan malah melarang ibu itu mengungkapkan fakta yang ada.
Nafas Aira tak beraturan. Kakinya mendadak bergetar hebat. Matanya panas dan mulai berair. Aira meneteskan air mata. Ia masih tidak menyangka Mark melakukan ini. Mark baru saja meninggalkannya. Ya, meninggalkannya..
Tubuh Aira lemas. Pandangannya kabur. Kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya. Aira terjatuh.
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu bernyanyi semalam"
"Aku sungguh bodoh.."
"Aku benar-benar bodoh.."
Tbc_
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You "Mark Lee" ✔
Fanfiction[Dalam Tahap Revisi] Selangkah paksaan melangkah menuju bahaya.. Dalam kesadaran penuh.. Dengan berbagai teori perubahan Diatas papan ringkih, yang tak tau kapan akan mematahkan diri Dan menjatuhkan tubuh ini kedalam jurang kebencian Mereka, tak he...