4. Remembered Again

75 16 4
                                    

Mark merebahkan tubuhnya tepat ditengah ranjang yang sedikit berdebu karena lama tidak dihuni, Mark tidak peduli itu. Tubuhnya terlalu lelah meskipun hanya untuk membersihkan debu barang sedikit, ia sama sekali tidak berniat melakukannya.

"Maafkan nenek, Min hyung-a. Nenek tidak sempat membereskan kamarmu terlebih dahulu, itu karena kau datang tiba-tiba" rasa lelah Mark seketika buyar.

Buru-buru Mark bangun setelah mendengar suara neneknya, yang sepertinya melihat tingkah laku Mark barusan.

"Tidak nenek!, ini kamarku, jadi kewajiban untuk membersihkannya ada padaku..." Mark mencoba meluruskan masalah.

Pengakuan Mark dibalas senyum tulus dari nenek dilanjut kepergiannya meninggalkan Mark kembali dengan aktivitasnya.

Lee Sang Mi, nenek Mark yang berdarah asli Korea. Dahulu nenek bertemu dengan kakek Mark, Wilsen.

Kakek Mark berdarah Amerika. Merasa cocok, mereka memutuskan untuk menikah dan melahirkan ibu Mark, Lee Sang Hwa dan paman Mark Yong Willsen.

Ibu Mark juga mengikuti jejak nenek. Ia bertemu dengan ayah Mark yang juga berkebangsaan Amerika, Davidchi dan menikahinya dengan persetujuan dari kedua pihak.

---

Mark duduk ditepi ranjang setelah beberapa menit tadi sibuk membereskan kasurnya dengan paksaan. Ia semakin larut dengan pikirannya. Memikirkan Aira dan teman- temannya di Vancouver.

Apa mereka mencarinya?. Apa Aira baik-baik saja?. Apa Aira tengah mencarinya?. Jordan, bagaimana dengannya, apa pria itu kini sibuk menenangkan Aira?.

Mark tiba-tiba menyesali perbuatannya. Rasa ingin bergegas menyusul keberadaan Aira terlintas dikepala. Ia khawatir Aira mengetahui fakta ini. 

Atau bahkan aira sudah mengetahuinya. Astaga... apa yang terjadi padanya saat ini?. Bodohnya Mark meninggalkannya tanpa sepatah kata!.

Pikiran Mark benar-benar kacau. Semakin memungkinkan keadaan Aira, semakin mencetak kekhawatiran dalam diri Mark. Apa yang dapat ia lakukan, Jika semua ini sudah terjadi. Bahkan menyesali keputusannyapun tak akan merubah apapun.

Mark meremas rambutnya geram. Melontarkan amarah pada dirinya sendiri. Kepalan tangannya jatuh menghantam kayu tepi ranjang sehingga menimbulkan dentuman keras. Ditambah teriakan Mark yang membuat penghuni rumah terkejut dengan apa yang tengah terjadi.

Mark menyesal!. Ya, ia hanya bisa menyesali perbuatannya.

"Mark! Ada apa?" Mark memalingkan wajah kearah sumber suara.

Terlihat bunda,ayah dan nenek berdiri persis diambang pintu dengan air muka risau dan khawatir mereka, jelas itu untuk Mark yang baru saja berteriak histeris.

Mark tidak menghiraukan mereka, ia kembali tertunduk meratapi kekesalannya. Hingga tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi lengannya.

Merasa hal itu sungguh memalukan baginya. Refleks kedua tangan Mark terangkat mengusap keras kedua pipinya yang basah.

Dilain tempat bunda Mark memberikan isyarat kepada nenek dan ayah Mark, agar menyerahkan masalah ini kepadanya dan tidak perlu mengkhawatirkan Mark lalu kembali ke aktivitas mereka.

Bunda menghampiri Mark dan menarik putra bungsunya kedalam dekapan.

"Aira, i'm so sorry"

---

Bunda Mark menarikan selimut untuk Mark, mengelus lembut rambutnya, dan mencium singkat kening Mark disambung seuntas senyum haru bunda menatap dalam wajah putra bungsunya itu.

Sekuat tenaga bunda meninggalkan kamar Mark. Rasanya meninggalkan putranya sendiri di dalam kamar adalah sebuah kesalahan. Dan ia harus terus disamping Mark, menemani sekaligus menjaga putranya agar Mark bisa tenang.

Bunda Mark mengambil duduk di sofa depan televisi. Menekan tombol berwarna merah pada remote. Dan beberapa kali menekan tombol 'exit' tanpa mengerti apa yang ingin ditontonnya.

"Apa Min hyung baik-baik saja?"

Bunda Mark terperanjat mendapati nenek Mark yang sudah berdiri disampingnya.

"Astaga ibu, mengagetkan saja.."

Bunda Mark menggeser tubuhnya, meluangkan sedikit bagian sofa untuk nenek Mark duduk.

Peka dengan yang putrinya lakukan, Nenek Mark mengambil duduk disamping anak perempuannya itu.

"Ada apa dengan Min hyung, seo hyeon-a.." Bunda Mark menyamankan posisinya dengan menghadap kearah nenek.

"Mark teringat temannya di Vancouver. Ia meninggalkan mereka begitu saja, tanpa meninggalkan jejak perpisahan dan sebagainya, karena ia rasa itu hanya akan mempersulitkannya untuk melepas mereka" Jelas bunda mengulang kalimat yang Mark ucapkan saat akan pergi ke Korea.

"Astaga, dia merasa bersalah sekarang..."

---
Bagian ini lebih sedikit dari biasanya?
Y

a, emang sengaja si sebenernya😂


Pengennya tu, part ini cuma nyritain penyesalan Mark, karna udah ngambil keputusan tanpa berpikir panjang..

Ya gini deh jadinya😅
Maapin kalo garing^^
---

Tbc_

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang