"Mark!, semakin waktu berjalan semakin mengecil jarak antara kita..."
"Tetapi mengapa ingatanku kembali pada masalalu..."
"Saat-saat kau menghilang tanpa sepatah kata..."
"Dan tangan ini..."
"Entah mengapa ingin membalas kekesalan yang kupendam selama tiga tahun"
Aira menggelengkan kepala cepat!.
"Apa ini?!"
"Apa yang ada dipikiranmu raa?"
"Kau tidak boleh melakukan itu!."
Aira menghela napas pendek. Apa yang baru saja ia pikirkan. Itu salah, salah besar. Aira harus mengontrol emosinya saat bertemu Mark nanti, suatu saat. Ya, tangannya itu tidak boleh berkutik.
Aira berbalik.
"What?"
Aira dibuat terkejut setengah mati. Orang itu. Orang yang memenuhi pikirannya barusan sudah berdiri didepannya sekarang.
Benarkah ini.
Apa ini hanya efek dari pikiran Aira saja atau sebaliknya?. Sulit dipercaya, setengah mati Aira masih mencoba mencerna kejadian itu.
Tapi ini. Ini benar-benar nampak nyata. Apa sampai sejauh itu Aira berhalusinasi?. Kalau iya, Aira sungguh sudah keterlaluan dan harus berhenti.
Aira memejamkan mata sekejap. Dan terbuka lagi. Hey, ini bukan seperti yang Aira pikirkan.
Perlahan Aira mulai percaya orang itu adalah Mark. Setelah mengingat posisinya saat ini sudah dalam satu negara dan satu kota dengan Mark. Ditambah letak gedung yang menaung Mark Berada tak jauh dari apartemennya.
"Tapi..."
"Kenapa dia diam?"
"Dia..."
"Apa dia tak menginginkan kehadiranku?"
Aira menatap mata Mark dalam. Aira tak bisa membiasakan diri untuk tidak membaca pikiran orang yang tentunya bersifat privasi. Apalagi hatinya sekarang benar-benar dibuat bimbang oleh sikap Mark Ini.
"Maafkan aku Mark!"
Aira mendengar Mark mengatakan bahwa dirinya menunggu perlakuan Aira selanjutnya.
"Apa?, Jadi harus aku yang memulainya?"
"Sebenarnya siapa yang bersalah disini?"
Susah payah Aira menahan air mata. Tetapi kantong matanya menjadi lemah hanya karena mendengar batin Mark barusan. Dan bisa ditebak saat ini Aira sudah meneteskan air matanya.
Jika Aira menolak untuk dipasrahkan oleh Mark, seperti barusan. Apa itu salah?. Awalnya Aira ingin menahan kekesalannya yang terpendam lama itu. Tetapi melihat sikap Mark seperti ini benar-benar membuat kekesalannya semakin menjadi-jadi.
Sama sekali tidak sesuai ekspetasi Aira.
Diluar kendali pikiran Aira. Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah Mark yang sedari tadi sama sekali tak berkutik. Melangkah kedepan dengan batin yang penuh dengan kekesalan.
Dan...
Plak!
"Hyung!!"
Satu tamparan mendarat mulus dipipi kanan Mark. Serta seruan terkejut dari orang yang sedari tadi hanya menyaksikan dengan saksama dirinya juga Mark. Aira bahkan menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You "Mark Lee" ✔
Fanfiction[Dalam Tahap Revisi] Selangkah paksaan melangkah menuju bahaya.. Dalam kesadaran penuh.. Dengan berbagai teori perubahan Diatas papan ringkih, yang tak tau kapan akan mematahkan diri Dan menjatuhkan tubuh ini kedalam jurang kebencian Mereka, tak he...