23. Mark's friend.

33 7 0
                                    

"Mark bawa sini piringnya.." titah Aira pada Mark yang baru saja selesai dengan makannya di meja makan.

Mereka baru saja menyelesaikan makan malam mereka. Dan Aira saat ini disibukkan dengan cucian piring juga alat masak.

Mark mengambil piring kotornya kemudian berjalan dan meletakkannya pada bak cuci.

"Thanks."

"Eum..."
Aira terus melanjutkan aktivitasnya dan tidak menghiraukan Mark yang masih berdiri disampingnya dengan tak hentinya memperhatikan Aira.

Sesekali Aira mendongak dan menggelengkan kepala beberapa kali untuk menyibakkan rambutnya yang menghalangi pandangan. Lengannya juga tak tinggal diam. Beberapa kali lengannya bergerak menyingkirkan helai rambut yang terlepas dari sanggaan daun telinganya.

Mark melihat itu bukan membantu melainkan pergi menuju kamar dan meninggalkan Aira bersama dengan kesibukannya.

Aira mendecih pelan.

Semenit kemudian Mark kembali muncul dengan ikat rambut milik Aira yang tergelang ditangan kanannya.

Dia pergi untuk ikat rambut itu?!.

Mark berjalan mengarah pada Aira yang masih berdiri ditempat awal, netra Aira tak henti mengikuti arah Mark berjalan. Sampai berhenti tepat dibelakangnya.

"Mau apa kamu?" Ucapnya was-was.

Mark terkekeh dan mulai dengan aksinya. Mengumpulkan setiap helai rambut Aira dan menyatukannya dibelakang kemudian mengikatnya dengan ikat rambut yang ia ambil barusan.

Bisa kalian tebak, Aira hanya bisa terpaku sekarang. Mark sengaja memperlambat aktivitasnya. Mark lebih suka jika melihat Aira seperti saat ini. Entahlah, itu mempunyai kesan tersendiri yang sukses membuat Mark candu.

Tawa tanpa suara tak kuasa Mark hentikan. Sampai saat ia memutuskan untuk berhenti mempermainkan Aira.

Mark selesai dengan aktivitasnya. Intens dirinya memeriksa hasil kerjanya dari arah depan. Dan masih ada poni yang tersisa. Mark tidak menghiraukan kegugupan Aira yang sepertinya gagal Aira sembunyikan.

"Poni itu..."
"Apa masih menghalangi pandanganmu?"

"Hm?, a-ah, tidak apa, i-ini cuma poni." ucap Aira terbata-bata dan kembali pada cucian didepannya.

"Baiklah, aku akan mengawasi ponimu..."

"Eum?"
"A-aah, i-ya.."

Mark tak mampu menahan tawanya. Ia masih kukuh memantau Aira. Seperti itu terus. Menanti poni Aira terjatuh. Sementara Aira berusaha setengah mati agar tidak menunduk. Ya Aira tetap mencuci piring hanya saja wajahnya lurus kedepan dan bola mata tertarik kebawah untuk memantau cuciannya.

Sial, Aira tidak tahan lagi.
"Mark!!" Panggil Aira tanpa menghadap lawan bicara.

"Why?"

"Pergi dari situ!!, leherku kram!!"

"Hm?"
"Apa hubungannya denganku?"
"Kenapa aku harus pergi?" Protes Mark sekaligus berpura polos dan ambigu dengan ucapan Aira.

Aira menghela napas lalu tertunduk. Ya Aira menyerah. Jika bukan karena lehernya yang mulai terasa sakit, Aira akan terus seperti itu sampai ia menyelesaikan cuciannya.

Seperti yang Mark bicarakan. Begitu Aira tertunduk dan poninya terjatuh dengan sigap Mark mengambil dan menyelipkannya pada daun telinga.

"Mark kau lanjutkan ini."

"Ha?"
Aira memutar kran dan membersihkan tangannya lalu mengelapnya dengan kain yang tergantung tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Daripada jantungku dibuat tak waras olehmu kan..."  batinnya kesal.

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang