16. D-day

36 6 0
                                    

Aira membuka pintu lemari es dan mengambil makanan yang tersisa disana. Hanya ada tiga potong pizza sisa semalam. Melihatnya saja nafsu makan Aira langsung hilang.

Dia berjalan ke meja makan. Meletakkan pizza itu disana dan berbalik kearah dapur mengambil kantong plastik.

Dimasukkannya  pizza itu kedalam kantor kemudian berjalan keluar pintu apartemen. Langkahnya terhenti tepat pada ruang tamu.

Ia baru saja teringat isi kulkas tadi, dan memutuskan untuk sekaligus berbelanja ke minimarket terdekat.

Aira menaruh kantong plastik begitu saja. Dan berlari ke kamarnya mengambil sling bag-nya, tak lupa Aira menaruh ponsel dompet dan beberapa lembar uang didalamnya.

---

Pintu minimarket dibuka Aira. Beberapa pengunjung intens menoleh kearahnya, membuat Aira sedikit salah tingkah.

Aira melontarkan senyum pada mereka yang menatapnya. Begitu juga sebaliknya, mereka membalas senyuman Aira. Beberapa orang ada yang bersisik, membicarakan wajahnya yang asing.

Aira tersenyum kecut. Sedikit ada penyesalan dihatinya, karena ia sudah mengerti bahasa mereka.

Tujuan awal ia memilih belanja di minimarket selain karena jaraknya yang dekat juga karena ia tengah malas berada dikeramaian. Dan ternyata tak ada bedanya.

"Sudahlah.. abaikan saja.."

Aira mengambil keranjang kosong didepan kasir dan berjalan menuju area makanan instan.

---

Diperjalanan pulang Aira sibuk melihat sekelilingnya. Bangunan tingkat berjajaran dimana-mana. Jalanan kota Seoul juga tak kalah padat.

Dari kejauhan Aira menangkap tulisan SM TOWN. Wajah terkejut Aira tak dapat disembunyikan. Seharusnya ia sedikit jaga sikap mengenai posisinya sekarang yang menjadi pusat perhatian pejalan kaki lain.

Sulit bagi Aira untuk diam saja melihat fakta yang baru saja dilihatnya. Apa Seoul sesempit itu?. Tidak maksud Aira... wah, dia sampai kesulitan untuk berkata.

Intinya, itu sangat luar biasa!.

Tanpa sadar sudut bibir Aira terangkat sempurna. Entahlah, Aira tidak tahan lagi untuk menahannya.

---

"HYUNG!! JANGAN LUPAKAN PESANANKU!!"

Teriakan Haechan kembali menghentikan langkah Mark yang sudah beberapa kali terhenti.

Ia merasa langkahnya menjadi mainan oleh para hyungnya. Mark memaklumi itu. Harus memang. Tapi kali ini oleh pria yang setahun lebih muda darinya. Berapapun itu, Mark tetaplah hyung bagi Haechan.

Tanpa sadar ekspresi wajahnya kini mengeras. Tangannya tergengam erat. Saatnya membalas dendam. Mark kesal pada siapa dan membalasnya pada siapa.

Mark berbalik dan menghampiri pria yang sedang sibuk mengotak atik stik ps. Mark menautkan tangan kirinya dileher Haechan.

"Pesananmu terlalu banyak!! So you have to go with me haechan hyuung!!"

"Yak!!"

"Sakit hyung-aaa.." rintih Haechan. Sakit memang. Semua orang juga ikut iba menatap Haechan yang diperlakukan seperti itu.

Mark melepas tautan tangannya.

"Les's go!!"
Mark menarik lengan Haechan keluar. Tak peduli tatapan dari para hyungnya. Mereka menyimpulkan bahwa Mark tengah kesal dan melampiaskan kekesalannya pada Haechan. Satu-satunya orang yang patut diperlakukan seperti itu saat ini. Hanya dia yang lebih muda dari Mark!. 

Forever With You "Mark Lee" ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang