Bangku dan meja yang sudah tak berpenghuni terlihat begitu rapi dikelas Jake. Bahkan terlihat lebih gagah dan anggun dari biasanya. Mereka siap menerima penghuni baru. Jake menghela napas, entah mengapa ia sendiri masih tidak bisa mempercayai ending dihari ini. Hari terakhir ia duduk dibangkunya dan hari terakhir ia menjabat sebagai siswa sekolah menengah pertama.
Apalagi teringat perkataan Aira dilapangan basket barusan. Setiap kejadian terputar jelas dibenak bak komedi putar. Kalimat Aira teringat jelas. Semua tersusun rapih. Jika dibanding dengan hafalan rumus matematikanya perkataan Aira lebih tertangkap jelas oleh otaknya.
Akan aku ceritakan..
Flashback on_
Dengan ragu Jake menghampiri Aira yang tengah berbincang dengan temannya.
"Aira!" panggilannya ragu.
Merasa namanya baru saja dipanggil meskipun itu terdengar samar-samar diantara kebisingan orang disekitarnya, Aira menoleh. Mendapati Jake yang berdiri tepat dibelakangnya.
"Jake, kau yang memanggilku?" Aira memastikan.
Jake balas dengan anggukan sembari tersenyum tipis.
"Bisa luangkan waktumu sedikit untukku berbicara empat mata denganmu?"
Entah mengapa deretan kalimat itu membuat Aira siaga. Aira mengangguk sedikit ragu.
.
.
.
Kini mereka hanya berdua di tengah lapangan basket indoor. Tampak sepi disini. Semua orang sibuk merayakan perpisahan dilapangan utama. Baik Aira maupun Jake, masing-masing dari mereka belum ada yang terniat untuk membuka mulut. Mereka juga sadar akan suasana canggung yang mereka buat.
Jake tak mempunyai cukup keberanian untuk menatap Aira. Berbanding terbalik dengan Aira yang menatap Jake sedari tadi. Itu akan menambah gugup Jake ra!!.
Tapi, mau bagaimana lagi, Aira harus menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ataupun pernyataan Jake nanti. Untuk menemukan jawaban yang tepat Aira harus mengetahui dulu pertanyaan atau pernyataan itu. Ya, Aira sedang mencari tahu itu.
Baiklah sudah cukup untuk keheningannya. Dan sudah cukup pula Aira membaca pikiran Jake. Aira menghela napas samar. Ia akan memulai percakapan.
"Jadi?, untuk apa kita kesini?"
"Ingat Aira kau harus berpura-pura terkejut nanti!"Jake menoleh. Lagi-lagi tatapan itu. Tatapan yang melemahkannya.
Sudah cukup Jake!. Sampai kapan kau akan memendam perasaanmu?. Ungkapkan sekarang!. Sekarang juga!.
Jake menarik napas pelan dan membuangnya."Aku menyukaimu, Aira!. Dan aku tak pandai mengungkapkannya.."
"Sudah lama perasaan ini ada... Sudah lama pula aku memendamnya,"
"Aku rasa, ini waktu yang tepat untuk mengungkapkannya... Meskipun aku tak tahu kedepannya akan seperti apa, Tapi aku harus mengungkapkan ini!!, untuk menentukan sikapku padamu kedepannya!, "
"Aku sudah muak dengan perasaan bimbang!."
Jake berhenti untuk menarik napas.
"Jadi, apa jawabanmu?"
Jake menatap Aira penuh harap. Yang ditatap balas menatap Jake terkejut. Kalian tau itu adalah tatapan palsu.Sengaja Aira mengheningkan beberapa detik. Agar Jake mengira ia tengah berpikir. Jika kalian berpikir Aira adalah gadis jahat. Aira akan mengelak, ia akan menyalahkan kelebihannya. Karena kelebihannya itu yang membuat Aira seringkali merasa dirinya adalah orang jahat. Seperti mengetahui kepribadian dan isi hati orang lain dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You "Mark Lee" ✔
Fanfiction[Dalam Tahap Revisi] Selangkah paksaan melangkah menuju bahaya.. Dalam kesadaran penuh.. Dengan berbagai teori perubahan Diatas papan ringkih, yang tak tau kapan akan mematahkan diri Dan menjatuhkan tubuh ini kedalam jurang kebencian Mereka, tak he...