Yoonwon tengah berjalan dikoridor menuju kelasnya saat tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan membawanya menuju rooftop sekolah.
Menolak untuk meloloskan pergelangannya dari genggaman pria itu, Yoonwon akhirnya berhasil melepaskan pergelangannya tepat ditengah rooftop. Tempat pria itu berhenti menyeretnya.
"Apa kau sudah bosan hidup, ha?" Gertak Yoonwon kesal pada pria didepannya.
Pria itu melepas tudung hodie hitam yang ia kenakan, dan berbalik pada Yoonwon.
Amarahnya semakin menjadi, begitu melihat pria yang menyeretnya barusan adalah Han Kyung Won, kakaknya sekaligus pria yang memergokinya dengan Aira beberapa hari lalu.
---
Setelah penentuan tanggal pernikahan kala itu, Aira menjadi tidak karuan sekarang. Antara senang juga khawatir, Aira tak dapat menentukan perasaan sebenarnya. Diluar dugaannya, hanya tersisa tujuh hari Aira bukan lagi seorang gadis Sekolah Menengah Atas pada umumnya.
Sekeras apapun dirinya mencari alasan agar bisa mengundurkan hari itu, sisi lain hatinya menyadarkan ada masanya hari itu akan datang. Apa mungkin jika Aira terus menghindar dan menolak keputusan itu sendiri, hari itu tak lagi menghantuinya.
Setelah sekiranya ia memberi alasan logis agar acara itu diundur lama meskipun tak satupun alasannya yang mendapat persetujuan, kala itu Aira mulai berpikir untuk mengalah. Setidaknya hal itu bisa menenangkan orang tua dari kedua pihak.
Dengan perasaan dongkol Aira mengangguk dan menyetujui keputusan mereka saat itu.
Brugh.
"Hey, apa perlu kutunjukkan cara berjalan yang benar, hah?!" Sarkas orang yang barusan tak sengaja Aira tubruk. Soya.
"Maaf..." balas Aira tanpa berniat untuk memperpanjang masalah.
"Maaf?!, Apa maaf saja bisa menghilangkan rasa sakit ini?!" Soya menarik lengan Aira kasar.
Meskipun hanya pundak yang tak sengaja bersenggolan, hal itu cukup untuk memuncakkan emosi Soya. Terlebih mengetahui orang yang menubruknya adalah musuh bebuyutannya, hal itu semakin membuat Soya geram.
Aira menarik lengannya dari genggaman Soya. Berhasil dan kembali berjalan tanpa memperdulikan ocehan Soya disela langkahnya menjauh.
Pasang mata yang memperhatikan keduanya membuat Soya merasa dirinya kalah dari Aira. Menolak dianggap seperti itu, Soya berlari mengejar langkah Aira, dan kembali menarik keras lengannya.
"YAK!, SETIDAKNYA KAU MEMINTA MAAF DENGAN BERLUTUT DIDEPANKU!" Teriaknya penuh emosi.
Aira membelalak tak percaya, begitu mendengar ucapan Soya. Seakan kesalahannya begitu besar, sampai harus melalukan hal memalukan yang diucapkan Soya dengan mempertaruhkan harga diri didepan murid sekolah tentunya.
Emosi Aira yang sudah memuncak, membuatnya semakin yakin dirinya tak boleh terus diam dan menghindar. Bukankah ini sudah diluar batasan.
Dengan emosi yang sudah terkumpul ditangan kanannya yang tergenggam erat itu. Aira mendekat kearah Soya. Tangan kanannya terangkat bersiap untuk menampar wanita didepannya, supaya sadar dengan apa yang dia katakan sebelumnya.
Saat hanya tersisa jarak beberapa centi untuk tangannya berhasil membuat lebam dipipi putih nan mulus berkat olesan bedak itu. Saat itulah sebuah tangan kekar menghentikan tangannya.
Refleks Aira menoleh pada pemilik tangan itu. Mendapati Yoonwon yang menatapnya cukup tajam.
Mengingat Aira tak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari Yoonwon. Hal itu membuat Soya tersenyum kemenangan. Aira yang melihat seringaian itu, langsung peka bahwa itu semua direncana oleh Soya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You "Mark Lee" ✔
Fanfiction[Dalam Tahap Revisi] Selangkah paksaan melangkah menuju bahaya.. Dalam kesadaran penuh.. Dengan berbagai teori perubahan Diatas papan ringkih, yang tak tau kapan akan mematahkan diri Dan menjatuhkan tubuh ini kedalam jurang kebencian Mereka, tak he...