Kecupan

17.9K 1.7K 105
                                    

Mataku terpejam ketika Jassen mencengkram kakiku dan menariknya kuat. Awalnya, aku berpikir cowok itu mencoba balas dendam dengan mematahkan setidaknya pergelangan kakiku yang tiada henti menginjak.

BRUKKK

KYAAA

Tubuhku terjatuh. Aku mengabaikan teriakan syok dan beberapa umpatan, aku heran, mengapa lantai terasa amat empuk bagaikan berbaring di atas kasur?
Perlahan, kelopak mataku terbuka mencari jawaban perihal kondisiku sekarang.

Mataku membola, nyaris keluar dari tempatnya. Aku... baru saja jatuh menimpa tubuh Jassen! parahnya lagi, bibir kami tanpa sengaja bersentuhan. Bukan kah ini sama saja dengan berciuman?

Mata elang Jassen memandang tajam netra hitamku. Menyaksikan wajah Jassen sedekat ini membuat jantungku berdegup tidak karuan.

"Ja- Jassen?"suara Naura memanggil terdengar melewati indra pendengaran. Tidak. Ini salah! Tara kau harus bangun dan sadar! ini Jassen, malaikat pencabut nyawamu di masa depan!

Buru-buru aku berpegangan, meminjam bahu lebar Jassen. Memberi dorongan supaya tubuhku terangkat. Namun, lagi-lagi aku di buat hilang akal akibat kelakuan Jassen. Pria itu menekan Tengkukku, melumat bibir merah tipisku memperdalam kecupannya.

Murid-murid histeris. Mata mereka seakan membohongi apa yang saat ini mereka lihat. Seorang Jassen, di hadapan khalayak mencium seorang Arlita, perempuan yang amat dia benci. Tidak tanggung-tanggung, Naura yang ada di sini pun menyaksikan hal itu dengan kedua matanya.

Gadis malang itu menangis hebat. Naura kemudian lari, keluar dalam lingkaran siswa.

Aku merengut jijik. Mataku mungkin kemana-mana tapi aku lupa kalau tubuhku masih setia dalam dekapan Jassen. Cowok itu menaikan alisnya ketika pandangan kami bertemu. Dapat ku rasakan, bibirku mulai bengkak akibat ciuman basah yang Jassen lakukan.

Reflek, aku menghantukkan kepala kami. Air liur menetes, membentuk benang tipis di kedua sela bibir kami saat ciuman itu terlepas paksa.

Jassen mengaduh. Dengan muka bonyoknya masih sempat-sempatnya dia melakukan ini. Sungguh licik. Sampai cara kotor pun dia lakukan agar aku juga merasa malu. Pintar sekali pria ini membuat alibi supaya tidak dia saja yang merasa malu di sini.

Bastard emang.

"Bajingan sialan"umpatku pelan menginjak kemaluan pria itu cepat sebelum dia melecehkanku lagi.

Jassen mengaduh. Tubuhnya berguling ke samping menahan nyeri tak tertahankan.

"Mamam tuh"
Aku berjalan mendekati trio bidakku, meninggalkan jejak darah setiap aku melangkah.

Berdiri di tengah mereka, aku melipat tangan"Sekarang gue umumkan, dengan ini pertunangan kita kelar"




















Sekolah sudah usai. Menyusun buku-buku, aku menarik tasku dan melangkah menuju parkiran. Tujuanku saat ini adalah pulang. Sebenarnya aku ada acara nongkrong bareng trio bidak sih. Ya cuman karna kelelahan jadilah aku pulang ke rumah.

"MAMA? PAPA?"kagetku histeris. Bahkan tasku pun jatuh sangking kagetnya melihat mereka. Bagimana mungkin? apa ini akibat alur yang melenceng? dalam cerita jarang sekali orang tua Arlita pulang. Kalauoun pulang sekarang bukan waktu yang tepat!

"KAK NADRIKA JUGA ADA?"

Sungguh wah sekali. Nadrika bahkan juga pulang. Nadrika Castello Rawles------- kakak laki-laki Arlita. Sangat jarang pulang ke rumah. Terhitung cowok itu hanya sekali menginjakkan kaki di rumah. Itupun karna paksaan orang tua Arlita saat pemakaman.

Nadrika benci sekali sama adiknya, Arlita. Gara-gara kelahiran Arlita, posisi Nadrika sebagai pewaris lenyap setelah orang tuanya mengetahui kecerdasan luar biasa anak bungsu mereka.

Maka tak heran, Nadrika jarang pulang ke rumah di karnakan dia akan selalu jumpa dengan orang yang sangat dia benci.

"Duduk"titah papa Arlita------- tuan Mahen Wijaya Rawles.

Setelah duduk di sofa ku pandangi wajah-wajah asing ini dengan bingung.
"Kamu"panggil Mahen memijit pelipisnya.

"Apa yang kamu lakukan pada tunanganmu?"

Hah?




T
B
C


double up!
tanggung bngt klo post bsk

apa yg d pikirkan jassen?
tunggu chp slnjutny kta kan bhs pke sudut pandang jassen. ok?
dh gni dlu jng lp votemen.

WHAT THE HELL ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang