Villain'2

16.5K 1.6K 56
                                    

Jassen tidak tau harus berkata apa. Dia sendiripun tidak tau mengapa dia bisa berbuat di luar akal sehat hanya karna Arlita jatuh menimpa tubuhnya.

Ah, rasanya Jassen ingin membenturkan kepala saat ini. Bagaimana mungkin dia terangsang hanya karna merasakan buah dada Arlita membentur begitu kuat?
Dia juga ingat, saat Arlita memukuli dirinya. Tanpa sadar perut gadis itu menempel dan menyodok kemaluan Jassen berulang kali.

Parah

Lelaki mana yang tidak naik bila mengalami posisi demikian?
Jassen tidak munafik. Dia sepenuhnya normal layaknya lelaki dewasa lain. Dia akui, dia cukup keterlaluan menyerang bibir Arlita cukup lama. Sebut saja Jassen brengsek sampai membuat orang yang dia kasihi berlari setelah menangisinya. Jassen lepas kendali.

"Gue pening"resah Jassen mengusap poni ke atas. Ke empat sahabat Jassen menggeleng tak habis pikir. Mungkin Jassen sebagian benar dan sebagian lagi tidak.

Tidak ada yang mau memberi masukan. Padahal, bermacam pikiran cowok-cowok tampan itu ingin mereka lontarkan jika tidak mengingat mereka bisa bernasib seperti Yudha.

Yudha tidak ambil pusing. Bisa di bilang dia kapok dan berjanji menjalani kebersamaan sendiri-sendiri. Darren saja memilih mengunci mulut rapat. Cowok bijak ini tau betul kapan waktunya menasehati Jassen. Kapten SCANTRAXX tidak bisa menerima masukan siapapun saat mood pria itu memburuk. Hanya Darren dan Hades lah yang tau. Tak heran, perlu diketahui Darren dan Hades kian lebih dulu mengenal Jassen. Tentang soal percintaan Jassen dan Arlita secara detail pun mereka berdua tau.

Hades menaikan alis kala Jassen mengulurkan tangan"Hp lo"titah cowok itu. Hades mendengus, kemudian mengeluarkan handphone dari saku jins robek cowok itu.

Jassen mengetik sesuatu. Entah apa yang dia ketik hingga cowok babak belur itu tersenyum setan.
"Ada apa dengan muka kalian?"heran Jassen. Dia tidak sadar telah membuat atmosfir horor.

Darren menarik napas pelan"Bukan apa-apa"



















Di sisi lain, seorang gadis tengah merengut dalam sebuah kamar. Dua jam lamanya ia menekuk muka usai pertemuan dadakan keluarga Rawles. Yap. Usut punya usut, penyebab kedatangan keluarganya akibat ulah Jassen yang mengadu.

IYA JASSEN!

KALIAN GAK SALAH BACA KOK

Aku menepuk jidat. Ku raih guling di sebelahku. selembar foto Jassen aku tempeli di ujung atas guling. Aku menarik napas dalam. Memukul dan menendang guling tak bersalah itu seakan di hadapan ku kini adalah Jassen.

"SIALAN LO BANGSAT BAJINGAN! TAI ANJENG! MAMAM NIH TINJU GUE!"

Teriakan biadab ku menggema memenuhi ruangan. Tensi ku naik. Aku ingin menghajar siapapun yang ada di hadapanku saat ini juga. Untuk itulah aku naik ke kamar sebelum sofa ruang tengah aku terbalikkan ke arah orang tua Arlita.

Aku nyusruk, lalu merubah posisi jadi telentang. Ku ayunkan kakiku sembari memperhatikan langit-langit kamar. Aku bingung. Sangat bingung. Sikap tokoh pratagonis agak melenceng. Bagaikan Villain. Jassen adalah makhluk licik. Bodohnya aku baru sadar sekarang. Dalam novel tidak pernah Jassen digambarkan sebagai sosok licik, cerdas dan menghalalkan bermacam cara untuk mendapat apa yang dia mau.

Karna hal itu hanya ada dalam tubuh seorang villain, yaitu Zavior. Sampai detik ini aku belum bertemu dengan Zavior. Kemungkinan pria itu sekolah di luar daerah lain. Mungkin.


T
B
C


Ap yg terjadi?
Entahlah authorpun bingung.
selamat valentine bgi yg rayain💓💕💗💘💝💟

WHAT THE HELL ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang