Dunia novel

21.5K 2.1K 76
                                    

Mataku terbelalak, keringat membanjiri seluruh tubuh. Dapat ku rasakan pakaian yang ku kenakan basah secara keseluruhan. Napasku tersengal-sengal seakan paru-paru memberontak ingin bebas.

"Selamat pagi--- nona Ari apa anda baik-baik saja? apa kepala nona pusing? atau tubuh nona ada yang sakit?"Tanpa ku sadari tangan wanita kepala tiga itu terangkat menyentuh keningku. Keningku berkerut.
Ada apa ini? Siapa dia? lalu apa tadi, Ari? nama itu sepertinya tidak asing.

Dan sejak kapan pula aku terdampar dikamar mewah ini???

Aku mengamati tanganku. Cantik sekali. Begitu lentik seperti impianku kala melihat wanita majalah fashion, kulit yang seputih susu dan lembut. Wanita paruh baya didepanku terkesiap saat tanganku meremas sebelah dadaku yang besar. Sangat montok, semontok milik selebritis eropa.

"Nona apa yang baru saja anda lakukan? apakah dibagian situ yang terasa sakit?"tanya wanita itu lagi merasa khawatir. Namun lagi-lagi aku mengabaikannya. Otakku mengatakan tidak pernah ingat punya tubuh seindah dan sempurna ini.

"Berikan aku cermin"

Aku perlu memastikan jika aku benar nyatanya merasuki tubuh Arlita------ tokoh antagonis dalam novel berjudul 'Make me yours!' berlatarkan lika-liku konflik geng anak sekolah yang gak masuk akal, kemudian ditaburi bumbu asmara tokoh utama pratagonis pria, si ketua geng yang tentunya jatuh hati pada tokoh pratagonis wanita, si cewek culun yang polos dan juga bodoh.

Di ceritakan, Arlita sejak kecil sangat terobsesi dengan tokoh utama pria----- Jassen Arlando. Kira-kira sejak mereka duduk sebangku saat sd. Jassen adalah sahabat pertamanya kala itu, Arlita merupakan sosok pemalu dan susah bergaul. Jassen datang sebagai bentuk malaikat penolong dimata Arlita kecil. Arlita yang polos dan terbiasa dimanjapun buta arah, tanpa ia sadari perbuatannya justru mengekang Jassen, mengklaimnya dengan meminta orangtuanya supaya ia dan Jassen bertunangan.

Aku jadi merinding melihat kepingan memori Arlita. Kelakuan buruk Arlita ibaratkan jelmaan iblis betina. Ia berani melakukan hal nekat apapun asalkan Jessen tidak menjauh darinya.

Aku jadi meringis membayangkan bagaimana nasibku nanti, sambil mengamati wajah baruku.Wajah oriental khas cina. Mata sipit, bibir tipis merah alami, hidung kecil yang mancung benar-benar duplikat MALAIKAT!

Seperti deskripsi dalam novel, Arlita punya wajah cantik menggoda, siapa saja yang memandangnya tidak pernah bosan. Ia ibarat bunga yang bermekaran ditaman. Adikku, si penulis novel terkesan melebih-lebihkan fisik tokoh. Katanya, orang akan tertegun untuk mengagumi kecantikan seorang Arlita, namun akan berpaling begitu tau sikap buruknya.

Arlita ini sangat cantik. Cantik sekali sampai si tokoh utama wanita pun tidak sebanding dengan rupanya.

'Kenapa tokoh sampingan terbekati oleh kecantikan? mengapa bukan tokoh utama?'

'Itulah yang tidak kau ketahui kakak. Aku ingin membuat kesan seperti nyata dimana kecantikan dan harta tidak ada artinya apabila kebaikan murni dan sopan santun dipertemukan'

'Hahahaha... novel sampah gini mana pernah terjadi didunia nyata bodoh'


"Nona?"

Aku memandang pembantu pribadiku ini. Uh, aku merasa bersalah menertawakan adikku. Dia menciptakan novel, tapi setengah-setengah membuat alur.Ibu Desi------ pembantu yang setia. Diceritakan Arlita sering mempersulit beliau, walau demikian beliau masih saja sayang sama iblis betina ini. Mungkin karna Arlita telah dia asuh sejak kecil?

"Bunda"ucapku seraya menggenggam tangan bu Desi. Aku tau dia sangat tulus mencintai Arlita, sebetulnya dia ingin memanggil dokter kemari, tapi karna Arlita ini bajingan beliau takut kena lemparan Arlita. Bisa di bilang Arlita ini takut dokter. Takut di suntik!

Aku memasang senyum terbaikku,"Mulai sekarang Ari panggil bibi Bunda ya. Ari sebenarnya syang banget sama Bunda, maafkan Ari yang jahatin bunda selama ini. Ari janji akan tebus semua perbuatan Ari"

Bunda Desi terpaku. Dia melirikku yang memeluknya erat. Pelukan seorang anak untuk orang tuanya. Bunda Desi terharu. Tidak menyangka bila Ari akhirnya mengakui jerih payahnya selama ini.

Air mata menetes perlahan dikelopak matanya"Se-senang mendengarnya nona Arlita. Bibi gak menyangka nona Arlita juga sayang sama bi----"

"Bunda, bukan bibi lagi"kilah Arlita membenarkan.

Pertama-tama, Arlita harus membangun citra yang baik dari rumah.



T
B
C

first dlu ye kan jng lpa votemen yh guys. dukung slalu crita sya!

WHAT THE HELL ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang