Motor sport RR250 melaju membelah jalanan ibu kota yang padat. Motor warna dongker itu berkelok-kelok, berkendara tidak sabaran. Bisa saja, mobil ataupun motor memotong jalurnya yang mana akan menyebabkan celaka bagi si pengemudi. Namun, entah mengapa di jalanan padat seperti itu, aku beruntung bisa menikmati jalan sepuasnya meski menerima beberapa umpatan dan teriakan para lelaki yang tidak senang di salib.
Ckitt
Aku menurunkan kaki, menapak dengan sepatu hijau lumut yang tidak pernah berubah warna walau sering di ganti-ganti.
Dari kaca spion, aku menyaksikan beragam reaksi pengendara di lampu merah. Ada yang kagum, geleng-geleng kepala, bersiul-siul genit dan yang terakhir, menjadikan kandidat video pendek.
BRUMM
Bunyi moge berwarna hitam mengkilap membuat kepala ini menoleh. Di balik helm full face hijau toska ini, aku lihat jelas seorang pria berpakaian sekolah tepat berhenti di sampingku. Motornya lebih bagus dariku, sepertinya keluaran terbaru. Tapi aku tidaklah iri. Aku cukup bersyukur punya moge sendiri yang tak kalah keren ketimbang R150 yang tengah naik daun.
Uang banyak gak harus di habiskan bukan?
Lagian masih banyak hal yang bermanfaat lain untuk di hamburkan.
Pria itu tidak mengenakan helm. Dia mengenakan masker putih. Seragam putihnya dia biarkan terbuka menampakkan kaos hitam berlambang tengkorak. Ciri-ciri bad boy.
"Udah dong liatnya. Iya gue tau gue ganteng"ucapnya menyisir rambut yang dia pakaikan headband.
Di balik kaca hitam helm, aku mengernyit jijik. Seketika fangrily bertemu cowok ganteng luntur melihat sikap alay pria itu.
Eh, bentar-bentar. Ada yang ganjil nih.
"Lu, Jas ujan bukan? kok bonyok lo cepat banget sembuhnya? terus baju lo juga, lu pindah? syukur deh"kataku ngegas. Maksud hati ingin dia marah. Tapi kenapa justru dia terpaku?
Awalnya pria itu tampak terkejut. Cepat-cepat dia netralkan mimik wajahnya.
"Jangan sok tau. Gue bukan orang yang lo maksud. Sapa tadi? Jas ujan? Pffffttt, maksud lo Jassen? siapa dia bagi lo? seneng banget ngira dia pindah"Ting
Lampu berubah hijau. Berhubung kami di barisan depan, terpaksa aku melanjutkan berkendara di karnakan bunyi klakson kendaraan lain yang di belakang.
"Gila, lo baru belajar naik motor Ri?"tanya Sonia usai pelajaran sosiologi berakhir. Saat ini kami sedang praktek bola voli. Bukan kami juga sih, karna les voli bertepatan dengan anak cherleaders jadinya begitulah.
"Ho'oh. Lo makin lama makin keren, asal lo tau. Tadi satu sekolah heboh ngeliat lo bawa moge. Kok lo bisa lihai sih? apa karna seragam lo lebih longgar mangkanya lo gak kesusahan?"kali ini giliran Tia memutari tubuhku. Dia menarik ujung lengan seragam lalu melebarkan ujung rok yang ku kenakan.
"Iya, kedepannya gue bawa motor itu tiap sekolah"
"Tapi nih ya, lo kan baru pertama kali naik motor. Heran aja liat lo free style muter-muter di tengah parkiran. Lo yakin lo baru belajar motor?"
Satu pertanyaan Tia membuatku terpaku. Wah-wah. Antek-antekku sudah berkembang mengikuti pemimpin rupanya. Pintar.
"Gue setuju ama Tia. Jangan-jangan lo nyembunyiin bakat lo ya? kenapa baru sekarang? apa mobil juga bisa lo bawa?"tanya Sonia menggebu mengeratkan genggaman dikipas mininya.
"Hahaha... ketahuan ya? iya gue bisa bawa mobil. Dan gue baru keluarin skil sekarang yah... gue kan sama Jas ujan dah kelar. Gak ada alasan buat dia jadi supir pribadi gue"kataku enteng. Mungkin di mata mereka gayaku saat ini tengah menyombongkan diri.
"Yahh... biar gitu tetap aja. Sayang banget lo keluar dari cherleaders gak ada lo cherleaders jadi gak asik"ujar Nindy sendu. Dia meremas rok mini seragam cherleaders nya.
Aku tersenyum. Tanpa sadar, kami semua tambah dekat seiring berjalannya waktu. Aku baru sadar mereka itu asik kalau di modifikasi. Biarpun hobi mereka bullying tetapi dengan aku sebagai pemimpin, kebiasaan buruk itu dengan mudah mereka tinggalkan.
Dug
"Ma- maaf gak sengaja"
Dengan gerakan patah-patah aku menoleh ke belakang melihat si pelempar kepalaku ini. Kepalaku sakit sekali. Mataku berkunang-kunang akan tetapi, aku berusaha sedemikian rupa menahan.
Tia, Nindy dan Sonia menggeram marah. Tangan mereka mengepal memandang sinis pelaku di hadapanku yang tengah membungkuk memohon maaf.
"Ri, beri perintah"ucap Sonia tidak sabaran. Ada peraturan tidak tertulis sejak aku merasuki tubuh Arlita. Mereka mungkin tidak membully lagi. Tapi di saat kejadian tertentu, mereka boleh membully saat aku beri perintah.
"Dia milik kalian"aku langsung berjongkok memegangi kepala. Tia,Nindy dan Sonia melangkah maju melewatiku yang tengah memandang kedepan.
"Suruh anak voli dan Cherleaders buat lingkaran"
Mereka bertiga kompak mengangguk lalu menyeret Naura ketengah lapangan.
T
B
CAye aye... makin seru aj yh critny.Sangking seruny jdi author panjangin biar klean puas. Kurang baik ap lgi coba author ma klean?
Heheheh... Y donk. msa jas ujan tros yg d bhas kan bosen. pelan2 tpi pasti author gerakin smua tokoh sampingan bermasalah sma Ari. biar hdupny gk adem ayem dan nyimpang dri peran antagonist!
MENIKMATI CRITA?
VOTEMEN SKRNG!
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT THE HELL ANTAGONIST
Teen FictionSuatu hari, kesialan terjadi secara beruntun menimpa gadis malang. Hampa, pasrah dan tak sanggup menerima kenyataan. Esteria anggrainy, biasa dipanggil Tara harus menanggung malu menjalani hidup akibat ulah tangan tidak bertanggung jawab. Hingga ak...