"Ma, Ari boleh bicara sesuatu?"
Aku meminta ijin untuk membuka suara dan di tanggap baik doubel pasutri ini.
"Ngomong aja sayang"kata tante Gisel tersenyum senang.Aku menarik napas dalam. Ku tatap sebentar tante Gisel, aku yakin setelah mendengar ucapanku nanti senyuman itu akan hilang."Aku... aku ingin pertunangan ini di batalkan"
Hening
Beberapa detik keempatnya menahan napas tidak percaya. Jassen termenung, lalu mengambil tindakan"Ari mungkin lagi gak enak badan. Makanya ngomong gitu iyakan Ri?"
Aku melirik Jassen sekilas. Tangan pria itu saling menggenggam ketakutan. Maaf Jassen, sayangnya aku tidak akan mendukungmu. Hubungan ini harus berakhir.
"Tidak Jas"ucapku tegas. Netraku menyorot memandangi wajah-wajah orang dewasa di hadapanku dengan percaya diri, meyakinkan mereka jika niatku sungguh-sungguh."Aku ulang lagi, aku meminta pertunanangan ini di batalkan saja"
"KENAPA??"bukan. Bukan Papa ataupun om Maximus yang berteriak dan memukul meja, tetapi Jassen.
"Tidak usah berpura-pura Jas, kita berdua tau. Sejak awal kamu tidak punya perasaan apapun untukku, lagi pula kamu kan punya pacar. Jadi buat apa hubungan ini di pertahankan?"
Tiba-tiba papa berdiri di ikuti mama. Ekspresi papa tidak terbaca, namun siapapun tau. Jika papa sedang marah"Sepertinya urusan kita tidak ada lagi di sini, saya beserta keluarga mohon undur diri. Terimakasih atas waktunya"
"Ta-tapi tuan Rawles"Maximus berdiri, memohon mencoba mengambil perhatian papa"Mungkin ada kesalah pahaman disini, Jassen masih muda, pikirannya masih labil. Saya akan pastikan kejadian ini tidak terulang lagi tuan, tolong maafkan anak saya"
Mata papa menyipit marah. Maximus sampai mundur selangkah memegang dada. Aura orang berkuasa memang mengerikan!
Sekarang aku percaya deskripsi yang adikku jelaskan perihal Mahen.
"Papa udah"Arni menyentuh pundak suaminya. Sudah di rasa tenang, Mahen menarik napas"Kamu benar Maximus, anak-anak masih muda dan pikiran mereka juga labil"Tanpa diketahui siapapun, diam-diam Maximus tersenyum kemenangan.
Pria ular ini. Aku memandang papa meminta penjelasan dan menggeleng, tapi papa malah memgedipkan mata yang membuatku memalingkan wajah.Jantung gue. Astaga itu bapak lo Tar, sadar anjeng!
"Tapi, perbuatan anakmu yang menghianati Ari tidak bisa di tolelir. Menghianati Ari sama saja menghianati saya. Secara tidak langsung, anak kamu sudah meremehkan keluarga besar Rawles dan memperburuk citra keluarga kami. Selamat malam"
"Tu-tuan..."
Sejak kejadian itu, hubungan antara aku dan orang tuaku menjadi baik. Aku menubruk Mahen, memeluk pria itu erat lalu mencium pipinya. Arni tertawa bahagia melihat kebahagian kami. Dia juga ikut memelukku yang tengah memeluk Mahen. Akhirnya mimpiku punya keluarga harmonis tercapai sekarang.
Ah senangnya
"Hehehe..."
Seseorang memukul kuat punggung belakangku."DIH, SARAP LO KETAWA-TAWA SENDIRI"Nindy---- si pelaku berteriak-teriak sambil menunjuk mukaku.
Mengganggu saja
"Gue lagi ngalu jadi istri Hyunjin malah ganggu lo"
Iya. Secarakan Hyunjin bapak gue.
Tia geleng-geleng kepala."Lo emang aneh gak ngerti gue otak lo isinya apaan"
Sonia mangut-mangut"Dia aja gak kenal ama lo, tau lo idup juga kagak"
"Kata siapa?"tantangku. Kegiatan jalan kamipun berhenti sejenak. Baru saja aku hendak melanjutkan ucapanku, seseorang bagai hantu muncul di hadapan kami.
"KYAA.. Jas-jas"tunjuk Nindy gemetaran. Aku memiringkan kepala"Jas hujan? atau jas baju?"kataku mengejek. Tersenyum miring melihat penampilan kusut orang dengan tongkat rumah sakit di kedua tangannya.
"BWAHAHAHA... LO NGEĹAWAK RI?"tawa Sonia menggelegar seraya memukul pundakku.
Dug
Uhuk
"Sakit anjeng"kataku meninju punggung Sonia. Enak aja aku di jadiin samsak mentang-mentang badanku tinggi dari mereka.
"Dah lah guys, kita cabut ngapain ladeni orang CACAT GAK GUNA WOI"ucapku menekan kan kalimat akhir.
Wajah Jassen tampak pias. Genggamannya pada tongkat mengerat. Buku jarinya memutih. Dia menatap nyalang ke arah kami, terutama aku.
Ketiga orang dibelakangku tertawa keras. Yah, setidaknya mereka sudah mengerti setelah aku ajari beberapa hari. Meskipun mereka bertiga baru berani kalau ada aku sih, tapi tak apalah.
Saat kami melewati Jassen, samar-samar aku mendengar Jassen berbisik.
"Gue pastiin hidup lo menderita"
T
B
Cmkn k sni mkn mantap aj konflikny yh wak. jng lpa buat votemen. klean taulah cra hargai author gmn. see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT THE HELL ANTAGONIST
Teen FictionSuatu hari, kesialan terjadi secara beruntun menimpa gadis malang. Hampa, pasrah dan tak sanggup menerima kenyataan. Esteria anggrainy, biasa dipanggil Tara harus menanggung malu menjalani hidup akibat ulah tangan tidak bertanggung jawab. Hingga ak...