Plin plan

15.4K 1.4K 55
                                    

Tanganku bergerak memukul tangan besar Jassen yang meraba-raba permukaan paha mulusku."Dasar gila!"pekikku menjauh, menjaga jarak aman.

Mata Jassen menyorot tajam sembari mengusap tangan bekas pukulan mautku.


Mata Jassen menyorot tajam sembari mengusap tangan bekas pukulan mautku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku memeletkan lidah dan berlalu dari sana. Namun, sepertinya kesalahanku cukup fatal. Rambut lurus sepahaku jadi berkibar mengenai wajah Jassen saat aku berbalik.

"ARGGHH BABI KAU JASSEN"

Tarikan kuat Jasssen membuatku jatuh berlutut."Lihat siapa yang menyedihkan sekarang"katanya tersenyum sinis.

Aku berusaha menarik rambutku, tapi tarikan Jassen makin gencar dan itu membuatku sakit kepala. Aku memukul tangan pria itu berulang kali, tidak seperti sebelumnya, tangan Jassen tidak terlepas dan bertahan sekeras apapun aku memukulnya. Pantang menyerah, aku gigit tangan lelaki itu kuat.

Kepalaku terangkat melihat wajah Jassen. Wajah pria itu mengeras. Apa dia baru saja menahan rasa sakit gigitanku?
Karna merasa kasihan akupun melepaskan gigitanku dari tangan putih pria kekar ini.

"Puas lo udah bikin tangan gue berdarah? gue liat lo punya hobi nyakitin gue, apa itu hobi baru lo? masih kurang bonyokin gue?"

Tangan Jassen berdarah. jeplakan gigiku yang membentuk lingkaran meneteskan darah ditiap lubang.
"Kalo iya emang kenapa? sekarang gue punya visi misi baru. Ngebully lo dari pada ngebully Naura. Gue dapat pencerahan kalo ngebully anak miskin macam dia gak ada gunanya dari pada ngebully lo. Karna apa?"Aku mendekatkan wajah hingga hidung kami bersentuhan."Gue pengen liat lo ancur!"

"Lipstik lo merah banget"aku berkedip bingung. Ini aku lagi serius loh anjeng.

Cup

Jassen memiringkan kepala dan menggercap bibirku. Bibir tebalnya meraup bibirku, menggigit-gigit kecil bibir bawahku. Lagi-lagi kecolongan.

Aku pukul ubun-ubun Jassen. Pria itu mengaduh dalam ciuman kami, tidak ada niatan untuk mengakhiri kegiatan bejat yang dia lakukan. Tidak kehilangan akal, aku pencet luka hidungnya yang patah itu.

"Kasar banget jadi cewek"ringisnya memandang dingin. Aku mendorong kepalanya dengan telunjuk"Gue baru tau lo orangnya mesum, apa sama Naura lo juga gini?"

Jassen memalingkan muka. Apa tebakanku benar? heh, cewek jelek bentuk muka laki-laki macam Naura juga pernah rasain grepe Jassen juga?

"Gak"

Aku memperhatikan sorot wajah Jassen. Tangannya mengepal dengan raut wajah yang... merasa bersalah?

"Makanya"menunduk, aku menepuk-nepuk kepala Jassen"Jadi cowok jangan plin-plan. Cinta lo Naura bukan gue jadi gak sepantasnya lo lakuin ini ke gue"kataku di akhiri menggoyangkan dagunya gemas.

Raut Jassen kembali tajam. Matanya itu apa tidak jatuh menggelinding di besar-besarkan gitu?

"Mata kao lek"kataku mendorong kepalanya Jassen.

Suara derap kaki perlahan terdengar bersahutan. Aku memundurkan tubuh menjaga jarak. Dari balik tikungan, tampak papa dan mama juga kedua orang tua Jassen mendatangi tempat kami saat ini. Aku melihat jam yang terpasang di atas dinding. Pukul 9 tepat. Aku rasa ini saat nya untuk makan malam.

Tapi tunggu. Di mana Nadrika?
Aku baru sadar dia belum juga kunjung sampai sejak kami tiba.

"Wah kebetulan sekali ada kalian berdua, tante baru aja mau nyuruh pelayan buat nyari kalian"Tante Gisel, mamanya Jassen tersenyum senang. Dia mengamit tanganku, mengajakku duduk di kursi ruang makan.

Yang anaknya aku apa Jassen?
Jassen lagi sakit loh itu, duduk di kursi roda lagi masa di tinggal sendiri.

Aku lirik sekilas Jassen. Cowok itu menghela napas sebelum mendorong sendiri kursi roda yang dia pakai. Wah, maaf saja Jassen. Ibumu lebih menyayangiku ketimbang dirimu. Bibirku berkedut tanpa bisa di cegah. Diam-diam aku menyeringai ke arah Jassen.

Bodo amat jika cowok itu dendam berkali lipat nantinya.

Ingatan yang terscan di tubuh Arlita menggambarkan, orang tua Jassen sangat menyayangi Arlita. Bukan tanpa alasan, keluarga Arlita di ibaratkan pondasi yang memperkokoh bangunan keluarga Arlando. Halusnya, orang tua Arlando menginginkan kekayaan. Dan Arlita adalah calon menantu sesuai kriteria. Arlando juga kaya. Tapi Arlita lebih kaya lagi. Tentunya sebagai pebisnis kesempatan besar seperti ini tidak bisa di lewatkan begitu saja.

Di novel, Arlita dan Jassen tidak bersatu. Jassen memberontak, dia memperjuangkan cintanya Naura. Alhasil, Jassen angkat kaki dari rumah. Jassen dinyatakan gugur, namanyapun dicoret dari keluarga Arlando. Selepas kepergian Jassen, ayahnya sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Otomatis kekayaan Arlando jatuh ke tangan ibu Jassen.

Jassen pikir, dia yang awalnya karyawan biasa bisa bangkit kembali dengan datang meminta hak mengingat ibunya sangat mencintai anaknya. Tapi, Jassen terlambat mendengar kabar, 2 tahun berlalu, ibunya menjadi gila harta. Bahkan ibu yang dia kenal orang yang baik, lemah lembut itu menjadi dingin dan tega menyuruh satpam menyeret anaknya sendiri.

Akhirnya, corps Arlando mengalami ambang kehancuran. Ibunya yang melarat di buru rentenir berakhir bunuh diri. Jassen dan Naura hidup bahagia selamanya dalam kesederhanaan.

"Kasiannya mantu mama. Tante bantu dorong ya"

Aku menyaksikan Arni yang membantu mendorong kursi roda Jassen. Ini gak ada dalam cerita loh!
Orang-orang dalam ruangan ini semuanya angkuh dan cuek. Hanya Arlita yang di perlakukan spesial tapi kenapa???

Terserah lah







T
B
C


Bonus pict
jng lpa tinggalin votemen yh guys.
mungkin sya akan jarang up d karnakan kuota sya abis dan kk yg gw mntain hotspot mo married
dukung trus y guys crita q see you.

WHAT THE HELL ANTAGONISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang