➡ Chapture 8

74.2K 11.1K 1.2K
                                    

Aya membuka pagar kosannya, dia terdiam ketika melihat Tante-tante kemarin, yang kata Bu Parmi kekasihnya Gara.

Gadis itu segera menutup pagar kembali dan berjalan menuju kamarnya. Dia masuk ke kamarnya setelah membuka pintu.

"Siapa sih namanya? Mbak Dira? Ngapain sih Mbak Dira itu sering dateng ke sini? Gak malu apa, kan dia cewek masa sering datengin cowok," dumel Aya tak jelas, dia menaruh tas kuliahnya kemudian mengambil handuk untuk segera bersih-bersih.

Baru saja dirinya ingin masuk ke dalam kamar mandi, seseorang mengetuk pintu kamar kosannya. Aya membalikkan badannya dan menatap Bu Risti, rupanya dirinya kelupaan menutup kembali pintu kamarnya.

"Eh Bu Risti, kenapa, Bu?" tanya Aya ketika dirinya sudah berdiri di hadapan Ibunya Ano.

"Nanti malam kan malam minggu, Mbak. Biasanya kosan Mirasena ngumpul di taman samping rumah Mas Saga, Mbak Aya berkenan ikut bergabung kan?" tanya Bu Risti ramah.

Aya tersenyum dan mengangguk. "Iya, Bu. Aya pasti gabung," jawab gadis itu membuat Bu Risti ikutan tersenyum. "Ada urunan, Bu? Yang Aya baca dari grup, katanya biasanya bakal makan-makan atau bakar-bakar."

Bu Risti menggelengkan kepalanya masih dengan senyumannya. "Buat Mbak Aya gak usah saling urunan gak papa, Mbak."

"Loh, kok gitu, Bu? Nanti gak adil sama yang lain," ujar Aya heran. Dia bingung, kenapa dirinya serasa diistimewakan di kosan ini? Padahal dirinya kan penghuni baru.

"Karena Mbak Aya kan masih kuliah, masih butuh uang itu untuk keperluan kuliah. Biasanya Mas Saga memang gak ngasih izin buat yang kuliah untuk urunan, tapi kalau mau urunan juga gak papa. Yang jelas kita gak memaksa," jelas Bu Risti dan Aya hanya mengangguk paham.

"Jadi gitu toh," gumamnya. "Kak Gara eh maksudnya Mas Saga itu emang baik banget kayak gitu apa, Bu?" tanya Aya penasaran, padahal setahunya dulu Saga tidak begitu peduli dengan orang lain.

"Astagfirullah, tadi aku bilang apa? Mas Saga? Hahaha, alamak." batin Aya tertawa sendiri menyadari dirinya memanggil Gara dengan sebutan Mas.

Bu Risti tersenyum dan mengangguk. "Mas Saga memang baik, Mbak. Saya saja sering nunggak bayar kosan gak pernah ditagih, sampai saya dan suami jadi gak enak sendiri. Makanya mulai dari itu saya dan suami usahakan bayar tepat waktu."

Aya yang mendengar itu hanya manggut-manggut. Jadi jika dirinya tidak bayar kosan, Gara tidak akan menagihnya? Menarik, Aya menyukai ini.

"Kok baik banget gitu ya, Bu? Apa gak takut rugi? Aya aja di kosan lama sering nunggak eh pulang-pulang barang-barang Aya udah ada di luar, suruh pindah," curhatnya yang sedih mengingat masa-masa dirinya akan menggembel di pinggir jalan.

"Iya Mbak. Kalau kata Bu Parmi, Mas Saga itu bagaikan malaikat, dulu Bu Parmi itu tuh hampir dimasukin panti jompo sama anaknya dan Mas Saga langsung melarangnya dan katanya dia yang akan ngerawat Bu Parmi."

"Masa Allah, baik banget. Tapi kenapa sama Aya dia gak baik?" gumam Aya tanpa sadar.

"Memangnya Mas Saga pernah jahatin Mbak Aya?" tanya Bu Risti bingung dengan kerutan di dahinya.

"Eh." Aya tersadar dan menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu, baik kok, Iya Mas Saga baik."

"Tapi itu dulu, saat mereka masih menjadi kekasih." batin Aya melanjutkan.

"Oh ya Bu, Aya mau tanya. Mas Saga sama Mbak Dira itu udah ada rencana nikah?" tanya Aya yang tiba-tiba penasaran akan hal ini.

"Kalau itu sih Ibu belum tahu dan belum denger, Mbak. Tapi yang Ibu tahu mereka emang pacaran udah lumayan lama," jawab Bu Risti dan Aya hanya manggut-manggut saja.

"Mas Saga sama Mbak Dira cocok ya, Bu. Sama-sama sudah dewasa," ujar Aya yang tiba-tiba membuat hatinya nyesek sendiri.

"Menurut Ibu sih enggak, Mbak." Aya menatap Bu Risti kaget. "Mas Saga terlalu baik buat Mbak Dira."

"Lah, memangnya Mbak Dira jahat, Bu?" tanya Aya semakin penasaran.

"Bukan jahat kayak pemeran antagonis gitu, tapi Mbak Dira itu wanita malam. Maksudnya sering keluar malam untuk clubbing."

"Ibu tahu dari mana?" tanya Aya kaget yang mengetahui fakta tentang Mbak Dira pacar sang mantan.

"Wong kadang Mas Saga yang jemput Mbak Dira di club malam, pakaiannya itu kelewat seksi."

"Di bawa pulang ke sini Mbak Diranya, Bu?" tanya Aya tak percaya dan Bu Risti mengangguk. "Tidur di rumah Kak Gara?" tanyanya lagi.

"Iya, tapi di kamarnya Bu Parmi," jawab Bu Risti membuat Aya menghela napasnya lega. "Menurut Ibu, Mas Saga cocoknya sama Mbak Aya, seimbang."

"Eh." Aya menatap Bu Risti kaget. Bu Risti bilang apa? Dirinya dan Gara seimbang? Hahaha lucu sekali

"Ayanya yang gak mau, Bu. Takut tekanan batin mulu," ujar Aya sambil menggelengkan kepalanya menolak.

"Loh kenapa? Mas Saga kan baik, kalau ngomong lembut," ujar Bu Risti seperti kompor.

"Iya baik, tapi Aya punya trauma, Bu. Aya gak mau lagi deket sama Kak Gara, takut sakit hati," jelas Aya menolak mentah-mentah.

"Mbak Aya ini masa lalunya Mas Saga ya? Yang ngerubah Mas Saga jadi seperti ini?"

"Hah?" Aya menatap Bu Risti kaget. "Maksud Ibu?" tanya gadis itu bingung.

"Bu Risti."

Mereka berdua sama-sama menoleh ke sumber suara. Bu Risti tersenyum teduh ketika melihat Gara, sedangkan Aya hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan bingung.

"Iya, Mas?" tanya Bu Risti lembut.

"Buat acara nanti malam sudah dipersiapkan?" tanya Gara tanpa menatap Bu Risti, karena tatapannya terfokus kepada Aya yang memperhatikannya dengan Bu Risti.

"Sudah, Mas. Saya akan ngecek kembali persiapannya," ujar Bu Risti dan pamit pergi dari sana.

Aya yang ditinggal Bu Risti terdiam, sedetik kemudian dia mendongak menatap Gara.

"Biasanya kalau urunan berapa?" tanya Aya dengan suara juteknya. Dia tadi kelupaan bertanya hal ini karena sangat penasaran dengan sifat Gara yang menurutnya sangat-sangat berubah.

"Gak usah, saya gak akan ngizinin kamu buat urunan," ujar Gara tegas dan dingin, kemudian dia berjalan meninggalkan Aya.

Aya yang mendengar itu mendengus sebal, dia memukul handuknya ke udara mengarah ke Gara.

"Jutek banget, gue sumpahin lo gak bakal dapet jodoh sebelum gue nikah!"

Setelah mengatakan sumpahnya itu Aya masuk ke dalam kamar kosannya, dan saat dirinya ingin menutup pintu tiba-tiba seseorang menahannya membuat Aya mengerutkan dahinya kaget.

Aya semakin mengerutkan dahinya ketika melihat Gara sudah berdiri di depan pintu kamar kosannya.

"Kamu tadi nyumpahin saya apa?" tanya Gara menatap tajam Aya. Gadis itu meneguk salivanya susah payah.

"Kak Gara dengar?" tanyanya takut-takut.

"Saya punya kuping, ya kali saya gak dengar. Kamu tadi nyumpahin saya apa?" tanya Gara lagi kali ini dengan nada yang semakin tegas.

Aya menundukkan kepalanya dan menjawab, "Kak Gara gak bakal dapet jodoh sebelum Aya nikah."

"Kamu juga gak akan menikah sebelum saya mendapatkan jodoh."

Aya mendongakkan kepalanya kaget menatap Gara. "Kok ... Kak Gara nyumpahin Aya juga?!" tanya Aya tak percaya. Aya baru mengetahui ternyata Gara orangnya pendendam.

"Karena saya yang akan menikahi kamu, bukan orang lain."





To Be Continue.

Sudah tekan bintang? Yang belum Anye tunggu.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang