"Lo kenapa sih, Ya?" tanya Cilla menatap sahabatnya dengan khawatir.
Tadi saat dirinya menunggu Aya, dan saat sahabatnya itu datang keadaan Aya sangat tidak terlihat baik-baik saja. Mata sahabatnya itu membengkak, dan napasnya sesenggukan.
Cilla yang gerak cepat langsung membawa Aya untuk duduk terlebih dahulu di taman depan fakultas mereka.
"Cil." Aya menoleh menatap Cilla.
"Ya? Kenapa? Lo kenapa? Cerita sama gue, Ya." Cilla menatap Aya dengan khawatir.
"Tadi Kak Gara ngajak gue naik ke motornya, kayaknya mau ngajak bareng. Tapi gue langsung nolak, gue gak mau lagi dianggap lemah sama Kak Gara, Cil. Apa tindakan gue ini udah bener? Atau malah membuat gue semakin terlihat menyedihkan di depan Kak Gara?" tanya Aya setelah berhasil menormalkan deru napasnya dan detak jantungnya.
Cilla terdiam, gadis itu kemudian kembali menatap Aya. "Lo gak salah kok, apa yang lo lakuin udah bener. Gak usah takut salah," jawab Cilla dan tersenyum mencoba untuk menenangkan sahabatnya.
Aya tersenyum dan mengangguk. "Thanks ya, Cil. Lo baik banget, selalu ada buat gue. Padahal gue jarang ada buat lo," ujar Aya merasa malu dan menundukkan kepalanya.
"Ihh lo ngomong apa sih, Ya. Kalau emang lo gak ada buat gue ... gue gak mungkin ada di sini, Ya. Gue gak mungkin masih napas."
"Ihh lo tuh yang ngomong apa. Udah lah lupain." Aya segera menyudahi ucapan Cilla. Dirinya tidak mau mengungkit masa lalu yang sangat menyakitkan itu, dan dia juga tidak mau membuat Cilla bersedih lagi.
Cilla mengangguk dan diam. Mereka saling diam dan menikmati hembusan angin yang mengenai kulit masing-masing.
"Ke kelas aja yuk, Ya. Kita kan bakalan ada bimbingan pertama hari ini," ajak Cilla dan Aya langsung menganggukan kepalanya.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Cilla dan Aya memang satu jurusan, tapi mereka terkadang berbeda jam mata kuliah. Karena Cilla sering mengambil jam tambahan sedangkan Aya hanya sesekali.
Di kelas ternyata sudah banyak yang datang, Aya terkejut ketika melihat Andra ada di dalam kelas itu juga.
"Mas Andra di sini juga?" Aya segera mendekati Andra membuat laki-laki itu tersenyum dan mengangguk kemudian melirik Cilla.
"Gue juga baru tahu, kenapa gak bilang kalau lo juga di sini?" tanya Cilla dan Andra hanya menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba merasa gatal.
"Malu tuh, Cil. Udah lah, gue mau pilih bangku paling belakang aja." Aya segera berjalan menuju kursi paling belakang dan duduk di sana, sedangkan Cilla duduk di depan Aya.
"Lo gak papa?" tanya Cilla membuat Aya mengerutkan dahinya bingung.
"Gak papa gimana maksud lo? Lo gak liat gue segar bugar kayak gini?" tanya Aya dan terkekeh sambil tangannya sibuk mengeluarkan peralatan tulisnya.
"Iya gue tahu. Tapi lo gak papa kalau nanti ketemu Kak Gara? Lo gak lupakan dosen pembimbing kita itu Kak Gara?" Cilla menatap Aya.
Aya mengadikkan kedua bahunya tak acuh. "Dibiasain aja, pasti bisa kok," sahut Aya, dirinya juga tak yakin akan baik-baik saja setelah kejadian tadi.
Tidak lama kedua dosen pembimbing mereka masuk ke dalam kelas. Mata Gara langsung menatap ke arah satu fokus, di mana Aya duduk. Gadis itu terlihat sedang menyibukkan diri dengan membaca buku tebal dan tangannya menari-nari di atas buku tulis.
"Baik, mari kita mulai ya. Sebelumnya izinkan kami berdua untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu," ujar Kurniawan bersikap sesantai mungkin. Karena dirinya tak mungkin membebankan anak-anak semester 8 dengan sikapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
Ficción GeneralCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...