➡ Chapture 10

75.3K 8.9K 244
                                    

"Apa Kak Gara juga masih belum bisa move on dari gue?" tanyanya bingung dan tangannya meremas-remas wadah garam yang ada di tangannya.

"Bukan Gara gak bisa move on, tapi karena itu peninggalan terakhir sebelum keluarganya kecelakaan pesawat dua tahun yang lalu."

Aya yang mendengar suara seseorang langsung membalikkan badannya. Dia menatap Dira yang berdiri di dekat tembok pembatas dengan menyandarkan badannya.

"Keluarga Kak Gara udah meninggal semua?" tanya Aya kaget, dia baru dengar fakta ini.

Dira yang semula menyandarkan badannya berjalan mendekati Aya. "Iya, lebih tepatnya pas dihari kalian putus."

Aya terdiam sejenak kemudian kembali menatap Dira. "Mbak Dira tahu, kalau aku mantannya Kak Gara?" tanyanya tak percaya.

Dira mengangguk. "Meskipun Gara gak pernah cerita, tapi saya tahu," jawab wanita itu.

"Jadi itu alasannya Kak Gara baik sama semua orang? Karena dia udah gak punya siapa-siapa?" tanya Aya dengan hati yang mulai bergemuruh.

Dira mengadikkan kedua bahunya tak acuh. "Tapi yang jelas, hidup Gara jauh lebih baik dibandingkan dulu saat dia bersama kamu," ujar wanita itu yang terdengar sinis dan tak suka.

"Dira."

Perhatian Aya dan Dira beralih ke arah sumber suara. Gara berjalan mendekati keduanya.

"Kamu ngapain ke sini, Ga?" tanya Dira lembut dan perhatian dengan merapihkan rambut Gara membuat Aya membuang muka.

"Kamu lama, baskomnya ketemu gak?" tanya Gara dengan mata yang sesekali melirik gadis di hadapannya.

"Iya maaf, tadi ada tikus kepedean," sahut Dira membuat Aya menatap wanita itu kaget.

"Jadi maksud si tante gue ini tikus? Sialan! Minta dikompres itu mulut." Aya membatin.

"Permisi." Aya memilih untuk segera pergi dari sana, dari pada kupingnya semakin panas.

Aya segera memberikan garam yang dia ambil tadi kepada Bu Risti. Rasanya Aya sudah malas ikut acara ini.

"Bu, Aya pamit ke kamar ya. Kayaknya Aya gak enak badan, mau istirahat. Soalnya besok ada bimbingan skirpsi lagi," ujar Aya beralasan kepada Bu Risti.

"Mbak Aya sakit toh?" tanya Ibunya Ano itu.

"Cuma agak pegel aja badannya, Bu," jawab Aya sambil memegangi pundaknya.

"Yo wis nek ngono, gak opo. Ojo lali ngombe obat yo, Mbak. Saiki emang musim penyakit."

Aya mengangguk dan segera pergi dari sana. Dia kembali memegangi pundaknya, dia tidak berbohong tentang badannya yang merasa pegal-pegal.

Sampai di kamar Aya langsung ke kamar mandi untuk bercuci kaki dan muka, dia segera membaringkan badannya di atas kasur dan menaruh ponselnya di samping bawah kasurnya.

Aya memeluk boneka chimmy yang dia beli hasil dari berburu pre-sale di Shopee tahun lalu.

Mencoba memejamkan matanya dan mengistirahatkan badannya. Jangan sampai badannya ikut drop seperti hatinya saat ini, dia tidak mau menyusahkan siapapun, apalagi dirinya sedang berada di kawasan sang mantan.

↩↩↩

"Yaya."

Aya menoleh, dia tersenyum ketika melihat Cilla yang berjalan mendekatinya.

"Lo udah denger belum?" tanya Cilla membuat Aya mengerutkan dahinya.

"Denger apa?" tanyanya bingung. Apakah ada informasi terbaru atau bagaimana.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang