Gara menggandeng tangan Hana menuju kamar kos milik Aya. Laki-laki itu bingung sendiri harus berkata apa pada Aya yang sudah melihat semuanya.
Laki-laki itu mengerutkan dahinya saat melihat Cilla yang berdiri di depan pintu kosan Aya sambil menggedor-gedorkan pintu.
"Yaya ihh buka napa. Lo ngapain sih di dalem? Gue dari tadi di sini tahu." Cilla sudah tak tahan, kakinya menendang-nendang pintu kamar kosan Aya.
"Aya belum keluar dari tadi siang?" tanya Gara heran dan Cilla menoleh kemudian menganggukkan kepalanya.
"Iya, aneh banget kan Kak. Dia itu ngapain coba di dalam, mana lampu kamarnya gak dinyalakan." Cilla mengintip ke dalam lewat jendela. Kamar Aya gelap dan hanya ada suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Mandi kali, itu ada suara air ngalir," ujar Gara yang ikutan bingung.
"Dari tadi emang ada suara air, Kak. Masa iya Aya mandi selama dua jam." Cilla menggelengkan kepalanya, tangannya mengambil ponselnya dan menelpon Aya.
Suara ponsel Aya mulai terdengar di indra pendengaran mereka bertiga.
"Noh kan, Aya di dalam. Tapi entah apa yang sedang dia lakukan itu."Gara mulai panik, dia mencoba menggeser Cilla dan mengetuk pintu kamar Aya.
"Yaya."
Tidak ada sahutan dari dalam sana. Kepanikan Gara semakin bertambah ketika mendengar suara pecahan kaca dari dalam sana. Apalagi setelah kejadian tadi siang, yang tanpa sengaja Aya melihat adegan tidak senonoh antara dirinya dan juga Dira.
"Yaya."
Tidak ada sahutan. Laki-laki itu memberikan kode kepada Cilla agar membawa Hana untuk menjauh. Cilla mengangguk, menurutinya. Dia menggendong Hana.
Gara memasang kuda-kuda dan mendobrak pintu kamar kosan Aya. Kedua kali melakukannya belum bisa membuka pintu kamar Aya, dan untungnya saja untuk ketiga kalinya pintu kamar Aya langsung terbuka.
Gara segera masuk ke kamar Aya, mencari saklar lampu dan menyalakannya.
Dia terdiam saat melihat Aya yang sedang terduduk di tempat dirinya sering membuat makanan dengan tangan yang berdarah.
"Yaya."
Cilla yang mendengar suara Gara segera berlari ke dalam kamar Aya. Gadis itu memekik kaget melihat Aya, tak terkecuali Hana yang langsung menangis.
Gara berjongkok di samping Aya dan mengambil tangan gadis itu untuk dia lihat. Aya menoleh dan langsung menghempaskan tangannya dari tangan Gara.
Aya berdiri dan meringis merasakan perih di tangannya. Tapi perih itu tidak lebih sakit dibandingkan sakit hatinya pada Gara.
Aya menuju ke kamar mandi untuk membasuh tangannya yang berlumuran darah. Gara berdiri dan mengikuti Aya masuk ke kamar mandi.
"Biar saya lihat," ujar Gara tegas dan menarik tangan Aya yang terdapat beberapa besetan akibat pecahan gelas itu. "Ada beberapa beling yang masuk ke tangan kamu, Ya."
Gara menatap Aya dan gadis itu membuang mukanya. "Gak usah peduli sama Aya." gadis itu menghempaskan kembali tangannya dan mengambil segayung air untuk membasuh tangannya.
"Yaya."
Gara menahan tangan Aya membuat gayung di tangannya terlepas dan beberapa percikan air mengenai tubuh mereka.
"Kak Gara ngapain sih? Bisa gak keluar aja. Gak usah peduliin Aya lagi. Kita udah gak ada hubungan apa-apa, kita cuma mantan. Kita masa lalu dan gak bisa menjadi masa depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
General FictionCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...