Coba dengarkan lagu di atas saat membaca chapture 34 ini.
↪↪↪
"Kak Gara." Aya mendekati Gara yang sedang sibuk di atas kasur dengan laptop yang berada dipangkuan laki-laki itu.
"Hmm?" Gara menyahutinya tanpa menatap ataupun melirik Aya. Dia memilih menatap kertas-kertas hasil kerja kelompok mahasiswanya.
"Soal wisuda dan Hana ...." Aya menggantungkan ucapannya. Kali ini Gara menatapnya dengan kening yang mengkerut samar.
"Apa Kak Gara yakin merelakan Aya pergi setelahnya? Dan meninggalkan Hana serta Kak Gara?" tanya Aya menatap Gara dengan tatapan tak yakin.
Gara menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah itu keputusan kamu?" tanya laki-laki itu sedikit bingung.
"Iya, itu keputusan Aya." Aya menundukkan kepalanya kemudian mendongakkan kepalanya kembali. "Tapi Aya juga gak mau ninggalin Hana. Aya sayang sama dia."
"Lalu?" Gara menaikkan sebelah alisnya kembali. Dia bingung dengan ucapan Aya yang menurutnya seakan diputar-putar.
"Apa Kak Gara cinta sama Aya?" Aya menatap Gara dengan tatapan takut. Sebenarnya dia malu untuk menanyakan hal ini. Tapi, dia juga ingin tahu isi hati Gara padanya.
"Tidak." Gara mengalihkan pandangannya kembali menatap laptopnya.
Hati Aya serasa diremas mendengarnya. Benar dugaannya, Gara tidak mencintainya.
"Kenapa?" tanya Aya lagi membuat Gara kembali menatap gadis itu dengan lekat.
"Saya gak cinta kamu, gak ada alasannya. Karena bagi saya, kamu tidak menarik untuk dicintai."
Kedua lengan Aya mengepal, bibir atasnya mengigit bibir bawahnya. Kepala gadis itu mengangguk.
"Tapi Aya cinta Kak Gara. Dulu Aya pikir mendapatkan Kak Gara adalah suatu keberuntungan. Tapi nyatanya, Kak Gara gak mencintai Aya."
Aya berdiri dan menatap Gara yang hanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong dan rahang yang mengeras.
"Mungkin jika Kak Gara benar-benar mencintai Aya. Aya bakalan menerima tawaran Kak Gara untuk menikah, tapi ternyata. Itu hanya halusinasi, Kak Gara gak mencintai Aya. Dan Aya gak bisa hidup di samping orang yang gak pernah cinta sama Aya."
Aya menarik napasnya kemudian menghembuskannya. "Terima kasih sudah datang di hidup Aya." setelah mengatakan itu Aya berlari keluar dari kamar Gara.
Gara yang masih menatap ke arah depan mengepal kuat kedua lengannya hingga urat-urat tangannya terlihat. Rahangnya juga tampak mengeras kemudian dia menghembuskan napasnya kasar.
↩↩↩
Cilla memberikan tisu kepada Aya, tangannya mengusap lembut punggung sahabatnya itu. Membiarkan Aya menangis sesukanya.
"Sakit banget rasanya, Cil," ujar Aya disela-sela tangisannya. Dia sudah tidak peduli sudah berapa lembar tisu yang dia buang karena mengelap ingusnya.
"Iya gue tahu. Lo nangis aja, gue gak akan larang kok." Cilla merengkuh tubuh Aya ke dalam pelukannya.
"Aya kira, Aya udah beneran move on. Tapi ketika Aya ketemu Kak Gara lagi. Aya sadar, jika move on Aya hanyalah sebuah ilusi." Aya menangis lagi membuat Cilla semakin memeluk Aya.
"Gue sadar, Ya. Ternyata lo gak sekuat yang gue kira. Bukan berarti gue ngatain lo lemah. Tapi, gue selalu ngira kalau lo adalah orang terkuat yang pernah gue kenal setelah Mama gue." Cilla mengelus samping lengan Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
General FictionCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...