➡ Chapture 30

58.6K 6.4K 120
                                    

Aya menatap Gara, laki-laki itu sedang sibuk mengoreksi tugas mahasiswanya. Kacamata hitam bertengger dibatang hidung Gara dengan manis, menambah ketampanan Gara semakin memikat.

"Aya tidur di sini gak papa, Kak? Bukannya gitu, maksudnya gini. Aya kan udah hampir seminggu ini tidur sama Kak Gara. Apa gak papa? Entar kalau digrebek terus masuk berita dikira kumpul kebo gimana?" tanya Aya menatap Gara dan menaruh dagunya di atas tangan yang dia letakkan di atas meja.

Memang sudah semingguan ini Aya tidur bersama Gara dan Hana. Terkadang setiap pagi ketika mereka bangun Hana ada dan terkadang tidak ada, membuat Aya dan Gara bangun dalam posisi yang wajib untuk dipertanyakan.

Dan sudah seminggu ini kamarnya ditempati oleh Cilla. Sepertinya sahabat Aya itu tidak berniat untuk kembali kosannya, padahal renovasi di kosan Cilla sudah hampir tahap finishing.

"Memangnya siapa yang mau grebeg kita?" tanya Gara balik melirik Aya dari balik laptopnya.

Sekarang mereka berdua sedang ada di meja makan di dapur rumah Gara. Sedangkan Hana, Cilla, dan Bu Parmi sedang ke pasar loak membeli sesuatu.

"Ya siapa saja. Warga satu RT misalnya, atau lebih parah lagi satu RW," jawab Aya yang merinding sendiri jika benar-benar itu terjadi.

"Gak bakal ada yang berani grebeg kita," sahut Gara terdengar enteng dan tidak membesarkan masalah itu.

"Kok gitu? Kenapa memangnya?" tanya Aya heran. Dia menatap Gara menuntut jawaban dari laki-laki itu secepatnya.

"Karena mereka tahunya kamu Bundanya Hana. Istri saya," jawab Gara masih dengan nada yang terdengar sama dan tanpa menatap ataupun melirik Aya.

"Hah."

Aya memproses kata-kata yang Gara ucapkan tadi. Entah mengapa dia terkadang lamban memproses ucapan Gara yang sangat-sangat ambigu atau terdengar tak masuk akal.

"Kok bisa mereka mikir gitu? Bukannya Pak RT tahunya Hana adalah anak jalanan yang suka gigitin tangan orang-orang ya?" tanya Aya heran dengan semuanya.

Gara menghentikan sejenak aktivitasnya, dia menatap Aya dan berdeham.

"Dulu memang seperti itu. Tapi, karena Hana yang selalu bilang dia anak saya. Dan terkadang dulu saya juga sering mencoba mendekati Hana, mereka percaya jika saya memang Ayah kandung Hana. Dan dengan datangnya kamu ke sini, lalu ngekos di kosan Mirasena. Apalagi kamu sering keceplosan bilang kita punya hubungan, mereka berpikir jika Hana adalah anak kita. Anak hasil hubungan kita dimasa lalu, tanpa ikatan pernikahan. Dan mereka malah menganggap sekarang kita sudah menikah sirih di tempat tinggal kamu. Di Bogor."

"Lah? Sejak kapan Aya nikah sama Kak Gara? Lagi pula, Aya juga gak mau nikah sama Kak Gara," ujar gadis itu dan menggelengkan kepalanya dengan kuat menolak itu semua.

Gara memicingkan matanya menatap Aya. "Kamu gak mau menikah dengan saya?" tanya Gara terdengar mengerikan di indra pendengaran Aya.

Gadis itu menyengir. "Bukan gitu." karena sudah kepalang bingung, dan untungnya Aya mendengar suara teriakan Hana yang memanggilnya. "Kayaknya Hana sama yang lainnya udah pulang. Aya keluar dulu, silakan lanjutkan pekerjaan Kak Gara. Bye bye."

Aya segera berjalan cepat menjauhi Gara. Sedangkan Gara hanya tertawa pelan melihat tingkah Aya yang terlihat semakin menggemaskan di matanya.

↩↩↩

"Ya."

"Hem?" Aya mendongak menatap Gara. Laki-laki itu sedang merapihkan buku-buku di atas meja kerja di kamarnya, sedangkan Aya merapihkan tempat tidur.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang