➡ Chapture 4

81.3K 10.4K 528
                                    

Cilla memperhatikan Aya, meskipun sahabatnya itu sedang sibuk dengan menata beberapa pakaian ke dalam lemari, Cilla tahu jika hati Aya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

"Yaya," panggilnya sambil tangannya merapihkan buku-buku milik Aya.

"Hmm?" Aya hanya berdeham dan masih sibuk dengan aktivitasnya.

"Lo gak papa tinggal di kosan punya mantan?" tanya Cilla yang tidak enak menanyakan hal ini.

Aya melirik Cilla kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya merapihkan pakaiannya dan memindahkannya ke dalam lemari.

"Gak papa. Lagian cuma kosan Mirasena yang sesuai bajet kantong gue, soalnya gue juga pengen ngerasain jajan kayak kalian semua," jawab Aya dan tersenyum mencoba menyakinkan Cilla.

Cilla menghela napasnya dan menganggukkan kepalanya. "Ya udah kalau itu mau lo. Tapi inget ya, pokoknya gue harus jadi orang pertama yang selalu tahu keadaan lo," ujar Cilla mengingatkan Aya.

Aya terkekeh dan mengangguk. "Iya iya Bunda Arcilla. Bawel banget sih."

Cilla memanyunkan bibirnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya membantu Aya untuk bebenah.

Ketika mereka sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing, tiba-tiba pintu kosan diketuk membuat Aya segera membukakan pintu dan tersenyum ketika melihat Bu Parmi.

Aya mengetahui nama Bu Parmi sejak tadi pagi saat dirinya ingin berangkat kampus dan mendengar obrolan antara Gara dengan Bu Parmi, laki-laki itu sedang berpamit kepada Bu Parmi. Padahal Aya tahu jika Bu Parmi bukanlah Ibunda Gara, karena dulu dirinya pernah diajak ke tempat peristirahatan terakhir Ibu Gara.

"Eh Ibu, ada apa, Bu?" tanya Aya sesopan mungkin.

Bu Parmi tersenyum dan menatap ke arah kamar Aya. "Sedang beres-beres ya, Non?" tanya Bu Parmi membuat Aya mengerutkan dahinya mendengar panggilan Bu Parmi yang berubah.

"Kok dipanggil Non? Aya kan bukan majikan Ibu, panggil seperti kemarin saja ya, Bu," ujar Aya yang tidak begitu senang jika harus dipanggil Non.

Bu Parmi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aden bilang Ibu harus panggil Non Aya dengan sebutan Non."

"Lah? Kenapa bisa gitu?" tanya Aya kaget dan Bu Parmi hanya menggelengkan kepalanya memberitahu jika dirinya pun tidak tahu-menahu.

"Oh ya, sampai lupa Ibu. Ini ada cemilan, buat si Non sama temannya. Kali saja habis kuliah kalian lapar," ucap Bu Parmi sambil memberikan satu plastik jajanan.

"Ibu kok repot-repot sih, kan Aya jadi gak enak," ujar Aya yang tidak enak hati menerimanya. Dia hanya takut jika dirinya menjadi diistimewakan, padahal dia baru menempati kosan di sini.

"Sudah tidak apa-apa. Dari pada mubazir gak kemakan dan hanya disimpan di dalam lemari, lebih baik Non Aya makan saja," ucap Bu Parmi sambil tersenyum.

"Makasih ya, Bu. Memangnya jajanan ini punya siapa? Kok sampai gak kemakan?" tanya Aya dan menatap plastik yang sudah berpindah ke tangannya.

"Punya si Aden, tapi si Aden emang jarang ngemil, Non. Dia beli-beli saja, katanya kalau sewaktu-waktu ada tamu kami punya makanan. Tapi, Ibu kan takut kadarluarsa makanya Non Aya makan saja, tadi Ibu udah bilang si Aden kok," jelas Bu Parmi dan Aya tersenyum.

"Makasih ya, Bu. Kak Gara emang gak suka ngemil, biasanya dia lebih suka makan nasi. Katanya biar sekalian kenyang, dan katanya juga takut perutnya jadi berubah buncit kalau kebanyakan ngemil," ujar Aya tanpa sadar membuka kembali masa lalunya.

Bu Parmi tersenyum dan mengangguk. "Non ini dulunya pacarnya si Aden ya?" tanya Bu Parmi membuat Aya tersadar dan berdeham tak jelas.

"Hem ... itu. Makasih ya, Bu. Nanti jajanannya pasti Aya makan bareng Cilla, sekarang Aya sama Cilla mau rapih-rapih kamar dulu," ujar Aya langsung mengalihkan pembicaraan dan tersenyum.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang