➡ Chapture 2

94.2K 10.9K 292
                                    

"Loh, Kak Gara? Kok ada di sini?" tanya Aya bingung ketika melihat mantan pacarnya dulu berdiri di depan pagar kosan barunya.

"Saya pemilik kosan ini," jawabnya santai.

"Apa?" Aya menatap kaget laki-laki di hadapannya. Dia tidak menyangka akan dipertemukan kembali dengan laki-laki itu.

"Nih kunci kamar kamu, nomor 27," ujar laki-laki itu datar dan Aya mengambilnya. Laki-laki jangkung itu berjalan ke arah rumah yang tadi sore Aya masuki.

"Ayo mbak biar Ibu antar," tawar Ibu paruh baya yang tadi sore menyambutnya. Aya tersenyum dan mengangguk.

"Eh biar Aya aja Bu yang bawa, soalnya tasnya berat," ucap Aya melarang si Ibu paruh baya yang tadi ingin membantu membawakan tasnya.

"Wes ora opo-opo, mbak. Ibu kuat kok," ucap si Ibu paruh baya dan membawakan tas Aya yang berukuran sedang.

"Makasih ya, Bu." Aya tersenyun dan di jawab oleh anggukan serta senyuman teduh dari si Ibu paruh baya itu.

"Mau sekalian Ibu bantuin bebenah, mbak?" tawar si Ibu paruh baya itu dan Aua segera menggelengkan kepalanya. Dia hanya tidak ingin merepotkan orang lain.

"Gak usah, Bu. Aya sendiri aja yang bebenah, palingan besok sepulang kuliah," tolak Aya halus dan si Ibu paruh baya tersenyum serta mengangguk.

"Yo wis nek ngono. Ibu balik ke rumahnya si aden dulu ya, mbak. Kalau butuh sesuatu bilang saja," ujar si Ibu paruh baya dengan lembut membuat Aya tersenyum dan mengangguk.

Si Ibu paruh baya tersenyum kemudian berjalan keluar dari kamar kos Aya.

Aya menutup pintu kamar kosnya dan tidak lupa menguncinya, dia menatap kamar kosnya. Ukurannya lebih kecil dari kosannya dulu, tapi tidak apa karena memang hanya kosan ini yang sangat cocok dengan bajet hidupnya.

Hanya ada satu lemari kayu, satu tempat tidur single size, dan satu meja di depan kasur. Cukup kecil tapi sesuai harga. Untuk kamar mandi, untungnya saja kamar mandi terletak di dalam kamar membuatnya tidak harus ngantri-ngantri jika ingin mandi.

Aya memilih untuk mencuci kaki dan wajahnya kemudian duduk di atas kasur, lumayan empuk.

"Langsung tidur aja lah, besok kan ada kelas pagi terus pembagian dosen pembimbing," ujar gadis itu dan memilih untuk mengistirahatkan badannya terlebih dahulu, melupakan barang-barangnya yang masih berserakan di atas lantai.

↩↩↩

"Gimana, Ya? Jadi lo pindah ke kosan Mirasena?" tanya Cilla dan menatap Aya yang sedang melihat-lihat bahan praktikum di laptop gadis itu.

"Udah semalam," jawab Aya tanpa melirik Cilla.

Saat ini mereka sedang berada di perpustakaan. Cilla memang memiliki kebiasaan berlama-lama di salam perpustakaan, sedangkan Aya hanya untuk mengerjakan tugasnya.

"Langsung pindah?" tanya Cilla mengalihkan tatapannya dari novel yang dia baca menjadi menatap Aya.

"Hu'um, semalam waktu gue balik ke kosan lama barang-barang gue udah ada di luar kamar. Untungnya aja gue langsung dapet SMS dari pemilik kosan Mirasena yang bilang masih ada kamar kosong, ya udah gue langsung pindah daripada gue jadi gelandangan tidur di halte atau di depan ruko," jelas Aya kemudian menghela napasnya dan menoleh ke arah jendela yang ada di sampingnya.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang