"Hana gak mau dipindahin ke sini aja, Kak? Entar kalau Kak Gara khilaf gimana?" tanya Aya yang sedikit ngeri jika bayangannya sampai benar-benar terjadi. Apalagi saat mendengar ucapan Gara tadi sewaktu Aya selesai makan, membuat bulu kuduknya terangkat semua.
"Sebentar." Gara kembali keluar dari kamar untuk mengambil Hana. Tidak lama laki-laki datang dengan Hana yang berada di gendongannya.
Aya dengan cepat merapihkan bantal untuk Hana dan tersenyum saat Gara sudah menidurkan Hana di tengah-tengah mereka.
"Hana kalau ke belakang, mau pipis atau e'ek bangunin Bunda ya," ujar Aya berbisik dan Hana mengangguk dengan mata yang masih tertutup.
Aya tersenyum dan menyelimuti dirinya dengan Hana. Gara yang tadi memainkan ponselnya mulai menaruhnya di atas nakas. Laki-laki itu mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, kemudian merebahkan badannya menghadap ke arah Hana dan Aya.
"Ya," panggil Gara membuat Aya mendongak menatap laki-laki itu.
"Kenapa Kak?" tanya Aya heran karena Gara tersenyum menatapnya. Padahal Gara adalah laki-laki yang jarang sekali tersenyum.
"Kalau kayak gini, kita udah bener-bener kayak satu keluarga kan?"
Aya terdiam, kedua pipinya seketika memanas. Dia kembali menatap Hana dan matanya terpejam.
"Gak usah ngada-ngada, deh. Sebaiknya Kak Gara tidur, jangan banyak gombal."
Gara tertawa pelan melihatnya dan memeluk Hana dari belakang karena gadis kecil itu menghadap ke arah Aya.
Paginya saat Aya dan Gara terbangun, entah kejadian apalagi yang terjadi semalam sampai-sampai mereka terbangun dalam keadaan saling berpelukan.
Aya yang memeluk dada Gara, sedangkan lengan Gara dijadikan bantalan untuk kepala Aya dan sebelah tangannya lagi terletak di pinggang Aya.
Mereka berdua saling menatap, mata Aya membulat dan langsung menendang Gara membuat laki-laki itu menggelinding jatuh ke bawah.
Gara meringis dan memegangi pinggangnya. Dia mencoba berdiri menatap tajam Aya.
"Kak Gara ngapain Aya?" tanya Aya takut dan mengambil selimut untuk menyelimuti badannya.
Gara menaikkan sebelah alisnya bingung. Dia sendiri tidak mengerti apa yang sudah terjadi.
"Saya gak ngapa-ngapain kamu," ujar Gara yang sama-sama bingung.
"Terus kenapa kita lagi-lagi kebangun pas posisi pelukan gitu?" tanya Aya menatap takut Gara.
"Beneran saya gak ngapa-ngapain kamu, Ya." Gara celingukan. "Hana ke mana?" tanya laki-laki itu membuat Aya kaget dan baru sadar jika Hana tidak ada di dalam kamar.
Aya dan Gara tanpa banyak bicara langsung ke luar kamar untuk mencari Hana. Mereka ke dapur, dan menghela napas lega saat melihat Hana dan Bu Parmi sedang menyiapkan sarapan.
"Hana."
Hana yang merasa terpanggil menoleh, Bu Parmi juga ikutan menoleh.
"Bunda. Ayah," sorak Hana senang ketika melihat Aya dan Gara berjalan mendekati meja makan.
"Kok bangun gak bilang-bilang sama Bunda sih?" tanya Aya menatap gadis kecilnya.
"Hana gak tega. Takut kena marah, lagian kayaknya Bunda capek banget." Hana menundukkan kepalanya takut.
"Terus kenapa Hana gak bangunin Ayah aja? Seharusnya Hana bangunin Ayah, kalau gak bangun tendang aja," ujar Aya mengajarkan sesuatu yang seharusnya tidak dia ajarkan sebagai Ibu angkat Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mantan [Terbit]
General FictionCERITA 1 "Jangan lupa follow sebelum baca. Kamu happy, aku juga happy." :) [CERITA INI AKAN MEMBUATMU MERASAKAN GREGET DAN BAPER PARAH.] .... Aya harus rela tinggal di kos-kosan milik mantannya yang terkenal cuek. Ingin pindah rasanya pun tidak mu...