➡ Chapture 21

62.9K 7.7K 537
                                    

Aya menahan tangan Gara, gadis itu menggelengkan kepalanya. Di sana di depan rumah Gara, dia melihat Hana yang sedang duduk dengan ditemani oleh Bu Parmi.

"Kok dia di sini, Kak?" tanya Aya dengan suara yang bergetar.

"Mana saya tahu," jawab Gara cuek membuat Aya mengerutkan dahinya heran.

Sikap Gara semakin membuatnya heran saja. Bahkan tadi laki-laki itu menunggu Aya sampai Aya pulang bekerja part-time. Dan karena sikap Gara ini, dia memiliki asumsi jika Gara-sang mantan masih belum bisa move on seperti dirinya.

Aya melepaskan tangannya dari tangan Gara, gadis itu melanjutkan langkah kakinya untuk ke kamar kosan. Semoga saja Hana tidak mengikutinya.

"Kakak Yaya."

Aya menghentikan langkah kakinya, dia enggan untuk menengok atau membalikkan badan. Menurutnya Hana adalah gadis kecil yang licik dan menakutkan.

"Kakak Yaya maafin Hana," ujar gadis kecil itu lagi. Hana menggenggam tangan Aya membuat Aya langsung menghempaskan tangan kecil Hana.

"Jangan sentuh saya!" Aya menatap tajam Hana. "Sebaiknya kamu pergi."

Aya cepat-cepat menuju kamar kosnya dan membuka pintu lalu mengunci pintu agar tidak bisa ada yang masuk.

Gadis itu menyandarkan badannya di belakang pintu dengan degupan jantung yang tidak karuan. Aya memegang dadanya dan mengatur napasnya.

Sedangkan di luar, Gara yang melihat itu langsung mendekati Hana dan berjongkok di hadapan gadis kecil itu.

"Ana sedih?" tanya Gara dan Hana menganggukkan kepalanya.

"Kakak Yaya kayaknya marah banget ya Om sama Hana? Kok tadi nada bicara Kakak Yaya ketus gitu?" Hana menghapus air matanya yang mengalir.

Gara mengelus rambut Hana. "Kakak Yaya gak marah kok, dia cuma capek. Nanti kalau Kakak Yaya udah gak capek, Om bicara sama dia biar maafin Ana ya."

Hana menatap Gara kemudian mengangguk. "Om beneran kan?" tanyanya yang seakan tidak percaya dengan ucapan Gara barusan.

"Beneran dong, emang Om keliatan lagi bohongin Ana?" tanya Gara balik. Hana menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, Om. Hana balik ke tiang listrik depan ya, kan udah malem. Om juga harus bobo, biar besok bisa ngobrol sama Kakak Yaya. Biar Kakak Yaya maafin Hana," ujar Hana dan tersenyum membuat lesung pipinya yang di bawah mata terlihat jelas.

"Ana beneran gak punya keluarga?" tanya Gara prihatin.

"Keluarga apa, Om?" tanya gadis kecil itu balik. Keningnya mengkerut tidak mengerti apa yang Gara tanyakan padanya.

"Mama sama Papa Hana ke mana?" tanya Gara lagi.

"Mama udah meninggal, Om. Dan Papa udah punya anak baru, jadi Hana dibuang sama Mama tiri Hana." Gadis kecil itu menundukkan kepalanya sedih.

"Kalau alasan Ana suka gigitin tangan orang-orang kenapa?" tanya Gara yang penasaran dengan alasan Hana yang suka mengigit orang-orang sekitar yang Hana jumpai.

"Mama pernah bilang, jangan gampang percaya sama orang. Kata Mama juga, kalau orang itu mau ada niat buruk gigit aja. Makanya Hana gigitin mereka. Tapi kalau Kakak Yaya, Hana menyesal."

"Ya udah, sekarang Hana masuk ke rumah Om. Minta sama Bu Parmi buat bikinin teh hangat ya, terus tidur. Om mau bicara dulu sama Kakak Yaya."

Hana menatap Gara tidak percaya. "Om mau angkat Hana jadi anak Om?" tanya gadis kecil itu bahagia.

Kos-kosan Mantan [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang